Hafidz Ilman Albana : Strategi 7 Tahun Menjelang Swasembada - TopicsExpress



          

Hafidz Ilman Albana : Strategi 7 Tahun Menjelang Swasembada Susu ========================================= Target swasembada susu tinggal tujuh tahun lagi. Untuk mencapainya perlu optimalisasi strategi dan kebijkan yang mendukung agar target bisa terealisasi. Tujuh strategi dan program yang dapat dioptimalkan demi terwujudnya swasembada susu Sejak 2007 setiap 1 Juni diperingati sebagai Hari Susu Nusantara (HSN). Hal itu seiring dengan penetapan yang dilakukan FAO (Food Agriculture Organization/Badan Pangan dan Pertanian Dunia) sejak 2000 bahwa 1 Juni merupakan hari susu sedunia atau Milk Word Day. Meskipun setiap tahun diperingati, namun hingga kini kondisi peternakan sapi perah Indonesia masih belum banyak berkembang baik dari produktivitas susu, insfrastuktur, maupun populasinya. Evaluasi besar perlu dilakukan untuk peringatan HSN yang sering dilaksanakan karena hanya sebatas kegiatan ceremonial belaka yang tidak ada dampak secara signifikan terhadap peternakan sapi perah di Indonesia. Seharusnya, pada momentum peringatan HSN ini, para stakeholder atau kelembagaan baik dari kalangan pemerintah, industri, dan asosiasi peternak sapi perah duduk bersama untuk merealisasikan wacana swasembada susu 2020 yang digagas pemerintah. Ini lebih penting mengingat kemandirian pangan nasional akan berdampak pada kesejahteraan rakyat, khususnya para peternak. Tujuh Tahun, Tujuh Program Guna menuju target swasembada susu tinggal tujuh tahun lagi. Untuk mencapainya perlu optimalisasi strategi dan kebijkan yang mendukung agar target bisa terealisasi. Peringatan HSN menjadi momentum evaluasi program yang dijalankan dan sebagai penambahan program lanjutan untuk pencapaian target swasembada. Tujuh strategi dan program yang dapat dioptimalkan demi terwujudnya swasembada susu yaitu strategi pertama dengan melakukan impor bibit unggul sapi perah dari negara penghasil susu terbesar, diantaranya Selandia Baru dan Australia. Kebijakan ini dilakukan untuk menambah populasi sapi perah Indonesia. Berdasarkan data di 2012 total populasi sapi perah Indonesia adalah 650 ribu ekor dengan sapi laktasi 283 ribu ekor dan menghasilkan susu segar 700 ribu ton. Untuk mencapai target swasembada susu dibutuhkan produksi susu segar mencapai 3 juta ton dengan sapi laktasi 800 ribu ekor dan total populasi 1,4 juta ekor. Kebijakan ini akan berdampak pada kondisi ekonomi peternak. Dengan mengimpor sapi produkif tentu akan membuka lapangan pekerjaan bagi para peternak dan menjadi pemasukan tambahan. Ke dua adalah mengembalikan koperasi sebagai lembaga yang bersifat kekeluargaan, bukan bersifat mengincar keuntungan. Ditemui dibeberapa koperasi masih banyak koperasi yang mengkomersialkan dan mencari keuntungan dari peternakan rakyat. Ke tiga adalah pemerintah harus bisa menetapkan harga standar susu ditingkat peternak. Saat ini, susu ditingkat peternak hanya dihargai Rp 3.000 – 3.500 per liter. Harga tersebut tidak seimbang dengan biaya produksi yang terus meningkat, terutama dari sektor harga pakan. Harga susu di Indonesia relatif kecil bila dibandingkan dengan negara lainnya. Harga susu di Malaysia mencapai Rp 5.000 per liter, Singapura Rp 8.000 per liter. Strategi ke empat yaitu memberi subsidi kepada para peternak rakyat berupa subsidi pakan. Biaya produksi 70 % nya adalah biaya dalam pembelian pakan. Dengan dikuranginya subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak) tahun ini tentu sebaiknya pengalihan dana subsidi ini dapat disalurkan ke bidang peternakan, diantaranya untuk memperbaiki insfrastuktur, transportasi ternak, dan subsidi pakan. Strategi ke lima adalah dengan mempersiapkan tenaga-tenaga ahli di bidang peternakan, khususnya sapi perah agar dapat membantu para peternak. Tenaga ahli ini dapat ditempatkan di daerah sentra peternakan sapi perah. Sedangkan strategi ke enam adalah bekerja sama dengan pihak akademisi dalam melakukan penelitian-penelitian terkait permasalahan sapi perah di lapangan. Adapun strategi ke tujuh adalah dengan terus mengkampanyekan minum susu setiap hari. Tingkat konsumsi susu nasional yang rendah salah satunya dipengaruhi oleh paradigma masyarakat yang menganggap minum susu hanya untuk golongan elitis atau golongan dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Tentunya sudut pandang seperti itu adalah hal yang salah (BT-FF/trobos/show_article.php?rid=22&aid=4093)
Posted on: Thu, 19 Sep 2013 08:38:35 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015