Kisah Kebersamaanku Bersama Sang Pemimpin Mujahidin Jabhat al - TopicsExpress



          

Kisah Kebersamaanku Bersama Sang Pemimpin Mujahidin Jabhat al Nusrah Rabu, 6 Zulqaidah 1434 H / 11 September 2013 Shoutussalam - Aku memutuskan untuk menuliskan perihal Syaikh Abu Muhammad al Jawlani sejak pertama kali aku bertemu dengannya lebih dari setahun yang lalu. Segera saat itu, aku menyadari bahwa ia adalah seorang Syaikh Penakluk tanpa perlu seorang pun menunjukkan hal itu kepadaku. Setelah pertemuanku itu, aku tak lagi mendapatkan kesempatan untuk berbicara langsung kepadanya. Pada hari-hari itu, Jabhat al Nusrah bergerak dengan tingkat keamanan yang tinggi. Dari lubuk hatiku, aku mencintai Syaikh al Jawlani. Beliau mewakili sosok pemimpin yang aku dambakan, mewakili makna Jihad yang sebenarnya, dan juga ia merupakan wujud kebajikan rakyat Syam. Saat itu, beliau bertemu dengan beberapa ikhwah yang lain, berbicara secara individual di dalam ruangan. Sementara aku berada di luar ruangan dengan beberapa orang Muhajirin (pejuang asing) dan Anshar (pejuang lokal) . Semua orang disana tidak menyadari bahwa orang yang berada di dalam ruangan adalah Syaikh Abu Muhammad al Jawlani, kecuali aku. Seperti kebiasaan para saudara Muhajirin, mereka tidak akan pernah meninggalkan sebuah pertemuan jika tidak menyanyikan sebuah Nasyid. Aku sangat gembira ketika itu, mendengar mereka melantunkan sya’ir, "Dan Syaikh al Jawlani telah mengangkat panji ini.. " Syaikh Abu Muhammad al Jawlani adalah simbol jihad di bumi Syam, sebuah simbol keberanian, simbol kegagahan dan simbol akhlaq yang tinggi. Saya tidak dapat menggambarkan sosk ikon lain seperti beliau. Para pemimpin jihad memang harus menjadi contoh bagi kami. Mereka adalah orang-orang yang menanggung perubahan ideologi dan revolusi kita semua. Tindakan yang mereka tunjukkan adalah bukti, bukanlah sekedar kata-kata bahwa mereka adalah orang-orang yang benar di dalam umat ini. Setelah Syaikh meninggalkan kami di kegelapan malam yang larut itu, salah seorang al Akh membawaku ke rumah lain untuk saya tinggali hingga keesokan paginya. Kemudian aku dibawa menuju Aleppo dengan mobil yang akan tiba esok harinya. Di rumah itu ada dua Ikhwah bersaudara yang tengah tidur. Aku tidak bisa mengenali mereka. Lalu ketika aku bangun untuk melaksanakan sholat Subuh, aku ingin membangunkan dua orang al Akh itu. Betapa terkejutnya aku melihat salah satu dari mereka ternyata adalah Syaikh Abu Muhammad al Jawlani! Kami pun sholat di belakang Syaikh, dan setelah aku coba perhatikan ia lebih dekat guna memastikan apakah ia benar syaikh al Jawalani ataukah bukan. Sampai tidak ragu lagi aku yakin bahwa itu memanglah beliau. Kami pun makan bersama, dan setelahnya kami terdiam untuk sementara waktu. Kadang-kadang al Akh yang satunya berbicara dengannya. Aku tidak menyangka bahwa Syaikh al Jawlani akan hadir di tengah-tengah Mujahidin Aleppo untuk menyapa mereka dan melakukan pemeriksaan, sementara pada saat itu pertempuran Aleppo sedang berada di puncak kedahsyatannya. Sesuatu yang tidak akan pernah kulupakan adalah tatkala Syaikh mempersilahkan para pejuangnya bercerita jika mereka memiliki masalah dan kekhawatiran. Beliau akan memeriksa berbagai keperluan mereka, mengukur tingkat kesiapan bertempur para prajurit dan menanggapi pertanyaan. Setelah pertemuan itu , aku tahu bahwa Syekh al Jawlani kaya akan ilmu Syariah, pengetahuan politik , militer dan perang. Beliau juga dipenuhi dengan kesabaran, tekad dan ambisi. Syaikh Abu Muhammad al Jawlani adalah sosok teladan dalam tubuh Jabhat al Nusrah, beliau benar-benar pemimpin Jabhat al Nusrah. Setiap prajurit di bawah beliau menjadikan beliau sebagai teladan. Beliau adalah mujahid yang membangun fondasi Jabhat al Nusrah li Ahli Syam. Beliau adalah seseorang yang menjadikan pundaknya sebagai harapan bagi umat Islam di Syam untuk menciptakan satu-satunya gerakan Jihadis di sana. Dan aku tidak dapat menyangkal, bahwa sejak pertemuanku dengan beliau saat itu, rasa kagum telah memasuki diriku. Dan kekaguman dan rasa cinta ini pada Syaikh juga dialami oleh semua Ikhwah yang menemui beliau. Dan hal itu memberikan pengaruh pada mereka sedemikian rupa, hingga setiap kali mereka berbicara, mereka akan mengatakan, " Syaikh al Jawlani berkata seperti ini" atau "Syaikh al Jawlani melakukan seperti itu” . Mereka akan mengikuti segala sesuatu yang datang dari Syaikh dengan cara yang unik. Bagaimana Syaikh duduk, bagaimana beliau makan, tidur, berbicara, membaca, dan bagaimana beliau ketika beribadah, berwudhu dan melafalkan al Qur’an. Para ikhwah akan mengamati senjata apa yang beliau bawa. Aku berdiskusi dengan ikhwah lain tentang kekaguman ini dan tampaknya mereka juga mengalami hal yang sama sebelumku. Dan mengapa “sindrom Syaikh al Jawlani” ini tidak merasuki mereka ketika mereka telah bertemu dengan sosok lelaki hamba Allah yang terbaik di bumi Syam hari ini, dan Allah telah memilih mereka untuk menjadi yang terbaik dari hamba-hambaNya di bumi terbaik Syam. Semoga Allah melindungi Syaikh Abu Muhammad al Jawlani dan tentara-tentaranya di Jabhat al Nusrah, pun memberikan mereka kemenangan. Ditulis oleh seorang al Akh Mujahid Jabhat al Nusrah, dengan nama alias Abu Sayyaaf
Posted on: Wed, 11 Sep 2013 00:14:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015