Ketika Abu Nuwas (146-198) Menghadapi Kematian AImam Ibnul - TopicsExpress



          

Ketika Abu Nuwas (146-198) Menghadapi Kematian AImam Ibnul Jauzi menceritakan dengan sanadnya yang sampai kepada Muhammad bin Nafi’ [Ats Tsabat indal Mamat hal. 166-167 cet. Muassasah Al Kutub Ats Tsaqofiyyah]: Abu Nuwas adalah kawanku. Ia wafat dan aku melihatnya dalam tidurku (mimpi). Aku bertanya kepadanya, “Apa yang Allah lakukan kepadamu?” “Dia mengampuniku karena bait-bait yang aku tulis, ” jawab Abu Nuwas, “Bait-bait itu ada di bawah bantal.” Aku pun menemui keluarganya, tiba-tiba terdapat syair tertulis di papan: Wahai Robb, sesungguhnya telah banyak dosa… Dan aku tahu bahwa ampunan-Mu lebih besar… Seandainya tidak ada yang berharap kepada-Mu kecuali orang baik… Maka kepada siapa orang jahat berdoa & mengharap… Aku berdoa kepada-Mu, wahai Robb, sebagaimana yang Engkau perintahkan, dengan ketundukan… Jika Engkau menolak tanganku, lalu siapa yang akan merahmati… Aku tidak memiliki wasilah kepada-Mu kecuali hanya harapan… Dan keindahan ampunan-Mu, kemudian sesungguhnya aku seorang yang berserah diri (kepada-Mu)… ___________ Seklumit biografi Abu Nuwas Dia adalah Al Hasan bin Hani’ yang lebih terkenal dengan sebutan Abu Nuwas. Seorang penyair terkenal. Ia dilahirkan di Al Ahwaz, salah satu desa di Khurastan Persia. Dikatakan bahwa ayahnya dari Damascus, termasuk tentara Marwan, khalifah terakhir Bani Umayah. Menurut mayoritas sejarawan, ia adalah orang Persia. Adapun ibunya, namanya adalah Julban, asli orang Persia. Kemudian ibunya pindah ke Bashrah. Tahun kelahirannya diperselisihkan (136, 145, 148, 149 H), demikian juga tahun wafatnya dipperselisihkan (195, 196, 198 H). Tentang kondangnya dengan kun-yah Abu Nuwas, maka riwayat yang paling kuat adalah sebagaimana yang dinyatakan Abu Nuwas sendiri. Bahwasannya tetangganya memintanya pergi mencari seseorang. Ia pun mulai pergi mencarinya sementara gombak/jambulnya bergerak-gerak di atas dahinya. Ketika ia kembali dengan membawa orang (yang dicari) kepada tetangganya, tetangganya berkata kepadanya, “Anda telah berbuat bagus, wahai Abu Nuwas (karena jambulnya bergerak-gerak, karena Nuwas dalam bahawa Arab berarti rambut yang terurai atau yang tergantung terayun-ayun [Kamus Mahmud Yunus hal. 473]). Maka kun-yah ini pun terus menempel pada dirinya. Abu Nuwas tumbuh besar di Bashrah. Ia membaca Al Quran di hadapan Ya’qub Al Hadhromi. Ketika ia usai membaca Al Quran, Ya’qub melemparnya dengan cincin seraya berkata, “Beranjaklah, kamu adalah orang paling pandai memabaca Al Quran se-seantero Bashrah. Di antara riwayat hidupnya adalah ia memiliki berpengetahuan dan berbudaya (tsaqafah: budaya) luas. Ia bolak-balik mendatangi halaqat-halaqat ilmu di Masjid Raya di Bashrah. Ia mencari hadits dari sejumlah guru, diantaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Adapun ilmu nahwu (grammer), maka ia mempelajarinya dari Abu Zaid An Nahwi. Ibnul Mu’tazz menuturkan, “Abu Nuwas adalah seorang yang ‘alim, ahli fiqih, pandai terhadap hukum-hukum dan fatwa-fatwa. Mumpuni dalam bidang perselisihan. Ahli dalam mengetahui thuruq hadits. Mengetahui nasikh Al Quran dan mansukhnya, muhkam & mutasyabihnya.” Di antara hal yang sangat aneh ialah pertumbuhan dan kehidupan yang penuh dengan keilmuan, justru tidak ditempatkan di tempat yang benar. Bahkan Abu Nuwaf dibawakan penuh sendau-gurau (lawak) kefasikan karena perbaurannya bersama orang-orang yang suka bersenda-gurau. Allahua’lam. Lihat biografinya di “Tarikh Baghdad” (VII/436), “Abu Nuwwas” karya Ibnul Manzhur, “Thabaqot Syu’aro” Karya Ibnul Mu’tazz, “Abu Nuwwas” karya Al ‘Aqqad, dll. [catatan kaki dalam Ats Tsabat oleh pentahqiq, Abdullah Al Laitsi Al Anshori]
Posted on: Sat, 02 Nov 2013 02:25:18 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015