Mengapa ayat Al-Qur’an banyak yang bertentangan dengan Kitab - TopicsExpress



          

Mengapa ayat Al-Qur’an banyak yang bertentangan dengan Kitab Suci? Allah, yang menurunkan Al-Qur’an, mengatakan didalam Al-Qur’an bahwa Dialah yang menurunkan Kitab Suci milik umat Nasrani. Kitab Suci umat Nasrani yang dimaksud adalah Kitab Suci yang terdiri dari Taurat, Zabur, kitab nabi-nabi maupun Kitab Suci Injil Perjanjian Baru (Qs. 2 Al‐Baqarah 136 ; Qs 21 Al‐Anbiya 48 dan Qs 46 Al‐Ahqaf 12). “Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang iberikan kepada nabi‐nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda‐bedakan seorangpun di antara mereka, dan kami berserah diri kepada‐Nya.” (Qs. 2 Al‐Baqarah 136) Di dalam Surat Al‐Anbiya ayat 48 dan Surat Al‐Ahqaf ayat 12 Allah berkata pula: “Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada Musa dan Harun, Furqan (Kitab Taurat) dan penerangan serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Qs. 21 Al‐Anbiya 48) “Dan sebelum (Al‐Qur’an) itu telah ada Kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan (Al‐Qur’an) ini adalah Kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang‐orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang‐orang yang berbuat baik” (Qs. 46 Al‐Ahqaf 12) Melalui ayat-ayat Al-Qur’an di atas Allah menegaskan bahwa Kitab Suci milik umat Nasrani maupun Al‐Qur’an diturunkan oleh Allah yang sama. Artinya, kedua kitab tersebut diturunkan oleh Allah SWT. Kitab Suci diturunkan lebih dulu. Beberapa ratus tahun kemudian baru Al-Qur’an diturunkan. Ayat-ayat tersebut sekaligus menjelaskan bahwa Al‐Qur’an merupakan kelanjutan dari Kitab Suci umat Nasrani. Namun sungguh sangat mengherankan. Banyak perkataan Allah didalam Al-Qur’an yang berbeda bahkan bertentangan dengan perkataan Allah dalam Kitab Suci umat Nasrani. Kita lihat beberapa diantaranya : Letter A Al-Qur’an menyebutkan bahwa umat Nasrani mengatakan Allah ada tiga (Qs. 5 Al Maa’idah 73-75 , Qs. 4 An Nisaa’ 171 , Qs 23 Al Mu’minuun 91 ditambah beberapa ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang sejajar). 73. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. 74. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 75. Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Qs. 5 Al Maa’idah 73-75) Sementara di dalam Kitab Suci umat Nasrani tidak dijumpai satu ayatpun yang menyebutkan bahwa Allah ada tiga. Juga tidak ada satu ayat pun yang menuliskan bahwa umat Nasrani berkata Allah ada tiga. Termasuk juga tidak ada satu ayatpun yang menyebutkan bahwa Tuhan umat Nasrani ada tiga. Bahkan tidak sedikit ayat-ayat didalam Kitab Suci umat Nasrani yang dengan tegas menyebutkan bahwa Allah hanya satu. Bahwa Allah itu Esa. Beberapa diantara ayat dalam Kitab Suci yang menyebutkan bahwa Allah hanya satu atau Allah itu Esa adalah Ulangan 6 : 4 ; Maleakhi 2 : 15 ; Markus 12 : 29 ; Yohanes 5 : 44 ; 1 Korintus 8 : 4 ; 1 Tim 1 : 17 ; 1 Tim 2 : 5 ; Yuda 1 : 25. 4. (Musa berkata) Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! (Ulangan 6 : 4) 29. Sabda Isa kepadanya : “Perintah yang terutama ialah, Dengarlah hai orang Israil, Allah, Tuhan kita, adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Markus 12 : 29) Ulasan panjang lebar mengenai tuduhan bahwa umat Nasrani mengatakan Allah ada tiga dapat dibaca dalam tulisan penulis berjudul “Apa benar Allah itu BUKAN 3?”