Homili Mgr F.X Hadisumarta O.Carm MINGGU BIASA X /C/2013 - 1 - TopicsExpress



          

Homili Mgr F.X Hadisumarta O.Carm MINGGU BIASA X /C/2013 - 1 Raj 17:17-24 Gal 1:11-19 Luk 7:11-17 PENGANTAR Dalam Injil Lukas hari ini akan kita dengarkan ceritera tentang Yesus, yang membangkitkan seorang anak muda tunggal dari seorang perempuan janda di kota kecil Naim. Dalam konteks Injil Lukas Bab 17 seluruhnya (Luk 7:1-50) dalam kutipan pendek Injil hari ini terungkaplah keinginan Yesus, yang begitu mendalam untuk mewartakan kabar sukacita kepada semua orang, bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan perbuatan nyata. Dan Ia tidak membeda-bedakan siapapun! HOMILI Kalau bacaan Injil kita ikuti dan dengarkan dengan baik, ada empat hal yang patut kita perhatikan dalam Injil hari ini (Luk 7:11-17): 1. Menurut Injil itu Yesus pergi ke Naim, diikuti murid-murid-Nya dan orang banyak. Ketika mendekati pintu gerbang kota Naim, ada seorang anak muda mati, yang dibawa kelompok penduduk keluar dari kota ke kuburan. Orang yang mati itu adalah anak tunggal dan ibunya adalah seorang janda. Dalam peristiwa itu terjadilah pertemuan dua gerak kelompok orang yang bertemu di jalan dengan arah berlainan. Yang satu ialah gerak kematian (maut), yakni orang mati yang dibawa orang-orang ke luar kota, sedangkan yang lain adalah gerak kehidupan, yaitu Yesus beserta murid-murid-Nya dan orang banyak yang mau memasuki kota. Inilah lukisan dua gerakan jalan hidup yang saling bertentangan arah dan tujuannja. 2. Tertulis dalam Injil: “Ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia berkata kepadanya: Jangan menangis!” Apa yang dilimiki dan dirasakan oleh Yesus, itulah yang dalam bahasa Latin disebut “compassio”. Compassio berarti “ikut menderita”. “ikut merasakan derita”. Apa yang dirasakan orang lain ikut dirasakan dalam dirinya sendiri. Dengan kata lain, compassio berarti menjadikan dirinya seperti orang lain yang bersangkutan, dan ibaratnya ikut merasakan penderitaannya. “Compassio inilah yang membangkitkan dan menggerakan kekuatan dan kemampuan Yesus, yaitu kekuatan-Nya atas hidup dan maut, untuk menghidupkan kembali anak muda yang mati itu. 3. Mendekati orang muda itu Yesus serentak berkata; “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu: bangkitlah!” Orang muda itu serentak bangkit dan mulai berbicara dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. – Memang apabila ada orang berdukacita dan sangat sedih karena ada salah seorang dari keluarga atau sahabat meninggal, orang yang beriman dapat berkata: Dahulu ketika Yesus masih ada di dunia ini, kita masih mempunyai kepercayaan dan harapan, bahwa kita tidak akan kehilangan seseorang karena ia mati. Sebab Yesus pasti dapat membangkitkannya kembali. Nah, pandangan semcam ini menafsirkan ceritera Injil tentang kebangkitan anak muda di Naim itu hanya sebagai peristiwa di zaman dahulu saja. Seolah-olah kita hanya diingatkan saya akan masa yang sudah lampau, tanpa memikirkan apa makna atau artinya bagi hidup kita sekarang ini. Padahal Yesus dahulu keberadaan-Nya hanya terbatas di Palestina, namun sekarang sesudah kebangkitan-Nya Ia hadir di mana pun juga. Ia sekarang pun hadir di tengah-tengah kita. Yesus yang satu dan sama hadir bersama kita, dan dapat menolong kita untuk menghindari kematian dan menjauhkan dukacita kematian kita sendiri maupun orang lain. Sekarang pun Yesus akan berkata lantang kepada kita: “Aku berkata kepadamu: bangkitlah!”. 4. Ketika menyaksikan Yesus membangkitkan anak muda dari Naim, semua orang ketakutan dan mereka memuliakan Allah: “Seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita dan Allah telah melawat umat-Nya”. Apakah Injil Lukas ini bagi kita? Merasa diri ikut menderita apa yang diderita orang lain, yaitu compassio mendorong Yesus membangkitkan anak muda dari seorang janda. Apakah penderitan atau kesedihan orang lain atau sesama kita juga mampu menimbulkan compassio yang sama di dalam diri kita? Apakah yang dapat kulakukan untuk menolong orang lain untuk menghilangkan kesedihannya, dan untuk menciptakan hidup sukacita yang baru? Dan kalau seperti ditegaskan dalam Injil bahwa “Allah melawat umat-Nya”, maka pertanyaannya kepada kita ialah: sejauh manakah kita ini menyadari dan merasakan kedatangan dan kehadiran dalam diri kita, di dalam hidup kita namun juga di dalam hidup sesama kita dalam sukacita, namun juga dalam dukacitanya? Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm kumpulan Homili Mgr. FX. Hadisumarta O.Carm link imankatolik.or.id/homili_mgr_hadisumarta_ocarm.html
Posted on: Sat, 08 Jun 2013 18:38:15 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015