Dibalik Keinginan Mbak Tutut Jadi Presiden Siapa yang tidak kenal - TopicsExpress



          

Dibalik Keinginan Mbak Tutut Jadi Presiden Siapa yang tidak kenal dengan Mbak Tutut, Putri Sulung mantan Diktator Orde Baru Soeharto. Mbak tutut atau siti hardiyanti rukmana adalah wanita paling berpengaruh pada saat rezim Orde Baru masih berkuasa, konon Mbak Tutut diprediksi bakalan menjadi pewaris tunggal untuk menggantikan ayahandanya sebagai Presiden Indonesia ketiga. Sepak terjang Mbak Tutut selama soeharto berkuasa memang sangat luarbiasa, karirnya dalam hal ekonomi dan politik melesat begitu cepat bagaikan sebuah meteor, Selain sukses dengan bisnisnya yang menggurita, Mbak Tutut juga sukses dikarir politik hingga dipercaya menjadi Menteri Sosial di Kabinet Pembangunan ketujuh era Orde Baru. harap maklum Mbak Tutut kan anak sulungnya Soeharto. Kabinet Pembangunan ketujuh adalah Kabinet Pemerintahan Indonesia dengan masa bakti yang paling singkat hanya kurang lebih dua bulan lamanya yaitu 16 Maret 1998 s/d 1998 seharusnya masa bakti kabinet ini berakhir pada tahun 2003, namun diktator Orde Baru ini akhirnya tumbang juga oleh gerakan rakyat dan mahasiswa yang berujung pada kerusuhan massal tahun 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan berujung pada pengunduran diri Presiden Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 mei 1998. Maka diangkatlah Habibie sebagai pejabat Presiden dalam situasi darurat yang mengakibatkan Kabinet Pembangunan ketujuh menjadi demisioner. karena situasi darurat. Kembali dalam konteks Mbak Tutut, sebenarnya ketika soeharto masih berkuasa, terdengar desas-desus atau sekedar isu bahwa Mbak Tutut pernah melakukan curhat pada beberapa koleganya diluar negeri untuk menyampaikan keinginannya menjadi Presiden Indonesia. salah satu kolega yang menjadi tempat curhatnya adalah mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto. Penulis memang tidak begitu yakin dengan isu atau desas-desus curhatnya Mbak Tutut sama Benazir Bhutto, tapi setelah mencari informasi melalui pencarian google dan akhirnya ketemu juga, ternyata di luar dugaan, antara percaya dan tidak percaya tetapi setelah dianalisa ternyata masuk akal juga mengapa sampai hari ini terbukti Mbak Tutut memang telah gagal untuk menjadi Presiden Indonesia. Berawal dari konsultasi pertama yang dilakukan Mbak Tutut dengan menelpon Benazir Bhutto. Dalam konsultasi tersebut mbak tutut menanyakan dan minta saran bagaimana caranya supaya dia bisa menjadi Presiden Indonesia, berikut percakapannya : Tutut bertanya, Mbak Benazir, coba tolong saya dong, bagaimana sih caranya untuk bisa menjadi presiden. Oh, itu mudah, jawab Benazir, coba Mbak Tutut memakai kacamata seperti saya. Akhirnya Mbak Tutut segera melaksanakan nasehat dari Benazir Bhutto, memakai kacamata, Namun sudah hampir setahun menggunakan kacamata, tetap tidak dipilih mejadi presiden. Terus penasaran Mbak Tutut menelpon lagi Benazir. Mbak Benazir, gimana nih, kata Mbak Tutut, masak saya sudah memakai kaca mata, kok masih belum dipilih juga menjadi presiden. Oh, memang masih ada syarat yang lainnya sih, jawab Benazir, coba Mbak Tutut memakai kerudung seperti saya. Kembali Mbak Tutut segera melaksanakan nasehat Benazir Bhutto, memakai kerudung dan ternyata berhasil, sesudah beberapa bulan menggunakan kerudung, Mbak Tutut akhirnya diangkat menjadi menteri urusan bantuan atau menteri