Judul : Code Game ‘L D’ Kategori : Serial Fiksi - TopicsExpress



          

Judul : Code Game ‘L D’ Kategori : Serial Fiksi Misteri Episode : #4 Perangkap Penulis : Ersa Anindra Adel kelelahan, ia mencoba beristirahat siang itu, semoga Rad bisa menyelamatkan nyawakuku dari game sialan itu, doanya, belum lagi ia sempat menikmati lelapnya. ia terbangun saat mencium bau sangit di dalam kamarnya. Pada awalnya, dia tidak yakin apakah ia masih bermimpi atau tidak, saat itu dia merasa sesak hampir tidak bisa bernapas dan suasana kamar di selimuti oleh asap yang tebal. Saat itu dia sangat ketakutan sekali, dia melompat dari tempat tidurnya dan mencoba untuk keluar kamar. Beberapa kali Adel terbatuk, matanya mengerjapkan perih dan berair, ia mencoba utuk tidak panic. Ia mencoba memanggil-manggil ibunya, tak ada sahutan. Adel meraba-raba agar bisa mencapai pintu kamar, sekelilingnya benar-benar di kepung asap tebal. Ia merasa paru-parunya hampir meledak, kepalanya pusing dan ia diserang dehidrasi yang hebat, tapi gadis itu tetap berusaha mencapai pintu dengan terus berjalan menempel didinding kamar, akhirnya ia mencapai gagang pintu dan klik! Ia keluar kamar tapi bukan berarti lolos dari kepungan asap..... Mereka curang! Mereka berkomplot! Aku tidak mau mati! Tunggu…! Aku harus mengingat isi cerita dongeng itu, sebab disana ada kunci jalan keluarnya, ia mencoba menenangkan dirinya. Udara terasa menekan gendang telinganya, ingus dan airmatanya terus meleleh, begitu juga keringat Adel. Beberapa menit kemudian, tetangga Adel, keluarga Pak Januar yang tinggal di sebelah rumahnya mendengar suara jerit panik minta tolong, dan ada yang menggedor pintu depan rumah di beranda rumah mereka. Mereka menemukan gadis itu terkulai lemas tak bernafas di depan rumah. Mereka segera membawa Adel ke rumah sakit terdekat, dokter menyatakan paru-paru Adel penuh dengan asap. Padahal rumah orang tua gadis itu tak terjadi musibah kebakaran, darimana asap itu datang? Gadis itu dinyatakan mengalami mati somatis. **** “Om, saya pamit keluar sebentar ya...”pamit Rad. Damar menatap keponakannya agak sedikit kuatir, “Kau mau menemui gadis yang ada dicatatan yang kau emailkan tempo hari?...”tanya Damar. “Baiklah...! Kebetulan aku juga ada sedikit urusan siang ini. Kalau bisa pulang sore, Rad. Ada yang mau kubicarakan denganmu..”kata Damar sambil berlalu dengan kursi rodanya. Ia pernah beberapa kali singgah di rumah warisan neneknya. Nyonya Dina. Ia kurang sreg tinggal disana, sentuhan dekorasi yang terlalu feminim, tak cocok untuknya. Belum lagi terlalu banyak jenis bunga dan taman disana. Ia merasa seperti tinggal di istana boneka barbie. Yaik! Menggelikan. Rad segera mengeluarkan sepeda motornya dari garasi. “Untung Om Damar mau pulang kerumah ini kembali, daripada Om Damar tinggal di apartemen tua yang tidak jelas seperti itu...”lega Rad. Sebab ada dua orang pembantu lama yang masih setia merawat rumah warisan kakeknya itu. Sudah hampir sampai, tinggal satu belokan lagi. Tiba tiba ponsel Raditya berbunyi, semula Rad mengacuhkan saja sebab ia tak mau mengangkatnya sebelum sampai di Café d’Escalier . Begitu memasuki halaman parkir kafe tersebut Rad menepi sejenak mengangkat ponselnya. Raditya melihat siapa yang menelepon. Ada panggilan sembilan kali panggilan. Di layar ponsel tertera, nomor pribadi… Hmhh, siapa sih, semoga bukan Ben, gerutu Raditya dalam hati. Dia memang paling malas mengangkat telepon dari nomor asing. Tak lama diangkatnya ponselnya menyapa, “Halo..?...halo….halooo???” tapi terputus. Tak berapa lama, ponsel berbunyi lagi, untuk kedua kalinya Rad mengangkat ponselnya menerima panggilan itu. Tiga menit kemudian, ponsel berbunyi lagi. Masih private number. Kesabaran Raditya habis. Telepon diangkat. “Hallo…? siapa ini ?”, Rad menyapa dengan suara ketus. “Hallo..?? siapa sih ini, kurang kerjaan gangguin orang aja..”, Rad mulai emosi. Terdengar balasan dari penelepon, suara perempuan bersuara serak karena sinyal yang terputus-putus. “Hallo..Rad..tolong aku….ini Adel”, Raditya menepuk jidatnya setelah tahu siapa suara itu. Rasanya suara itu tidak di kenalnya sebab begitu parau dan