DVD After Earth (Jaden Smith, Will Smith, Sophie Okonedo, Zoe - TopicsExpress



          

DVD After Earth (Jaden Smith, Will Smith, Sophie Okonedo, Zoe Isabella Kravitz; directed by M. Night Shyamalan; 2012) Industri perfilman Hollywood selalu tak pernah kehabisan ide akan sesuatu untuk difilmkan, dari genre drama hingga thriller, dari komedi hingga horror. Pula tidak pernah kehabisan aktor dan aktris yang nampaknya selalu rela memerankan akting apapun, no matter what it takes. Layaknya dunia perfilman dan sinetron tanah air yang masih senang memanfaatkan para aktor dan aktris yang memiliki hubungan darah, Hollywood pun tak lepas dari style yang satu ini. Deretan aktor dan aktris menengah hingga papan atas Hollywood terdiri dari mereka yang memiliki hubungan darah, mulai dari ayah-putri, ayah-putra, ibu-putri, ibu-putra, saudara sekandung dan seterusnya. Banyak dari mereka yang berakting terpisah dan memiliki nama besar sendiri, ada pula yang memanfaatkan keberuntungan jalinan darah di industri film terbesar di dunia itu. Sebut saja Jerry Stiller dan Ben Stiller, duo ayah-putra yang bermain bagus di komedi Zoolander. Atau Martin Sheen dan Charlie Sheen dalam drama Wall Street, serta Donald Sutherland dan Kiefer Sutherland dalam thriller A Time to Kill. Will Smith pun tidak ketinggalan. Melihat bakat akting yang dimiliki Jaden sejak kecil menggoda Will Smith untuk ikut mengajaknya berakting bersama dalam film terbaru mereka, After Earth. Lantas, bagaimana hasil akting keduanya? Dalam suatu waktu di masa depan, Bumi menjadi tempat yang tidak lagi bersahabat. Kerusuhan, bencana alam, eksploitasi alam besar-besaran serta wabah penyakit telah mengubah wajah dunia kita menjadi terlihat gelap dan tidak layak lagi untuk didiami. Umat manusia memutuskan untuk meninggalkan Bumi dan mencari suatu tempat di luar angkasa, dan menemukan sebuah planet terstruktur mirip Bumi yang dinamakan Nova Prime. Namun Nova Prime bukanlah Bumi; ia dipenuhi berbagai masalah, mulai dari udara, struktur tanah hingga ancaman makhluk berupa monster yang disebut Ursa, yang mengancam dan membunuh manusia dari mencium perasaan takut manusia. Seribu tahun kemudian, umat manusia mengembangkan sistem pengamanan yang terdiri dari orang-orang terpilih layaknya prajurit yang dinamakan Ranger. Para Ranger ditempa dengan latihan khusus, yang memungkinkan mereka mengubah sistem tubuh dalam keadaan ghosting atau bayangan, dengan menekan rasa takut dan mematikan rasa agar para Ursa tidak bisa mendeteksi keberadaan mereka. Salah satu Ranger yang berhasil menjalankan metode itu adalah General Cypher Raige (Will Smith) yang bertugas di kesatuan militer. Dia seorang yang sukses dalam karir, namun sayangnya karena efek penekanan perasaan, Cypher menjadi dingin dan tampak tidak berperasaan saat berhadapan dengan kedua anaknya, Senshi (Zoe Isabella Kravitz) dan Kitai (Jaden Smith). Hanya sang istri, Faia (Sophie Okonedo) yang memahami apa yang telah dilalui suaminya. General Cypher semakin mematikan rasa saat suatu ketika ras Ursa menyerang kompleks kediaman mereka, menyebabkan Senshi yang adalah seorang Ranger terbunuh saat menyelamatkan adiknya. Saat itu baik Cypher maupun Faia tidak berada dirumah, menyebabkan trauma panjang bagi Kitai. Kelak, Kitai ingin meneruskan perjuangan kakaknya dan membuat bangga Ayahnya dengan menjadi Ranger. Didorong desakan dari sang istri, kemauan keras putranya dan keinginan menguji tekad sang anak, akhirnya Cypher mengijinkan Kitai ikut dalam misi terakhirnya sebelum Cypher pensiun, menuju suatu planet untuk berlatih. Yang mengejutkan, mereka membawa serta seekor monster Ursa yang dikandangkan untuk teman berlatih mereka. Namun naas, pesawat antariksa mereka mengalami kendala serius, menyebabkan mereka terlempar ke worm hole dan memasuki atmosfer suatu planet yang sangat mereka takuti, dimana setiap makhluk yang tinggal di dalamnya dibentuk dan diciptakan hanya untuk membunuh manusia. Planet itu