Soksial. Namun karena Mbak tutut sangat berambisi menjadi Presiden terus Mbak Tutut masih menelpon lagi koleganya Benazir Bhutto. Mbak Benazir, bagaimana nih, tanya Mbak Tutut di telepon, masak saya sudah berkacamata dan berkerudung seperti Mbak Benazir, tetapi kok saya cuma dipilih jadi menteri. Gimana sih syaratnya supaya jadi Presiden ? Dengan agak sungkan Benazir menjawab, Memang sih, masih ada syarat yang lain, cuma yang ini paling berat dan mungkin anda tidak mampu melaksanakannya !!! Mbak Tutut karena penasaran dan ambisius, dengan semangat berapi-api bertanya lagi, Ayo dong Mbak Benazir, katakan saja syarat itu, saya pasti akan melaksanakannya. Benazir Bhutto tetap saja sungkan memberitahukan syarat yang terakhir itu, namun karena didesak oleh Mbak Tutut berkali-kali, akhirnya Benazir berkata : Begini Mbak Tutut, supaya anda dapat menjadi presiden, anda harus mengikuti langkah-langkah saya yaitu bapak anda harus digantung seperti yang dialami bapak saya mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Butto. Setelah mendengar jawaban syarat terakhir yang disampaikan oleh Benazir Bhutto, maka lemaslah mbak tutut dan sejak itu dia tidak menelpon lagi Benazir Bhutto, karena sangat tidak mungkin syarat terakhir itu dapat dipenuhinya. Mbak tutut tahu bagaimana Benazir Bhutto adalah anak sulung dari Mantan Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Butto yang digantung setelah Jenderal Muhammad Zia ul-Haq berhasil mengudeta PM Zulfikar Ali Bhutto pada tahun 1977, hukuman mati yang diberikan kepada Ali Bhutto pada 1979 tercatat sebagai akhir yang paling menyesakkan dunia. Cerita diatas hanyalah humor segar nostalgia Orde Baru, namun kira-kira mampu tidak dinasti cendana merebut kembali tahta yang pernah diraihnya ? Kemungkinan berhasil atau tidak, faktanya saat ini masyarakat rindu akan masa lalu dan seakan terbius dengan indahnya romantika Orde Baru. Padahal sejarah telah membuktikan bahwa segala keindahan semasa Orba tidaklah fundamental, namun bersipat artificial serta semu belaka. Sehingga bila melihat sipat masyarakat kita yang mudah menjadi pelupa serta ketiadaan kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi persoalan yang sebenarnya terjadi maka tidak menutup kemungkinan kebangkitan dinasti cendana akan muncul kembali dan peluang untuk merebut kekuasaan terbuka lebar. Mbak Tutut memang pernah mencoba untuk tetap berkiprah dipanggung politik Indonesia dengan mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB), Namun Partai yang dipimpin oleh Jenderal Hartono ini gagal meraih kursi di parlemen, Begitu juga adanya desas-desus dugaan bahwa beberapa Partai Politik baru yang bermunculan tak lepas dari sponsor keluarga cendana ? Target mereka adalah merebut kekuasaan kembali dengan semboyan kembali kemasa lalu, indahnya romantika Orde Baru. Mungkinkah kita kembali kemasa lalu, padahal masa lalu itulah yang membuat kondisi bangsa ini hancur lebur, belum lagi banyaknya kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah dilakukan oleh Rezim Orde Baru yang sampai saat ini belum diusut secara tuntas, mulai dari Peristiwa Gestok 1965, Pembunuhan Misterius (Petrus), Kasus Tanah Kedung Ombo, Kasus pembunuhan Aktifis Buruh Marsinah, Kasus Waduk Nipah, Kerusuhan Situbondo, Peristiwa Tanjung Priok, Peristiwa 27 juli 1996, Penculikan para Aktifis dan terakhir kasus pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Tragedi