FROM ZERO TO ZERO Apa yang terlintas dalam fikiran kita tentang - TopicsExpress



          

FROM ZERO TO ZERO Apa yang terlintas dalam fikiran kita tentang judul catatan kita kali ini ? bagi kita yang gila menang, gila sukses dan gila juara gak pernah mau kalah apalagi gagal, pasti langsung meralat, wah mestinya “ From Zero To Hero “. Gak salah sih, begitulah maunya kita semua. Sahabat yang dimuliakan Allah SWT, ternyata tidak selama Zero atau Nol itu tidak berarti, angka 1 sampai 9 selamanya tidak akan pernah membesar tanpa Nol, betul ? dan ternyata juga Zero itu mampu mengecilkan segalanya yang besar ! Dulu kita terlahir dari perut ibu kita tidak membawa apapun dan tidak memiliki kemampuan apapun, kita hanya membawa BAI’AT / Pengakuan akan Keesaan dan kemahakuasaan Allah atas diri kita, karena Bai’at inilah kemudian Allah SWT membuka mata kita bisa melihat dan membaca, membuka telinga kita bisa mendengar dan merekam , membuka mulut kita untuk bicara dan menjelaskan, membuka hati kita bisa memahami dan merasakan serta membuka dan menumbuhkan seluruh organ dan indera kita, maka jadilah kita memiliki segala yang kita inginkan. Lalu apakah selamanya yang kita miliki itu akan kekal ? yah… suatu saat kita semua akan Zero lagi seperti semula. " Mengapa kamu kafir kepada Allah, Padahal kamu tadinya mati (Zero), lalu Allah menghidupkan kamu (Hero), kemudian kamu dimatikan ( Zero lagi ) dan dihidupkan-Nya kembali (Hero lagi), kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan (ditentukan nasib kita, apakah menjadi Hero atau Zero) ? ” (Al-Baqoroh :28) Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansial keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan. Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan. Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank. “Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang. Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?” Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”. Bila Kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sewajarnya kita bersyukur atas segala karunia hidup yang telah Allah berikan pada kita, karena ketika datang dan pergi kita tidak membawa apa-apa. ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S.Ibrahim :7)
Posted on: Fri, 21 Jun 2013 02:34:42 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015