. Letter B Al-Qur’an mengatakan bahwa orang-orang Yahudi yang mengaku telah membunuh atau menyalibkan Isa Al-Masih berbohong. Al-Qur’an katakan tidak benar Isa telah dibunuh atau disalibkan. Al-Qur’an mengatakan bahwa yang disalibkan itu adalah orang yang diserupakan dengan Isa. Al-Qur’an mengatakan pula bahwa Isa langsung diangkat Allah ke surga tanpa pernah mati (Qs. 4 An-Nisaa’ 157,158). 157. dan karena ucapan mereka: “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. 158. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. 4 An-Nisaa’ 157, 158) Sementara didalam Kitab Suci Injil Allah sendiri mewahyukan bahwa Isa benar-benar telah dibunuh atau disalibkan, mati dan dikuburkan. Pada hari yang ketiga Isa bangkit kembali dari kubur. 40 hari setelah itu Isa naik (terangkat) ke surga. Peristiwa penyaliban dan kematian Isa disaksikan oleh sangat banyak orang : para tentara Romawi, imam‐imam agama Yahudi, hampir seluruh penduduk Yerusalem, para murid dan keluarga Isa. Peristiwa penyaliban tersebut ditulis oleh banyak ayat didalam Kitab Suci Injil dan ditulis oleh lebih dari satu penulis Injil (Matius 27, Markus 15, Lukas 23, Yahya 19). 35. Setelah Isa disalibkan, mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan cara melempar undi. 50. Kemudian Isa kembali berseru dengan suara nyaring, lalu menyerahkan ruh-Nya. (Matius 27 : 35, 50) 25. Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi ketika mereka menyalibkan Isa. 37. Kemudian Isa berseru dengan suara nyaring dan menghembuskan nafas terakhir. (Markus 15 : 25, 37) 33. Setelah sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Isa di sana bersama kedua penjahat, seorang di sebelah kanan-Nya dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya. 46. Kemudian dengan suara nyaring Isa berseru, Ya Bapa, kedalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku.” Sesudah bersabda demikian, Ia menghembuskan nafas terakhir. (Lukas 23 : 33, 46) (dari Kitab Suci Injil Dwibahasa Indonesia – Yunani ; terjemahan tahun 1912) Letter C Di dalam Al-Qur’an, Allah menuduh sekaligus menegur umat Nasrani karena umat Nasrani mengatakan bahwa Isa adalah Tuhan (Qs. 5 Al Maa’idah 73-75 ; Qs. 5 Al Maa’idah 73-75 serta ayat-ayat lain yang sejajar). 73. Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. 74. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 75. Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (Qs. 5 Al Maa’idah 73-75) Sementara didalam Kitab Suci umat Nasrani justeru Allah sendiri mewahyukan bahwa Allah telah meninggikan Isa sebagai Tuhan. Istilah yang dipakai berasal dari bahasa Yunani yaitu “Kurios”. Artinya : Penguasa atau Tuhan atau Junjungan Yang Ilahi. Ini berbeda dengan istilah yang digunakan untuk menyebut Allah. Allah disebut “Theos”. Isa disebut “Kurios”. Dikarenakan segala pengorbanan yang telah Isa lakukan selama hidup sebagai manusia di bumi, Isa begitu ditinggikan Allah. Kepada Isa diberi nama diatas segala nama, supaya didalam nama Isa semua akan bertekuk lutut baik yang ada di langit, di bumi maupun yang ada di bawah bumi dan segala lidah akan mengaku Isa adalah Junjungan Yang Ilahi atau Tuhan (Filipi 2 : 9-11). 6. Sekalipun Ia (Isa) bersifat ilahi, kesetaraan dengan Allah itu tidak dianggap-Nya sebagai sesuatu yang harus dimanfaatkan. 7. Tetapi sebaliknya, Ia melepaskan semuanya, menempatkan diri sebagai seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia, 8. dan sementara Ia ada dalam keadaan sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. 