serak. “Ok..tapi ini siapa, kamu dimana sekarang??”, Raditya mulai tak sabar. “Mereka..curang… mereka berkomplot! aku terperangkap Rad! aku butuh bantuan kamu di sini sekarang..”, balas suara si penelepon semakin suara lemah. Kemudian pembicaraan itu terputus, tapi tak lama ponselnya berbunyi lagi, kali ini Ben, “Raditya, kamu dimana sekarang?” belum sempat menjawab Ben memintanya untuk menyusul, dengan menyebut sebuah nama rumah sakit swasta lengkap berserta alamatnya. Raditya ragu-ragu melangkah, ia masuk ke Café d’Escalier, ternyata Adel tak ada disana, Ah! sudahlah… nanti akan kuhubungi kalau aku sedikit agak terlambat menemuinya. Rad lantas segera memacu laju seeda motornya menyusul ke alamat yang telah disebutkan oleh Ben. “Halo Ben, nih aku mau meluncur kesana” “Nah gitu dong. Ok, aku daritadi udah nungguin kamu kok. Gak usah ngebut ya, bahaya.”pesan Ben. “Iya sayaaaang…” goda Rad tergelak. “Najiiis!!! Udah ah, matikan teleponnya!”, sialan tuh anak, kesal Ben. Begitu memasuki halaman rumah sakit, Ben melambai dekat sebuah ATM, Rad pun melepas helmmya, segera menghampiri Ben yang kelihatan tegang dan berduka, wajah begitu kusut. Tapi sebelum sampai petugas parkir sudah mencegat dan memintanya memarkir kendaraan dulu di area parkir sebelah barat gedung rumah sakit swasta tersebut. Ben menyusul lalu memberi isyarat agar Rad mengikutinya. “Kenapa aku harus ke rumah sakit? Kita mau ngapain?” “Adel,… dia...,” Ben menunduk sedih “Adel kenapa, Ben?” tanya Raditya keheranan “Adel kena musibah,”kata Ben pelan “Musibah apa? Kapan, Ben?” “Kejadiannya sekitar setengah jam yang lalu...”lanjutnya. Rad ngakak, “Ngarang banget!! Barusan beberapa menit yang lalu dia telepon gua pake private number”. Dilihatnya wajah Ben serius dan tak senang melihat Rad mengejeknya. “Ups! Sorry… Ok lanjutkan”kata Raditya sok serius “Katanya tetangganya, mereka mendengar orang berteriak dan menggedor pintu rumah, ternyata kata mereka, Adel sudah ditemukan gak bernafas lagi. Menurut dokter, paru-parunya penuh asap tapi kata tetangganya, disana tak ada kebakaran” terang Ben. Aku bergegas menuju ruang IGD tempat Adel diberikan pertolongan pertama. Sekitar 10 menit kemudian, orangtua Adel pun baru saja hadir. Rupanya setelah mendapatkan informasi bahwa Adel tengah ada di ruang IGD, orangtuanya langsung menuju ke sana. Kulihat tante Ivo dan om Banu, orang tua Adel, begitu kata Ben memanggil mereka, keduanya tengah berduka di depan ruang IGD. Kulihat Ben langsung menghampiri tante Ivo yang tengah menangisi nasib Adel. Dokter tengah menjelaskan sesuatu kepada om Banu. Adel sudah meninggal dunia, itu intinya. Pada dasarnya terjadi dua fase yaitu kematian somatis yaitu kematian sel-sel organ sehingga fungsi-fungsi jantung, pernafasan, pergerakan, dan aktivitas otak berhenti dan kematian molekuler yaitu berlanjutnya kehancuran tubuh. Kematian (death) secara klinis merupakan kondisi terhentinya pernapasan, nadi, dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus eksternal, ditandai dengan aktivitas listrik otak terhenti. Organ-organ tubuh tidak mati secara bersamaan, misalnya otak bisa bertahan selama 3-7 menit setelah kematian, jantung sekitar 15 menit, dan ginjal 30 menit. Demikian yang kucuri dengar dari mulut dokter itu, dan selama ini aku tak mengerti apapun tentang itu. Mendadak aku mendengar panggilan samar dibelakangku, ketika berbalik, yang kulihat hanya tubuh Adel yang berbaring terbujur diatas ranjang rumah sakit. Kuhampiri Adel, perlahan kulihat layar elektrokardiografi (EKG) mendatar/ flat, yang tadinya tak ada denyut kehidupan sama sekali mulai bergerak pelan. Layar monitor EEGnya juga merespon adanya kegiatan otak Adel, untung mereka belum mencabut semua alat itu, kulihat juga layar monitor EMG, alat pembaca gerak otot yang dijepit dikedua ujung jempol kaki dan kedua telunjuk tangannya mulai bereaksi. Tolong…bebaskan…aku…..,Raditya!....mereka….semua….berkomplot…..ingin…….membunuh….ku…., suara Adel terdengar lamat menggaung seolah ia berada ditempat yang jauh, aku harus menyusulnya sekarang, aku harus menemukan Adel sebelum terlambat! **** Aku butuh konsentrasi sebab ini tempat umum, sebaiknya