Semanggi I, juga kasus-kasus lainnya yang belum terselesaikan dengan baik. Bahkan Ben Anderson pernah mengatakan bahwa pemerintahan Orde Baru didirikan di atas tumpukan tengkorak dan tulang belulang, sebagaimana dikisahkan dalam artikelnya, How Did the Generals Die ? di jurnal Indonesia edisi April 1987. Artikel Ben Anderson ini membuat pemerintahan Soeharto marah besar, dan sejak itu Ben Anderson diharamkan menginjakkan kaki di Indonesia. Sekedar catatan bahwa Transparency International (TI), lembaga internasional yang berkedudukan di Berlin, Jerman dan dikenal luas dengan komitmennya memberantas korupsi, telah menobatkan mantan Presiden Soeharto sebagai koruptor paling kaya di dunia. Transparency International mencatat kekayaan Soeharto dari hasil korupsi mencapai US$ 15-35 miliar. Sebagian besar di antaranya diduga kuat hasil jarahan selama 32 tahun berkuasa di Indonesia sejak 1967. Nama Soeharto bertengger di pucuk daftar koruptor sedunia, di atas bekas Presiden Filipina Ferdinand Marcos dan bekas diktator Zaire Mobutu Sese Seko, yang berada di peringkat kedua dan ketiga dengan nilai korupsi terpaut cukup jauh dari Soeharto. Daftar para raja koruptor itu adalah bagian dari Laporan Korupsi Global 2004 (Global Corruption Report) yang dikeluarkan lembaga itu untuk menunjukkan bagaimana korupsi dan praktek suap-menyuap yang terkait dengan kekuasaan politik telah merusak habis proses pembangunan di banyak negara berkembang. Transparency International menggarisbawahi praktek korupsi yang dilakukan Soeharto dan menyebutnya telah menggerogoti harapan berhasilnya pembangunan di negaranya sendiri. Kita tentu sangat prihatin bila melihat kenyataan ini, apalagi sampai sekarang Pemerintah Indonesia sama sekali tidak menunjukan upaya maksimal untuk mendapatkan kembali uang rakyat yang dijarah Soeharto dan keluarganya. Ketidakpedulian terhadap harta Soeharto dan miskinnya upaya untuk mendapatkannya, memang tidak terlepas dari keterlibatan beberapa partai politik sekarang dalam praktek korupsi politik. Indonesia memang punya pepatah popular “dibawah pohon beringin tidak ada pohon subur yang bisa tumbuh“ kata tersebut mengandung makna yang sangat dalam terhadap kondisi Indonesia sa’at ini, seperti di ibaratkan pada para Pimpinan Politik dan Birokrat Indonesia yang tukang berantem, tukang korupsi, tukang Bohong, tukang peras dan tukang-tukang yang lain seperti tumbuh di bawah bayangan pohon beringin, namun tak seorang pun luput dari pengaruh Korup sehingga menghambat pertumbuhan itu. Kondisi seperti itulah yang menjadi penyebab mengapa Indonesia sampai hari ini tetap tidak berubah. Berikut ini daftar 10 Presiden terkorup di dunia : Suharto: $15-35 miliar (Indonesia, 1967-98) Ferdinand Marcos: $5-10 miliar (Filipina, 1972-86) Mobutu Sese Seko: $5 miliar (Zaire, 1965-97) Sani Abacha: $2-5 miliar (Nigeria, 1993-98) Slobodan Milosevic: $1 miliar (Yugoslavia, 1989-2000) J-C Duvalier: $300-800 juta (Haiti, 1971-86) Alberto Fujimori: $600 juta (Peru, 1990-2000) Pavlo Lazarenko: $114-200 juta (Ukraina, 1996-7) Arnoldo Aleman: $100 juta (Nikaragua, 1997-2002) Joseph Estrada: $78-80 juta (Filipina, 1998-2001) Sumber : Transparency International. Semua jumlah kekayaan di atas adalah perkiraan nilai korupsi berdasarkan data penggelapan dana publik yang dilakukan
Posted on: Mon, 05 Aug 2013 07:32:34 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015