KALAU SAJA saya punya ruang yang (sedikit lebih ) luas berikut - TopicsExpress



          

KALAU SAJA saya punya ruang yang (sedikit lebih ) luas berikut perawatannya tentu saya tak akan, setiap kali, sampai ke ujung saat yang larat : berpisah dengan sastra koran mingguan. Saya katakan ujung saat yang larat, oleh karena sastra koran itu seketika harus menjelma menjadi sastra koran bekas, terangkut gerobak pemulung, manakala kamar saya tidak berdaya lagi menampungnya. Tangis, tentu saja, bisa saya tahan. Tetapi linang, kadang tidak dapat saya sembunyikan. Untunglah para penulis (penyair, cerpenis, essais) memandang perlu metamorfosa sastra koran ke sastra buku. Meski sungguh tidak mungkin pula menjangkau seluruh buku dari setiap penulis bisa "menginap" di kamar saya, karena saya (pembeli buku) toh punya pilihan-pilihan. Ditambah seraut fakta : saya terbilang yang masih cukup repot andai harus "mengaduk-aduk lebih dalam kantong belanja buku-buku sastra" demi sebuah tuntutan kelengkapan. Akan tetapi yang sangat penting dicatat ( digarisbawahi, dikursif, distabillo --terserah saja, ini hanya perkara teknis -- red) adalah bahwa bersamaan dengan keterbatasan itu saya merasa mendapat anugerah yang (luar biasa) bernilai dan berharga. Mengenai alangkah mustahil dan tidak mungkin-nya menegasikan sekian banyak nama dan buah karyanya. Puluhan nama teman penulis, terlanjur bukan cuma menyewa, menginap, tapi sudah jadi penghuni tetap di batok kepala saya, sejak disadari atau tiada, telah tersemai, tumbuh dan membesar benih makna "I miss you" dan "I need you" pada karya sastra di usia remaja, bahkan sejak saya belia. Mereka tidak hanya yang mukim di Yogya dan Jateng saja, melainkan juga berdomisili di kota-kota lain, di seluruh Indonesia. Misalkan saja saat ini di sarang atau komunitas saya "pengerahan jiwa itu tengah bertemu ruang-raung"-nya, saya tidak mungkin melupakan nama-nama mereka. Kepompong kabar berita sebuah kolektifitas, juga personal, cuma prasangka dan ruang kesimpulan yang keterlaluan sempit, tidak berpintu, tidak berjendela, dan hampa udara untuk saya huni. Jadi sebuah nonsens. Euforia buta, ansich. Adalah individu, termasuk diri saya sendiri inilah yang sebatas tertentu saja mengetahui sesuatu lebih ke seluk beluknya. Maka dengan sekujur kerendahan hati, dengan seraut kejujuran yang masih saya miliki, saya yakin bahwa saya memang hanya akan mampu mengatakan : "Selamat mengirim sepatu ke penerbit, toko buku, atau perpustakaan" Selebihnya barangkali membuat gurat, semburat, riwayat yang -- alhamdulillah -- harus disyukuri. Sebab bukan benang putus, garis patah, atau malah kenyataan yang memaparkan dirinya sendiri ke ruang publik bahwa nafas panjang bersastra itu sedang diuji. ***
Posted on: Tue, 24 Sep 2013 21:24:23 +0000

Trending Topics



y" style="min-height:30px;">
Talking with someone today who was immediately negatively,
San Diego Padres - Digi Camo SD design on a Black iPhone 5s / 5

Recently Viewed Topics




© 2015