aku duduk disisi ranjang Adel saja, mumpung mereka masih diluar. Hanya memerlukan sedikit waktu, aku tiba di hypnagogic state dalam keadaan sadar, seperti biasa, aku mengalami sleep paralysis, mendengar suara-suara keras, sulit bernafas, sensasi jatuh atau berputar-putar, dan perasaan melayang ke dimensi lain. yang biasa dikenal secara umum dengan diduduki jin saat tidur. Mungkin bagi kebanyakan orang akan panik dan terbangun. Padahal yang diperlukan hanya menenangkan diri. Jangan kuatir, belum ada orang mati karena masuk ke alam mimpi. Pertama mungkin akan panik dan terbangun, tapi kalau cukup sering tiba di fase ini, lama-lama rasa panik itu akan hilang. Ini adalah fase setelah kita berhasil tiba di alam mimpi! Raditya mengalami sensasi seperti berada di ruangan atau terowongan yang gelap gulita. Berbeda jika, biasanya ia memilih sendiri mimpinya, kali ini ia mencari mimpi Adel! “ini dia!” desis Raditya ketika perlahan mulai terlihat sebuah tempat secara nyata dihadapannya, dengan langkah hati-hati ia mencari Adel, tak lama ia melihat sebuah peti mati kayu sederhana yang berwarna hitam seolah pernah hangus terbakar sebelumnya, dari dalamnya keluar asap tebal. “Asap? Pasti itu Adel! Tadi Ben mengatakan paru-paru Adel penuh asap!”tebak Raditya lega. Pelan-pelan digesernya tutup peti mati yang lumayan berat, benar tebakan nya, Adel terikat lemas dalam kepungan asap. Sigap dibukanya tali yang mengikat Adel. Gadis itu mulai batuk tersadar, nafasnya masih megap-megap, “aiiirr…..aku….haus…..” rintih Adel tercekik. “Ayo cepat kita pergi dari sini! Sebelum orang yang berbuat jahat padamu datang!” papah Raditya meninggalkan tempat itu. Ia berkonsentrasi untuk sadar kembali dan tiba diruangan IGD, begitu sadar terlonjak sadar dan buru-buru membuka keran air diwestafel rumah sakit itu, air mengucur deras dan ia segera meneteskan dibibir Adel, setetes demi setetes. Dilapnya sisa air yang ada ditangannya kewajah Adel dan mulai memberinya minum seperti tadi. Alat pembaca denyut jantung itu mulai bergerak kembali, Rad memanggil kedua orangtua Adel menunjuk kearah alat tersebut, dokter dan perawat-perawat ikut masuk memburunya. Mereka tercengang melihatnya alat itu bergerak kembali membaca denyut jantung Adel. Seperti baru melihat hantu disiang bolong. Dan dokter itu menyatakan Adel koma. Whatever lah.. Ben mengangguk-angguk dan menjelaskan kepadaku tanpa diminta, katanya, Koma berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "tidur nyenyak". Dalam istilah dunia kedokteran, diartikan adalah suatu kondisi hilang sadar yang sangat dalam. Pasien koma tidak dapat dibangunkan, tidak memberikan respons normal terhadap rasa sakit atau rangsangan cahaya, tidak memiliki siklus tidur-bangun, dan tidak dapat melakukan tindakan sukarela. Ia dan Ben bersyukur karena Adel selalu merespon petunjuk dokter, seperti mengangkat telunjuk, berpaling kesamping dan kembali keposisi semula meski dibantu oleh perawat-perawat yang ada. Ia melihat orangtua gadis itu sangat bahagia sekali. **** Sepulangnya Rad dari rumah sakit, ia melihat ada passport dan visa serta tiket pesawat dikamarnya, bukankah kata Om Damar, ia masih mendapatkan waktu satu tahun sekolah di Indonesia. Apakah Om Damar berubah pikiran sekarang, batin Rad. Sebab Rad masih ingin membantu Om Damar untuk meguak kasus, dan Rad baru untuk memulai langkahnya. la juga merasa berhak untuk tahu apa yang terjadi dibalik hilangnya dua sepupunya Angga dan Kartika sekaligus dalang dari semua pembunuhan keji dalam keluarganya. Tak lama Rad mendengar dengung kursi roda mekanik menuju kamarnya, ia segera membuka pintu kamar lebih lebar lagi. “Selamat sore Om....”sapa Rad dengan senyum terkembang ketika melihat sosok itu sudah hadir dihadapannya. “Itu.. euhh.. anu maksud saya... itu”tunjuknya ke arah amplop putih serta passport dan visa diatas meja lampu tidur. “Bukankah kau liburan sekarang? Berkunjung ke Perancis bukan sesuatu yang buruk, kurasa.”kata Damar tersenyum. Rad melongo, ia nyaris tak percaya jika ia akan liburan ke Perancis! (bersambung)
Posted on: Mon, 05 Aug 2013 00:53:23 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015