9. Itulah sebabnya Allah sangat menjunjungNya (Isa) tinggi dan menganugerahkan kepada-Nya nama diatas segala nama, 10. supaya dalam nama Isa semua akan bertekuk lutut, baik yang ada di langit, di bumi, maupun yang ada di bawah bumi 11.dan semua lidah mengakui, “Isa Al-Masih adalah Junjungan Yang Ilahi , ”bagi kemuliaan Allah, Sang Bapa kita. (Filipi 2 : 6-11) Setelah Isa bangkit dari kubur Isa bersabda bahwa Allah telah menyerahkan segala kuasa baik di surga maupun di bumi kepada-Nya (Matius 28 : 18-20). 18. Isa mendekati mereka dan bersabda, “Segala wewenang dan kuasa baik di surga maupun di bumi sudah diserahkan kepada-Ku. 19. Sebab itu pergilah, jadikanlah semua suku bangsa pengikut-Ku dan permandikanlah mereka dalam nama Sang Bapa, Sang Anak, dan Ruh Allah Yang Maha Suci. 20. Ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu dan ingatlah, Aku menyertai kamu sampai kesudahan zaman. (Matius 28 : 18-20) Ulasan panjang lebar mengenai tuduhan bahwa umat Nasrani mengatakan Isa adalah Tuhan dapat dibaca dalam tulisan penulis berjudul “Isa itu Manusia atau Tuhan?”. 10599227-or-la-lettre-d Al-Qur’an dalam Surat Maryam ayat 28 menyebutkan bahwa ibu dari Isa Al-Masih adalah saudara perempuan Harun. 27. Maka Maryam membawa anak itu (Isa) kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. 28. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”, “Ya ukhta haruna ma kana abukimra’a sau’iw wa ma kanat ummuki bagiyya(n).” (Qs. 19 Maryam 27-28) Surat Maryam ayat 28 tersebut menyebutkan bahwa ibunya Isa Al‐Masih adalah saudara perempuan Harun. Sementara dari Kitab Suci kita tahu bahwa ibu Isa Al-Masih bukanlah saudara perempuan Harun. Saudara perempuan Harun bernama Miryam. Sementara ibunya Isa bernama Maryam. Dari Kitab Suci kita tahu bahwa Maryam dan Miryam adalah dua orang yang berbeda. Keduanya juga hidup pada zaman yang berbeda. Menurut Kitab Suci, Miryam bersama Harun dan Musa hidup pada zaman Mesir dengan Firaunnya (Keluaran 15 : 20). Al‐Qur’an dalam Qs. 7 Al A’raaf 103‐137 mengatakan juga bahwa Harun dan Musa hidup pada zaman Mesir dengan Firaunnya. 19 Ketika kuda Firaun dengan keretanya dan orangnya yang berkuda telah masuk ke laut, maka TUHAN membuat air laut berbalik meliputi mereka, tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut. 20 Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. (Keluaran 15 : 20) 104. Dan Musa berkata: “Hai Fir’aun, sesungguhnya aku ini adalah seorang utusan dari Tuhan semesta alam, 121. Mereka berkata: “Kami beriman kepada Tuhan semesta alam, 122. “(yaitu) Tuhan Musa dan Harun.” (Qs. 7 Al A’raaf 104, 121, 122) Ayat-ayat Al-Qur’an maupun ayat Kitab Suci diatas menjelaskan bahwa Miryam (saudara perempuan Harun) hidup di zaman Mesir dengan Firaunnya. Sementara kita tahu bahwa Maryam (ibunya Isa) hidup bersama Isa di zaman imperium Romawi, yaitu pada awal tahun Masehi. Dari ilmu pengetahuan sejarah dunia kita tahu bahwa zaman Mesir tidak sama dengan zaman Romawi. Jarak waktu antara zaman Mesir (dimana Miryam hidup) dengan zaman Romawi (dimana Maryam hidup) ada ribuan tahun. Jadi Maryam (ibunya Isa) orangnya berbeda dengan Miryam (saudara perempuan Harun). Dengan demikian Surat Maryam ayat 28 tersebut tidak benar. Surat Maryam ayat 28 tersebut salah. Miryam (saudara perempuan Harun) sama sekali bukan Maryam (ibu Isa Al-Masih). Catatan : Kitab Suci Injil juga menjelaskan bahwa Maryam (ibunya Isa) hidup pada masa imperium Romawi (Lukas 2 : 1-7). 