Kearifan Illahiah (Theos-Sofia) mengajarkan bahwa Alam - TopicsExpress



          

Kearifan Illahiah (Theos-Sofia) mengajarkan bahwa Alam berlandaskan atas hal berkebenaran dan keteraturan-tertib (Manusia menemukan adanya Hukum Alam yang mengatur Mikrokosmos dalam orbit Elektron-Elektron ke inti-atomnya, Proton dan Netron, sebagaimana halnya dengan adanya Hukum Alam yang mengatur Makrokosmos dalam orbit satelit ke planetnya, ataupun orbit planet-planet ke bintang, ataupun ratusan milyar bintang mengorbit pusat galaksi bintang-bintang tersebut). Ajaran Kearifan Illahiah mengenai Karma mungkin saja berbeda terhadap ajaran-ajaran pandangan hidup lainnya mengenai kata yang sama, Karma. Kemudian teramati bahwa Karma orang-tua tidak menurun kepada anak-anak mereka, Karma siapapun tidak bisa diturunkan kepada siapapun, tidak bisa ditransfer, tidak bisa dihapus, tidak bisa diwakilkan, tidak bisa diperkecualikan dan harus dijalani hingga tuntas oleh makhluk pelakunya sendiri hingga lulus, dan kemudian makhluk pelakunya wajib tidak melakukan lagi perilaku yang telah dilulusinya itu, guna ia dapat melanjutkan diri ke pembentangan potensi Illahiahnya berikutnya sebagai percikan Illahiah yang ter-emanasi dari Yang Illahiah dan bersumber dari Sang Sumber Terakhir [adalah fakta (bukan kepercayaan, bukan pula konsep) bahwa tidak ada manusia siapapun yang mengadakan diri sendiri, jadi setiap orang tidak memiliki diri sendiri, ataupun siapapun lainnya, dan oleh karena itu wajib untuk tidak mementingkan diri sendiri, aku adalah bukan dariku melainkan dariNya, diaNya, dengan demikian sebagai kosekwensinya, dapat dipertimbangkan bahwa siapapun adalah suatu percikan dari Yang Illahiah berkemuliaan Illahiah] Contoh: meskipun materi-materi Jasmaniah Chromosom, DNA dari orang-tua memang menurun ke anak, tetapi kesadaran Jasmaniah siapa yang akan menjadi anak mereka dan memakai Chromosom, DNA tersebut adalah langsung ditentukan oleh Karma anak itu sendiri di kehidupan reinkarnasinya yang lalu. Hubungan persaudaraan Jasmaniah di antara anggota-anggota keluarga ditentukan oleh getaran-getaran kesadaran mereka masing-masing ataupun oleh riwayat Karmis mereka, hubungan baik ataupun buruk sebelumnya, yang akan dinetralisir melalui hubungan persaudaraan Jasmaniah tersebut. Misalnya kematian dini bayi karena Chromosom yang cacat, telah dipakai oleh kesadaran Jasmaniah yang memakai badan Jasmaniah bayi tersebut, dengan catatan bahwa kesadaran Jasmaniah bayi ini pernah melakukan misalnya aborsi di kehidupan re-inkarnasinya sendiri yang lalu, sehingga ia perlu belajar menjalani sendiri dan memahami sendiri apa yang terjadi pada kematian-dini bayi, hingga ia tidak akan melakukan aborsi/ kekerasan lagi . Demikian pula halnya dengan perilaku orang-tuanya sendiri di kehidupan inkarnasi mereka yang lalu masing-masing adalah sebab-sebab mereka sendiri sehingga mereka perlu menjalani kematian dini bayi mereka sendiri tersebut. Demikian pula halnya bahwa Karma baik tidak mengurangi Karma buruk. Akibat dari Perilaku Bajik menghasilkan Karma Baiknya sendiri. Akibat dari Perilaku Keji, menyakiti Binatang misalnya, Korupsi misalnya, tidak terkurangi Karma buruknya oleh misalnya Karma baik melalui perilaku menyelamatkan nyawa Binatang, ataupun Karma baik melalui berderma (dari uang kotor korupsi ataupun dari uang bersih) kepada siapapun. Jadi hantaman Karma buruk misalnya 20 kg adalah tetap 20 kg, hanya saja perilaku bajik dalam menghadapi Karma buruknya sendiri membuat tubuhnya miring dalam menerima hantaman 20 kg tersebut sehingga menyerempetnya saja, dan sebaliknya perilaku buruk dalam menghadapi Karma buruknya sendiri membuat tubuhnya frontal tegak-lurus dalam menerima hantaman 20 kg tersebut sehingga membuatnya terjungkal, walaupun bebannya tetap sama 20 kg itu. Jelas bahwa Ajaran ini mengenai menyeluruhnya Kasih illahiah dan menyeluruhnya Keadilan illahiah tanpa penghapusan apapun, tanpa perkecualian apapun, tanpa perwakilan siapapun adalah menjunjung setiap makhluk untuk dapat menjadi tuan bagi dorongan inderawinya sendiri, tuan bagi dorongan perasaan/ keinginan/ hasratnya sendiri, untuk menujukan diri sendiri ke Pencerdasan dan Pemurnian Diri bagi aktualisasi poetnsi illahiah di dalam inti-eksistensi (Monad)nya sendiri sebagai Percikan illahiah; Apapun yang siapapun tanam/ sebabkan/ lakukan sedetik hingga ribuan, jutaan tahun yang lalu (dalam riwayat abadi jiwa masing-masing) adalah yang siapapun petik/ akibatkan/ terima bagi dirinya sendiri sedetik hingga ribuan, jutaan tahun yang akan datang (dalam riwayat abadi jiwa masing-masing) adalah landasan utama bagi Pembudi-dayaan Pribadi, Pencerdasan-diri dan Pemurnian- diri tersebut. Karena jika perbuatan keji apapun dihapus akibatnya, ataupun diwakilkan kepada yang dikuduskan, ataupun diperkecualikan, maka Pembudi-dayaan Pribadi dan Pemurnian-diri tersebut hanya menjadi fatamorghana bagi yang tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatan baik dan buruknya sendiri dalam amoralitas. Amoralitas tidak pernah dilakukan oleh siapapun yang telah bangun mewaspadai bahwa aku ada bukan dariku melainkan dariNya, maka aku adalah bukan akuku melainkan diaNya sehingga aku adalah percikanNya, percikan illahiah. dan hidup di alam semesta sebagai suatu Sekolah Kehidupan untuk mengaktualisasikan potensi illahiah dari dalam diri sendiri sebagai Percikan illahiah.
Posted on: Sun, 06 Oct 2013 06:06:42 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015