Ekspresi Budaya Indonesia Adab. Istilah ini agaknya tidak asing - TopicsExpress



          

Ekspresi Budaya Indonesia Adab. Istilah ini agaknya tidak asing bagi kebanyakan warga Indonesia. Tetapi, mungkin istilah ini sudah kian kehilangan maknanya di tengah perubahan politik, sosial, budaya, dan ekonomi sejak masa reformasi. Kebebasan politik dan euforia demokrasi yang berlaku nyaris tanpa respek pada hukum dan ketertiban yang berganda dengan globalisasi budaya mancanegara membuat lingkungan kehidupan kian kehilangan adab. Karena itu, bagi saya agak mengagetkan dan sekaligus mendatangkan keharuan ketika Pusat Kajian Perbandingan Masyarakat- Masyarakat dan Budaya-Bu daya Muslim, Universitas Simon Fraser, Vancouver, Kanada, bekerja sama dengan KJRI Vancouver mengadakan serangkaian acara bertema “Adab: Expressions of Indonesian Culture” untuk merayakan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia Kanada. Berlangsung pada 17 Juli 2012, acara tersebut simultan dengan program musim panas Pusat Kajian Perbandingan Masyarakat-Masyarakat dan Budaya-Budaya Muslim Universitas Simon Fraser yang mengangkat tema “Ekspresi Keragaman: Pengenalan Budaya-Budaya Muslim” (9-20 Juli 2012). Bagi saya yang diminta menyampaikan dua pidato kunci tentang “keragaman dan budaya multikultural Indonesia”, tema adab memiliki signifikansinya tersendiri. Indonesia jelas amat beragam dan multikultural. Tetapi, di tengah keragaman itu terdapat kesatuan, seperti yang dikukuhkan dalam prinsip Bhineka Tunggal Ika. Tidak kurang pentingnya karena demografi Indonesia 88,2 persen memeluk Islam, keragaman itu juga meliputi kaum Muslim Indonesia yang memiliki latar belakang kesukuan, adat istiadat, tradisi lokal, dan pandangan dunia yang relatif berbeda pula satu sama lain. Sebagai contoh, pandangan dunia dan adat-tradisi lokal Muslim Jawa berbeda dengan Muslim Minang—meski segera perlu di tegaskan mereka diikat keimanan, keislaman, dan keindonesiaan yang sama. Di tengah kebhinekaan dan keikaan, adab memiliki tempat sangat penting dan signifikan. Adab dalam banyak hal tumpang tindih dengan akhlak alkarimah, tetapi pada segi lain juga merupakan pengejawantahan universal yang melintasi batas-batas kesukuan, adat istiadat, dan tradisi lokal dalam kehidupan sehari-hari. Adab juga menjadi bagian integral dari kehidupan negara-negara bangsa Indonesia yang amat bhinneka dari segi keagamaan dan budaya. Dalam tradisi Islam, adab—sama dengan akhlak—bersifat all encompassing, melingkupi berbagai aspek kehidupan. Ada adab yang pada dasarnya bersifat personal, yakni adab terhadap Allah SWT yang menciptakan diri manusia dengan sebaik-baik penciptaan. Karena itu, diri yang diciptakan Tuhan harus diperlakukan secara beradab. Ada pula adab yang bersifat sosial, mencakup adab terhadap setiap anggota keluarga, tetangga, dan lingkungan masyarakat lebih luas. Selanjutnya, ada adab terhadap lingkungan alam yang mengitari kehidupan, yang memberikan banyak ruang bagi manusia untuk mengejawantahkan dirinya dan mewujudkan kekhalifahannya. Kerusakan kehidupan pribadi, masyarakat, dan lingkungan alam terjadi ketika orang per orang dan masyarakat tidak lagi mematuhi dan menjalankan adab dan keadaban (civility). Mereka tergelincir menjadi tidak beradab ( uncivilized) dan dari segi-segi tertentu membawa manusia ke dalam kehidupan barba rian. Dalam konteks terakhir ini, manusia dan masyarakatnya boleh saja unggul secara ilmu pengetahuan dan tekno logi serta melimpah ( affluent) secara ekonomi dan kehidupan material. Tetapi, kerusakan segera melanda kehidupan ketika adab dan keadaban tidak lagi dilaksanakan. Merosotnya adab dan keadaban terlihat jelas dalam berbagai segi kehidupan pribadi dan masyarakat Indonesia. Banyak pribadi warga Indonesia tidak lagi mengenal adab, merusak kehormatan dirinya, misalnya, mencuri aset yang bukan miliknya alias korupsi. Juga kian banyak kalangan masyarakat kita tidak lagi mempunyai adab dan keadaban publik, misalnya, berlalu lintas seenaknya dengan tidak mematuhi peraturan dan tata tertib lalu lintas. Juga, terlihat jelas kemerosotan lingkungan alam karena banyak orang tidak memiliki dan melaksanakan adab dan keadaban lingkungan alam. Dalam tradisi Islam, adab dan keadaban sangat ditekankan. Bahkan, dalam tradisi keilmuan Islam, khususnya di pesantren, literatur tentang adab dan keadaban menjadi genre tersendiri. Salah satu rujukan klasiknya adalah karya al-Zarnuji (hidup pada abad 6H/12-13M), Ta’lim wa al-Muta’alim, yang menjelaskan tidak hanya mengenai adab dan keadaban para penuntut ilmu dalam mencari ilmu, tetapi juga dalam lingkungan kehidupan lebih luas. Tetapi sayang, adab dan keadaban yang diajarkan al-Zarnuji lebih sering menjadi hafalan daripada amalan. Dalam hal menuntut ilmu saja, misalnya, ditengah tuntutan kehidupan yang serbacepat dan instan, kian banyak penuntut ilmu yang tidak lagi mengindahkan adab dan keadaban; semakin banyak di antara mereka yang menempuh jalan pintas, misalnya, dengan melakukan plagiasi dan tindakan tidak terpuji lain dalam menuntut ilmu. Masa depan umat manusia, baik secara pri badi maupun jamaah, banyak bergantung pada kesetiaan mereka pada realisasi adab dan keadaban dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu, jika negara-bangsa Indonesia ini dapat unggul dalam peradabannya, tidak bisa lain kecuali dimulai dengan pengejawantahan adab dan keadaban secara menyeluruh.
Posted on: Wed, 31 Jul 2013 21:57:56 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015