Liverpool Dan Rivalitasnya Dengan Klub Lain JUVENTUS Persaingan - TopicsExpress



          

Liverpool Dan Rivalitasnya Dengan Klub Lain JUVENTUS Persaingan Liverpool dan Juventus tentunya hanya terjadi di kompetisi Eropa, terutama di Liga Champions. Walaupun begitu, intensitas ketegangan antara kedua tim sangat tinggi karena melibatkan korban jiwa. Para pemerhati sepakbola tentu sudah mahfum dengan tragedi Heysel di tahun 1985. Momennya adalah final (waktu itu) Piala Champions pada 29 Mei 1985 di stadion Heysel yang menewaskan 39 orang penonton, 32 di antaranya adalah pendukung Juve. Sejumlah hooligan atau pendukung garis keras Liverpool dinilai sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerusuhan tersebut. Sebagai buntut dari tragedi berdarah itu, semua klub Inggris dilarang berkompetisi di Eropa selama lima tahun, sedangkan Liverpool dihukum selama enam tahun. Hukuman itu sempat membuat sejumlah pemain merasa tidak kerasan karena tidak bisa merasakan ketatnya persaingan di Eropa. Salah satunya adalah Ian Rush. Secara mengejutkan, striker terbaik yang pernah dimiliki Liverpool itu setuju untuk pindah ke Juve di musim 1987/88. Kepindahan Rush ke klub asal Italia itu dinilai sebagai transfer bernilai politis yaitu untuk memperbaiki hubungan kedua klub. Sayangnya, Rush hanya bertahan semusim karena merasa tidak kerasan tinggal di Italia. Ditambah lagi pola permainan klub-klub Italia yang lebih mengutamakan pertahanan sehingga Rush hanya mampu membuat tujuh gol dalam 29 laga selama memperkuat The Old Lady . Padahal di musim sebelumnya, ia mencetak 30 gol dalam 42 laga di Liverpool. Pemain asal Wales itu kemudian kembali ke Anfield di musim berikutnya. Liverpool dan Juventus baru bertemu kembali di kompetisi Eropa pada musim 2004/05 yaitu di perempat- final Liga Champions. Saat laga pertama di Anfield, di tribun The Kop mengkoordinasikan sebuah koreografi mosaik bertuliskan ‘Amicizia’ yang ditujukan kepada para suporter Juve yang memadati Anfield. Artinya persahabatan, sebuah permohonan maaf kepada tifosi Juve. Sebagian tifosi menyambutnya dengan baik, namun tidak sedikit pula yang menolaknya karena rentang waktu uluran persahabatan tersebut terlalu lama, 20 tahun sejak tragedi Heysel pecah. Kali ini The Reds berhasil membalaskan dendam mereka dengan menyingkirkan Juve. Seperti sebuah kebetulan, Liverpool akhirnya memuncaki Liga Champions di musim itu. Setelah itu kedua tim belum bertemu lagi di Eropa terutama setelah Liverpool selalu gagal lolos ke Liga Champions dalam beberapa musim terakhir. Namun di tahun 2012 kemarin tensi ketegangan kedua tim sempat terangkat kembali. Kali ini bukan terjadi di dalam lapangan tapi di bursa transfer. Waktu itu, Del Piero yang kontraknya sudah tidak diperpanjang di Juve diminati beberapa klub dan kabarnya salah satunya adalah Liverpool. Hal itu sempat diungkapkan Del Piero saat ia memutuskan bergabung dengan Sydney FC. Pemain legendaris Juve dan Italia itu menandaskan kalau Liverpool memang tertarik mendatangkannya tapi ia tidak berminat karena menghormati para fans sehubungan dengan Tragedi Heysel. Tentunya akan menarik, terutama menantikan sikap para fans, kalau kedua klub bertemu kembali di Eropa di masa-masa mendatang. CHELSEA Tensi ketegangan antara Liverpool dengan Chelsea sebenarnya baru meninggi dalam sepuluh tahun terakhir. Kedatangan Jose Mourinho di tahun 2004 dan prestasi mereka yang mulai menanjak membuat The Reds seperti mendapat rival baru. Persaingan mereka uniknya lebih banyak terjadi di kompetisi Eropa maupun ajang piala. Di Liga Primer, prestasi Liverpool memang sedang berbanding terbalik dengan Liverpool. Dalam sepuluh tahun terakhir, The Blues meraih tiga gelar liga sedangkan Liverpool kosong. Sebaliknya, saat Liverpool meraih gelar liga ke-18 pada musim 1989/90, Chelsea baru meraih satu gelar liga. Kebangkitan Chelsea di pertengahan 1990-an dan kedatangan Roman Abramovich pada 2003 yang berani menggelontorkan banyak dana, membuat persaingan semakin ketat. Liverpool memang belum kunjung bangkit di liga, tapi mereka masih punya taji di Eropa. Masuknya Mourinho sebagai pelatih Chelsea di tahun 2004 bersamaan dengan kedatangan Rafael Benitez di Anfield. Awalnya hubungan kedua pelatih masih adem- adem saja, apalagi Mourinho pernah berkarir di Spanyol sebagai asisten pelatih Barcelona. Hubungan keduanya mulai memanas saat Chelsea