2. Pada waktu itu, Kaisar Agustus (Kaisar Romawi) mengeluarkan perintah supaya diadakan sensus di seluruh dunia. 5. Ia (Yusuf) pergi mendaftarkan diri bersama Maryam, tunangannya, yang pada waktu itu sedang mengandung. 6. Ketika mereka di sana, tibalah waktunya bagi Maryam untuk melahirkan (melahirkan Isa). (Lukas 2 : 2, 5, 6) LetterE Ayat-ayat Al-Qur’an lainnya yang sangat berbeda dengan isi Kitab Suci umat Nasrani adalah Qs. 61 Ash Shaff 6 dan Qs. 7 Al A’raaf 157. 6. Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata.” (Qs. 61 Ash Shaff 6) Di dalam Surat Ash Shaff ayat 6 di atas Allah mengatakan bahwa Isa berkata : sesudah Isa akan datang seorang rasul bernama Ahmad (Muhammad). Kalau kita memeriksa seluruh isi Kitab Suci maupun perkataan Isa didalam Injil, tidak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa sesudah Isa akan datang seorang rasul bernama Ahmad ataupun Muhammad. Yang ada adalah Isa mengatakan bahwa sesudah Isa akan datang Parakletos (Ruh Suci atau Ruh Kebenaran atau Penolong atau Penghibur) (Yahya 14 : 16,17 ; 15 : 26 ; 16 : 13). Ruh Suci akan diutus Allah ke dunia setelah Isa kembali ke surga. Ruh Suci berwujud Ruh. Manusia tidak dapat melihat Nya karena wujudNya Ruh (Yahya 14 : 17). Ruh Suci atau Ruh Kebenaran akan turun dari surga, dan akan berdiam didalam diri pengikut Isa (Yahya 14 : 16,17). 16. Aku (Isa) akan meminta kepada Sang Bapa dan Ia akan memberikan kepadamu Penolong yang lain untuk menyertai kamu selama-lamanya,. 17. yaitu Ruh Kebenaran. Dunia ini tidak dapat menerima-Nya karena dunia tidak melihat-Nya apalagi mengenal-Nya. Tetapi kamu mengenal-Nya sebab Ia menyertai kamu dan akan tinggal didalam dirimu. (Yahya 14 : 16,17) 26. Apabila Sang Penolong yang Kuutus kepadamu dari Sang Bapa telah datang, yaitu Ruh Kebenaran yang datang dari Sang Bapa, maka Ia akan bersaksi tentang Aku (Yahya 15 : 26) Jadi, di dalam Kitab Suci Isa tidak pernah mengatakan bahwa sesudah Isa akan datang seorang rasul bernama Ahmad atau Muhammad seperti yang dikatakan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut. Selanjutnya Surat Al A’raaf 157 : 157. (Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. 7 Al A’raaf 157) Qs. 7 Al A’raaf 157 mengatakan bahwa didalam Taurat dan Injil ada tertulis mengenai seorang rasul atau nabi yang ummi (yang tidak bisa baca tulis) yang akan muncul. Dari Surat Al‐A’raaf ayat 157 tersebut kita mengerti bahwa pewahyuan tersebut diucapkan pada masa nabi Musa. Namun ternyata, kalau kita menelusuri seluruh Kitab Taurat dan Injil, tidak ada satu ayatpun yang menyebutkan akan datang seorang rasul atau nabi yang ummi seperti dimaksud Al-Qur’an tersebut. Justru didalam Kitab nabi Musa (Ulangan 18 : 15) nabi Musa mengatakan bahwa akan datang seorang Nabi seperti nabi Musa, yang berasal dari antara orang Israel. 15 Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan. (Ulangan 18 : 15) Allah juga bersabda didalam Ulangan 18 : 18 bahwa Allah akan membangkitkan seorang Nabi dari tengah‐tengah orang Israel. Allah akan menaruh Firman‐Nya di mulut Nabi tersebut. 