MONO TESTIS Cryptorchismus adalah keadaan dimana satu atau kedua - TopicsExpress



          

MONO TESTIS Cryptorchismus adalah keadaan dimana satu atau kedua testis tidak turun ke dalam kantong scrotum. Unilateral cryptorchismus adalah suatu keadaan dimana hanya satu testis saja yang turun dan masuk ke dalam scrotum, sedangkan bila kedua testis tidak berada di dalam scrotum, maka keadaan itu disebut sebagai bilateral cryptorchismus. Kadang-kadang testis dapat keluar dari abdomen, namun hanya sampai di daerah inguinal. Keadaan ini sangat mudah dideteksi dengan melakukan palpasi di daerah inguinal. Apabila testis masih berada di dalam abdomen, testis tersebut sulit dideteksi baik dengan palpasi maupun foto rontgen, namun kemungkinan dapat dideteksi dengan menggunakan USG. Proses turunnya testis ke dalam kantong scrotum umumnya sudah selesai bila anak anjing maupun kucing berumur 2 bulan. Kadang- kadang proses turunnya testis ke dalam scrotum (descencus testiculorum) dapat lebih dari 2 bulan, namun menurut penelitian sangat jarang proses tersebut berjalan hingga 4 bulan. Sebagai contoh, pada penelitian anjing ras Beagle , pada saat hari ke-5 post partum, kedua testis anak anjing sudah berada di luar ring daerah inguinal. Pada hari ke-15 post partum, testis sudah berada di posisi inguinal ring dan scrotum, sedangkan pada hari ke-40 post partum, kedua testis sudah berada di dalam scrotum. DISTRIBUSI RAS Kasus-kasus cryptorchismus dijumpai pada semua ras baik anjing ras besar maupun ras kecil. Anjing-anjing ras kecil seperti: Pomeranian, Toy Poodle , dan Yorkshire Terrier memiliki resiko tinggi untuk mengalami cryptorchismus. Meskipun demikian tak jarang pula kasus ini dialami oleh anjing-anjing ras medium dan besar seperti: German Shepherd, Chow Chow , dan Golden Retriever . Pada kucing, kasus cryptorchismus lebih sering dijumpai pada kucing-kucing ras seperti Persia dan Angora dibanding pada kucing lokal. Data penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa kasus cryptorchismus unilateral lebih banyak ditemukan dibandingkan kasus cryptorchismus bilateral, dengan perbandingan 75% banding 25%. Testis kanan 2x lebih sering tidak turun ke dalam scrotum dibanding testis kiri. Prevalensi kasus cryptorchismus pada anjing di luar negeri adalah 1,2%, sedangkan pada kucing prevalensinya adalah 1,7%. GEJALA KLINIS Secara klinis anjing maupun kucing tidak menunjukkan kesakitan, namun apabila diraba scrotumnya tidak ditemukan adanya testis. Menurut literatur, kasus cryptorchismus merupakan kelainan kongenital dan umumnya bersamaan dengan kelainan kongenital lainnya, seperti luxatio patella. Pada kucing yang menderita cryptorchismus bilateral, biasanya memiliki bau urine yang sangat menyengat. DIAGNOSA Untuk menentukan diagnosa kasus cryptorchismus tidak terlalu sulit, karena dapat dilakukan dengan melakukan palpasi keberadaan testis secara cermat di daerah scrotum dan inguinal. Yang sedikit lebih sulit yaitu apabila testis masih berada di dalam abdomen. Untuk testis yang masih belum keluar dari dalam abdomen, kemungkinan dapat dideteksi menggunakan USG. Foto rontgen daerah abdomen dapat digunakan apabila testis sudah menjadi jaringan tumor (53%). Cara lain untuk menentukan diagnosa cryptorchismus adalah dengan menyuntikkan hCG (human Chrorionic Gonadotropin). Kadar testosteron yang tinggi (2x kadar normal) ditemukan pada kasus Bilateral cryptorchismus. Bila satu testis sudah diangkat, maka kadar testosteron dalam darah masih menunjukkan angka yang tinggi. Untuk membedakan antara kasus cryptorchismus dan testis yang sudah dikastrasi, maka dapat dilakukan dengan menyuntikkan hCG 750 IU secara IV, kemudian kadar testosteron dalam darah diperiksa pada hari ke-2 atau ke-3 post penyuntikkan hCG. Pada anjing yang dikastrasi, ditemukan kadar hormon testosteron dalam darah kurang dari 0,1 ng/ml. PENANGANAN Tindakan kastrasi merupakan tindakan yang paling tepat, baik untuk testis yang sudah keluar dari rongga abdomen namun belum berada di dalam scrotum, maupun testis yang masih di dalam rongga abdomen. Tindakan untuk memaksakan agar testis masuk ke dalam scrotum (Orchiopexy) merupakan tindakan yang tidak dianjurkan (malpraktek). Menurut literatur, untuk anak anjing yang berumur di bawah 4 bulan, penanganan dapat dicoba dengan pemberian hCG (human Chorionic Gonadotropin) atau GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) dengan dosis 100-1000 IU secara IM sebanyak 4x suntikan dalam waktu 2 minggu) Bila laparotomy harus dilakukan untuk mengambil testis yang masih berada di rongga abdomen, biasanya sayatan dilakukan pada linea alba. Kemudian setelah rongga abdomen terbuka, testis yang tertinggal di abdomen dicari pada garis bayangan yang dibuat antara ginjal dan scrotum, tergantung testis kiri atau kanan yang dicari. Untuk melakukan pengambilan testis, ikatan yang sempurna dibuat pada funiculus spermaticus. Selanjutnya testis dilepaskan dari jaringan di sekitarnya sedangkan funiculus spermaticus diklem kemudian dipotong. Apabila testis yang tertinggal di abdomen tidak dikeluarkan, testis tersebut akan menjadi tumor ganas (Sertolli cell tumor). Hal yang belum diketahui adalah kapan testis yang tertinggal tersebut akan menjadi tumor ganas. KESIMPULAN 1.Cryptorchismus bukan Penyakit menular melainkan suatu kelainan yang ada hubungannya dengan genetik. 2.Kasus cryptorchismus dapat dijumpai pada hewan2 anjing baik ras kecil maupun ras besar. 3.Kasus cryptorchismus pada kucing sering ditemukan pada kucing-kucing ras (Persia dan Anggora) 4.Cara yang terbaik untuk penanganan kasus cryptorchismus baik yang testisnya masih ada di dalam rongga perut atau di daerah inguinal dengan melakukan castrasi. 5.Tindakan orchiopexy (menurunkan testis ke dalam kantung scrotum) merupakan suatu tindakan yang tidak etis (malpraktek). 6.Pemberian suntikan hormon hCG (human Chorionic Gonadotropin) atau GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) dapat dicoba pada waktu anak anjing berumur kurang dari 4 bulan. SUMBER: anjing kita
Posted on: Thu, 04 Jul 2013 06:28:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015