mengalahkan Liverpool di final Piala Liga pada akhir Februari 2005. Saat Steven Gerrard membuat gol bunuh diri yang membuat skor menjadi imbang 1-1, Mourinho berlari ke tribun pendukung Liverpool dan membuat isyarat dengan menempatkan jari tengahnya ke bibirnya. Pelatih asal Portugal itu tentunya mendapat cemohan dari fans The Reds dan diperingatkan wasit untuk kembali ke bangku cadangan. Benitez pun menyoroti sikap Mourinho yang dinilai kurang sportif. Rivalitas kedua klub pun dimulai dan mencapai puncaknya di ajang semi-final Liga Champions di musim yang sama. Setelah leg pertama di Stamford Bridge yang berakhir 0-0, laga kedua digelar di Anfield. Di awal babak pertama, Luis Garcia dinilai membuat gol ke gawang Chelsea sehingga Liverpool unggul 1-0. Tapi Chelsea memprotes keras keputusan wasit karena bola dianggap sudah diamankan oleh William Gallas sebelum melewati garis gawang. Protes mereka tak ditanggap wasit dan Liverpool tetap unggul sampai laga berakhir. Liverpool akhirnya berhasil menjadi juara setelah di laga final mengalahkan Milan melalui adu tendangan penalti. Mourinho masih tak menerima hasil tersebut dan menilai gol Garcia sebagai gol siluman yang tidak pernah melewati garis gawang. Hubungannya dengan Benitez juga menjadi tegang dan mereka bahkan beberapa kali tidak berjabat tangan baik sebelum maupun sesudah pertandingan di laga- laga selanjutnya. Entah kebetulan atau tidak, kedua tim bertemu kembali di babak penyisihan grup Liga Champions musim berikutnya. Hal itu dimungkinkan karena Liverpool lolos ke ajang ini sebagai juara bertahan bukan karena prestasi mereka di liga sehingga tidak menjadi tim unggulan. Pertemuan kedua tim tetap memanas tapi tidak ada gol yang terjadi baik di Stamford Bridge maupun Anfield. Sempat terjadi kontroversi saat Michael Essien terkena kartu merah karena dinilai terlalu keras melanggar gelandang Liverpool, Didi Hamann. Kedua pelatih kembali bersitegang. Mourinho menilai keputusan wasit dan reaksi Hamann terlalu berlebihan, sementara Benitez menganggap Essien pemain yang kasar dan sudah berniat melukai Hamann. Kedua tim kembali bertemu di semi-final Liga Champions musim berikutnya yaitu musim 2006/07. Kali ini tak ada kontroversi tapi pertandingan tetap berjalan seru dan dramatis. Chelsea menang 1-0 di Stamford Bridge dan Liverpool juga membalas dengan skor serupa di Anfield sehingga laga harus berlanjut sampai extra-time dan adu penalti. Liverpool kembali berjaya dan lolos ke final setelah menang dalam drama adu tendangan 12 Pas. Lagi-lagi tak ada jabat tangan antara kedua manajer. Laga itu ternyata menjadi pertemuan terakhir Mourinho dengan Benitez di kompetisi Eropa. Di musim berikutnya, kedua tim seperti sudah berjodoh dan kembali bertemu di babak semi- final. Bedanya, Chelsea ditangani Avram Grant yang menggantikan posisi Mourinho yang dipecat di awal musim 2007/08. Di laga pertama di Anfield, Liverpool lengah di menit- menit akhir dan John Arne Riise membuat gol bunuh diri yang membuat skor menjadi sama 1-1. Sebelum laga kedua di Stamford Bridge, Benitez mengkritik Dider Drogba yang dinilai sebagai pemain kurang sportif karena sering melakukan diving. Hal itu seperti menjadi bumerang buat Benitez karena Drogba tampil penuh semangat dan membuat dua gol dalam laga tersebut. Chelsea pun lolos ke final dan menuntaskan dendamnya terhadap Liverpool. Di musim berikutnya, lagi- lagi kedua tim bertemu tapi kali ini di perempat-final. Benitez menghadapi pelatih yang lebih senior, Guus Hiddink, yang mampu membuat Chelsea tampil lebih memikat dan produktif. Chelsea kembali menjadi pemenang dengan agregat gol 7-5 dan lolos ke semi-final. Itu adalah momen terakhir pertemuan kedua tim di Eropa. Di kompetisi domestik pertemuan kedua tim memang tidak sepanas di Eropa. Tensi baru memanas kembali setelah Fernando Torres hijrah ke Chelsea di pertengahan musim 2010/11. Penyerang asal Spanyol dianggap sebagai pengkhianat karena pindah ke klub yang termasuk rival utama Liverpool. Sejak itu, pertemuan kedua tim selalu berlangsung sengit dan panas. Meski prestasi Chelsea di liga masih di atas Liverpool tapi dalam beberapa kesempatan The Reds justru mampu mengalahkan rivalnya itu. Dan kebetulan, sampai musim lalu Torres belum berhasil menjebol gawang mantan klubnya itu.
Posted on: Sun, 30 Jun 2013 03:49:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015