18 seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. (Ulangan 18 : 18) Dari Ulangan 18 : 15 dan Ulangan 18 : 18 kita melihat bahwa Nabi yang dimaksud, yang akan datang tersebut, adalah Isa Al‐Masih. Nabi tersebut berasal dari antara orang Israel. Jadi bukan seorang rasul atau nabi yang ummi seperti yang disebutkan Surat Al A’raaf ayat 157 tersebut. Beberapa ayat yang disebutkan di atas merupakan sebagian dari ayat-ayat Al-Qur’an yang kami maksud. Banyak ayat Al-Qur’an yang berbeda bahkan bertentangan dengan Kitab Suci umat Nasrani. Padahal Allah sendiri telah bersabda bahwa Dialah yang menurunkan atau mewahyukan Kitab Suci umat Nasrani. Hal ini sungguh sangat membingungkan. Mengapa dapat berbeda atau bertentangan? Menjadi semakin membingungkan ketika didalam Al-Qur’an Allah malah menuduh bahwa ada orang yang telah merubah atau mendustakan ayat-ayat Kitab Suci umat Nasrani. Allah menuduh ada orang yang menyembunyikan kebenaran Kitab Suci (Qs. 2 Al-Baqarah 41, 75, 159). 41. Dan berimanlah kamu kepada apa yang telah Aku turunkan (Al Quran) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. 75. Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui? 159. Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati (Qs. 2 Al-Baqarah 41, 75, 159) Ini sungguh membingungkan. Apa benar ada orang yang telah mengubah isi Kitab Suci umat Nasrani? Benarkah ada orang yang mampu mengubah atau mendustakan atau menyembunyikan perkataan atau kalimat Allah? Kalau memang benar ada, bagaimana hal itu dapat terjadi? Bagaimana mungkin manusia sanggup melakukan hal tersebut? Bukankah Allah sendiri berkata didalam Qs. 6 Al-An’am 34 bahwa Allah menjaga perkataan atau wahyu-Nya? Bukankah Allah telah bersabda bahwa tidak mungkin ada seorangpun yang dapat merubah kalimat atau perkataan Allah? 34. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu. (Qs. 6 Al-An’am 34) Surat Al-An’am ayat 34 di atas mengatakan bahwa perkataan atau kalimat Allah tidak mungkin dapat dirubah oleh manusia. Ayat tersebut juga berarti bahwa tidak ada satupun dari perkataan atau wahyu Allah yang dapat dirubah oleh manusia. Allah itu kekal, tidak berubah dari dahulu, sekarang dan sampai selama-lamanya. Allah itu tetap sama. Berarti Allah berkuasa menjaga perkataan atau wahyu-Nya yang diturunkan sebelumnya maupun yang diturunkan kemudian. Allah berkuasa dan mampu menjaga perkataan atau wahyu-Nya yang ada didalam Kitab Suci umat Nasrani maupun yang ada didalam Al-Qur’an. Jikalau tidak demikian, berarti ayat Al-Qur’an diatas salah. Jikalau perkataan atau wahyu yang ada didalam Kitab Suci umat Nasrani dapat dirubah manusia, berarti ayat Al-Qur’an tidak benar. Kalau kita melihat kembali ke Qs. 2 Al-Baqarah 136, kita akan melihat bahwa Allah tidak pernah membeda-bedakan perkataan atau kalimat-Nya yang Dia turunkan kepada Ibrahim, atau kepada Ismail, kepada Ishak, kepada Yakub dan anak cucunya, kepada Musa, kepada para nabi sebelum Isa, kepada Isa Al-Masih maupun kepada Rasulullah SAW. “Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami, dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang iberikan kepada nabi‐nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda‐bedakan seorangpun diantara mereka, dan kami berserah diri kepada‐Nya.” (Qs. 2 Al-Baqarah 136) Dari ayat di atas kita mengerti bahwa Allah menjaga semua perkataan atau kalimat-Nya tanpa membeda-bedakannya. Artinya Allah juga menjaga semua perkataan-Nya yang ada didalam Kitab Suci umat Nasrani sehingga tidak mungkin ada orang yang dapat mengubahnya. Kalau dapat dirubah berarti Allah tidak menjaganya. Kalau seperti itu berarti Qs. 2 Al-Baqarah 136 tersebut tidak benar. Berarti Allah membeda-bedakan. Kalau seandainya benar bahwa perkataan atau kalimat Allah telah dirubah orang, bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Tidak sanggupkah Allah menjaga kalimat atau perkataan-Nya? Bukankah Allah Maha