Konser Kolintang Sulut Memukau Jakarta Tuesday, 27 August 2013 - TopicsExpress



          

Konser Kolintang Sulut Memukau Jakarta Tuesday, 27 August 2013 04:07 Pekikan I Yayat U Santi Sambut Pengunjung KONSER musik Kolintang Inspirasi Indonesia (KII) memukau budayawan dan pengunjung Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta Pusat. Acara yang digagas Sanggar Bapontar dan Manado Post sebagai media partner, Sabtu (24/8) malam mendapat applaus. Editor: Idham Malewa ; Peliput: Adrian Sigar SENTUHAN Sulut sangat terasa, saat memasuki gedung pusat kesenian Jakarta. Para tamu agak terkejut, manakala kata-kata I Yayat U Santi....!!! secara spontan diteriakkan para penari tarian adat Kabasaran (tarian perang Minahasa). Penari berkostum perang warna merah makin menjadi-jadi saat genderang gendang membahana. Mereka bergerak lincah dengan pedang dan tombak diputar, sambil sesekali mata melotot ke arah tamu. Tengkorak yang menghiasai dada dan kepala mereka makin menambah suasana hangat di dalam gedung. Sabtu malam itu, bukan hanya kawanua yang datang. Puluhan budayawan, pecinta seni dari berbagai daerah datang menyaksikan konser Kolintang (alat musik tradisional Minahasa yang dibuat dari kayu). Tema acara itu Kolintang Inspirasi Indonesia. Dimana, dalam konser yang dibuat Sanggar Bapontar Jakarta dan disponsori Manado Post (Jawa Post Group), menampilkan sesuatu yang baru. Apalagi untuk pertama kalinya di dunia, satu set alat kolintang terdiri atas 25 asambel dengan suara dan fungsi yang berbeda mengikuti okestra barat ikut ditampilkan. Kolintang itu terasa unik, karena Alm Evert Van Lesar, pembuat kolintang tersebut, hanya menggunakan satu pohon Cempaka berumur sekira 25 tahun dari Kombi, Tondano, Minahasa, Sulut. Konser dimulai sekira pukul 18.00 WIB. Diawali penampilan Grup Kolintang Bapontar Kids, yang terdiri dari 10 anak yang mengenakan seragam SD. Penampilan mereka memukau ratusan pengunjung, Dua lagu yang dibawakan yakni Yamko Yambe dari Papua dan lagu Tei Tei Raar dari Minahasa mengundang tepuk tangan. Mereka pun memamerkan kemahiran dalam bermain kolintang. Hebatnya lagi, dari 10 anak ini, hanya satu anak dari Minahasa, lainnya dari beragam suku di Indonesia, ada dari suku Jawa, Sunda serta Dayak. Selain itu, para pemain sukses memadukan kolintang dengan beragam alat musik, mulai dari musik tradisional seperti angklung yang dipertontonkan oleh puluhan ibu-ibu yang berusia 60 sampai 80 tahun sampai dengan alat musik modern, antara lain saxophone, gitar dan drum yang ditunjukkan beberapa musisi tanah air seperti 7070 Bassman, Kayla the Young Bassist, Nathan Drumer, Krishna, Andien Saxophone, Gideon Tengker and Band. Mereka semua memanjakan para penonton dengan lagu-lagu daerah sampai lagu barat. Selain itu juga, nada-nada yang keluar dari ketukan potongan-potongan kayu yang menjadi satuan dalam sebuah kotak ini sangat harmonis dalam membawakan instrumen klasik legendaris Beethoven yang dibawakan 25 pemain kolintang Sanggar Bapontar. Maria Amor, CEO and founder of Exotifit for Humanity yang juga produser iven internasional dari Los Angles, Amerika Serikat yang datang untuk menonton konser mengatakan, kolintang merupakan alat musik yang sangat menarik. Serta memiliki beragam potensi yang mampu menyajikan musik klas dunia. "Kolintang merupakan. instrumen kelas dunia, yang membuat saya teringat terus sewaktu saya datang ke Indonesia beberapa tahun yang lalu. Terlebih saya melihat potensi yang besar dari kolintang untuk go international," ungkapnya di sela-sela konser. Sementara itu, Ketua Umum (Ketum) Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) Irjen Pol Benny J Mamoto mengungkapkan, sangat bangga dengan apa yang dilakukan oleh Sanggar Bapontar dalam pengembangan seni dan budaya Minahasa. Apalagi sanggar yang dibentuk pada 2002 lalu ini, mengangkat dan melestarikan seni dan budaya daerah dari tanah rantau, Jakarta. "Apresiasi sangat tinggi kepada Beby Sumanti (pendiri Sanggar Bapontar) yang terus berupaya dalam melestarikan seni budaya. Ini juga menjadi cahaya pencerahan lahirnya kesadaran baru di Minahasa serta seluruh daerah lainnya dalam mengangkat seni daerah masing-masing," kata pria yang juga menjabat sebagai Deputi Pemberantasan BNN ini saat selesai konser, Minggu (25/8) dini hari, sekira pukul 01.30 WIB. Beiby sendiri mengungkapkan, dirinya beserta kawan-kawan di Sanggar Kolintang hanya ingin membuat budaya Minahasa tidak berjalan di tempat, terutama alat musik kolintang. "Banyak memang yang cinta kolintang, tapi hanya sedikit yang peduli," tutur wanita low profile ini. Lebih lanjut dikatakannya, selesai konser ini, pihaknya akan membantu Yayasan Institut Seni Budaya Sulut untuk membuat 125 alat ansambel kolintang. "Agenda selanjutnya untuk membantu membuat 125 ansambel kolintang pengembangan dari 25 ansambel kolintang dari Alm. Evert Van Lesar," tutup Beiby. (ian/
Posted on: Fri, 30 Aug 2013 18:21:24 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015