adalah Bumi. Gesekan pesawat dengan atmosfer Bumi yang sudah berubah selama seribu tahun membuat mereka tak bertahan, dan pesawat terpecah menjadi dua. Hanya Cypher dan Kitai yang selamat, dan sang Ayah terluka parah sehingga dia harus tega memandu putranya dari jauh untuk menemukan sisa bangkai pesawat, mengirimkan sinyal tanda bahaya, serta mencari keberadaan monster Ursa yang kemungkinan besar terlepas dari kandangnya. Dan petualangan sang kadet Ranger muda Kitai di Bumi yang belum pernah dilihatnya itupun dimulai ... Sebagai sebuah science fiction, rasanya tema sejenis sudah cukup banyak diangkat oleh industri perfilman Hollywood dengan berbagai tema, genre, gaya penyutradaraan serta imajinasi-imajinasi terliar sang sutradara. Namun di tangan dingin M. Night Shyamalan selaku sutradara, After Earth tidak lagi sekedar petualangan luar angkasa yang gegap gempita seperti Oblivion, penuh misteri dan thriller seperti Elysium, ataupun cerdas dan berada pada tingkat kerumitan cerita tinggi layaknya Star Trek. Shyamalan yang dikenal senang membawa fantasi dan horror sekali lagi mengaplikasikan tema itu dalam film luar angkasanya kali ini. Walau sebelumnya pernah juga menyutradarai film dengan tema alien, Signs, nampaknya Shyamalan tidak terjebak dengan stereotip makhluk luar angkasa yang ganas. Bolehlah penampilan monster Ursa terlihat mengancam dan menakutkan, tapi perhatikan juga saat bagaimana Shyamalan menggambarkan Bumi yang telah ditelantarkan manusia selama seribu tahun dengan begitu menakjubkan. Hewan-hewan yang bertahan hidup semuanya mengembangkan metode baru untuk hidup, mulai dari kera pemakan daging, burung sebesar rumah, lintah penghisap darah yang memiliki cairan mematikan hingga harimau bergigi taring tajam yang mematikan. Dalam keheningan dan tanpa hingar bingar sound effect, kita dimanja dengan hamparan pemandangan yang luar biasa, hasil wujud nyata dari imajinasi Shyamalan yang dilihat melalui mata Kitai. Ada komentator film yang menyebutkan bahwa chemistry antara Will Smith dengan anak kandungnya, Jaden Smith di film ini sangat kurang, mengingat mereka juga adalah Ayah dan anak di kehidupan nyata. Menurut saya, justru sang komentator yang tidak peka. Saya bisa melihat akting Will sangat natural, sebagai seorang Ayah yang terbiasa menekan perasaannya membuat dia terlihat asing dengan putranya sendiri. Chemistry keduanyapun terasa sekali walau hanya dari suara dan tatapan mata. Terlihat Will begitu menghayati perannya sebagai Ayah di film itu seakan itu adalah peran di kehidupan nyata. Jaden pula telah berkembang menjadi aktor watak muda potensial. Gestur badannya, ekspresi wajah, ungkapan hati saat dia marah dan sedih, terasa pas dan tidak berlebihan, ekspresi dari luapan jiwanya yang masih labil dalam menghadapi kenyataan bahaya di depan mata, dimana dia harus berjuang sendiri untuk pertama kali tanpa sang Ayah disampingnya, berpetualang mencari sisa bangkai pesawat untuk mengirim sinyal pertolongan. Hal emosional yang paling terasa adalah pada akhir film, dimana pelukan Chyper terhadap Kitai merupakan ekspresi sesungguhnya dari Will kepada Jaden. Sungguh chemistry yang pas. Skenario yang ditulis langsung oleh Will Smith, serta duduknya Will Smith dan sang istri, Jada Pinkett-Smith di kursi Eksekutif Produser, semakin menguatkan proyek ambisius keluarga ini. Sebuah film yang disiapkan dengan matang, melibatkan anggota keluarga tanpa ada tendensi menjadi hak cipta pribadi. Film yang sarat dengan emosional dan pesan yang indah, mengingatkan kita akan hubungan sejati kita dengan Ayah kita. Seperti tagline film ini sebagai penutup, Danger is real, fear is choice. Bahaya itu nyata, tapi ketakutan itu sebuah pilihan. Merasa takut atau berani dalam hidup, dengan orang tua ada atau tidak ada di sisi kita, semua pilihan ada di tangan kita sendiri. Benar, bukan? My rate : 8,5 / 10
Posted on: Fri, 29 Nov 2013 20:04:47 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015