Mengetahui dan Maha Melihat? Seharusnya sebelum kalimat Allah tersebut dirubah orang, Allah sudah mengetahui hal tersebut bahkan dari sejak direncanakan atau diniatkan di hati orang tersebut. Bagaimana mungkin Allah kecolongan oleh manusia yang sebenarnya hanya merupakan ciptaan-Nya yang kecil, hina dan na’if? Kalau benar perkataan atau kalimat Allah telah dirubah orang, bukankah itu berarti bahwa Allah telah gagal dalam menjaganya? Lalu, kalau memang benar Allah tidak sanggup atau gagal dalam menjaga perkataan atau wahyu-Nya, bagaimana pula Allah dapat menjamin bahwa Allah dapat menjaga ayat-ayat Al-Qur’an sebagaimana yang disabdakan-Nya dalam Qs. 85 Al-Buruj 21,22 ? “Bahkan (yang didustakan itu) ialah Al‐Qur’an yang mulia, yang tersimpan dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuz).” “Bal huwa qur’anum majid. Fi lauhim mahfuz.” (Qs. 85 Al‐Buruj 21,22) Di dalam Surat Al-Buruj ayat 21 dan 22 Allah menjamin bahwa perkataan atau wahyu Allah didalam Al-Qur’an tidak mungkin ada yang salah. Demikian pula, tidak mungkin ada yang dapat merubahnya. Allah sendiri yang menjaganya (Lauh Mahfuz). Timbul pertanyaan. Bagaimana Allah dapat memberikan jaminan seperti itu jika seandainya Allah sendiri gagal dalam menjaga perkataan atau wahyu-Nya sebelumnya? Mulai dari menjaga Taurat, Zabur, kitab nabi-nabi hingga menjaga Kitab Suci Injil. Kalau benar Allah tidak mampu menjaga perkataan-Nya dari dipalsukan atau dirubah orang, berarti apa yang dikatakan oleh Al-Qur’an tidak benar. Jikalau benar perkataan atau kalimat Allah telah dirubah orang, terkesan seolah-olah Allah itu tidak kekal. Seolah-olah Allah itu berubah. Awalnya Allah masih kuat dan berkuasa untuk menjaga perkataan-Nya. Lama kelamaan Allah semakin lemah sehingga tidak mampu lagi menjaga perkataan atau wahyu-Nya sehingga perkataan-Nya dapat dirubah orang. Lagipula bisa jadi orang berpikir bahwa Allah dan Al-Qur’an banyak salahnya. Allah berkata dalam Surat Al-An’am ayat 34 bahwa kalimat atau perkataan-Nya tidak mungkin dirubah orang, namun nyata-Nya telah dirubah orang. Andaikata sebaliknya, tidak benar ada perkataan atau kalimat Allah yang telah dirubah orang. Berarti isi dari Kitab Suci umat Nasrani yang ada pada saat ini adalah asli. Berarti Allah benar-benar berkuasa dan mampu menjaga perkataan atau kalimat-Nya sebagaimana yang dikatakan-Nya dalam Qs. 6 Al-An’am 34 di atas. Namun masih tetap saja tersisa beberapa pertanyaan untuk direnungkan. Kalau benar Kitab Suci umat Nasrani murni atau asli, mengapa banyak ayat Al-Qur’an berbeda bahkan sangat bertentangan dengan ayat-ayat Kitab Suci umat Nasrani? Bukankah yang menurunkan atau mewahyukan kedua Kitab tersebut adalah Allah yang sama? Saya memohon untuk dimaafkan. Sedikitpun saya tidak bermaksud lancang. Saya hanya mencoba menguraikan sesuatu yang secara logika maupun ilmiah sangat mengganggu. Saya sangat percaya kepada Allah, sang Pencipta langit dan bumi. Allah pencipta umat manusia. Allah yang menciptakan diri saya. Saya tidak pernah sedikitpun meragukan ke-Mahakuasaan Allah, ke-Mahasempurnaan Allah serta ke-Mahabesaran Allah. Saya hanya mencoba menampilkan hasil perenungan serta pengkajian yang saya lakukan terhadap Al-Qur’an maupun Kitab Suci umat Nasrani. Saya mengharapkan masukan dari para pembaca untuk memberikan pencerahan terhadap isi tulisan ini, yang tentunya secara ilmiah dan logis
Posted on: Fri, 19 Jul 2013 05:06:47 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015