Next Level Sunday Morning Nov 4, 2012 Pdt. Petrus Hadi - TopicsExpress



          

Next Level Sunday Morning Nov 4, 2012 Pdt. Petrus Hadi Santoso Roma 12:1-2 Judul dari perikup ini adalah "persembahan yang benar" Kalau ada persembahan yang benar berarti ada pula persembahan yang tidak benar. Akhir-akhir ini orang kristen banyak kecewa karena Tuhan seolah-olah tidak menepati janji-Nya. yang belum mendapat pekerjaan, ini waktunya minta. Siapa belum mendapat rumah baru, ini waktunya minta. Siapa belum mendapat pasangan baru, mobil baru, anak, dll, ini waktunya minta. Enam bulan ini adalah waktu perkenanan Tuhan yang sedang dinyatakan bagi gereja-Nya.Waktu acara di HS, 6 hamba Tuhan mendapat rhema. Siapa y Sepasang suami istri telah menikah selama 17 tahun tapi belum dikaruniai seorang anak. Mereka datang kepada seorang dokter terkenal. Akan tetapi justrus sang dokter berkata: "Sekalipun kamu pergi ke rumah sakit terkenal di Hongkong atau Jerman atau rumah sakit terkenalpun, kamu tidak akan mendapatkan keturunan." Pasangan ini terus berdoa, dan Tuhan kabulkan permintaan mereka. Sejak doa saat itu, sang istri tidak mengalami datang bulan. Suami membawa istrinya ke laboratorium terkenal untuk memastikan bahwa istrinya mengandung. Ternyata hasil laboratorium menyatakan bahwa sang istri positif hamil. Mereka kembali kepada sang dokter untuk memberitahukan semuanya. Tindakan sang dokter hanya geleng-gelang kepala, tidak percaya bahwa wanita itu hamil. Eman bulan ini adalah masa perkenanan. Sekarang tinggal 2 bulan lagi. Tuhan sanggup balikkan keadaan tetapi tergantung respon kita. "...demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu..." Selalu dari pihak Tuhan yang menyodorkan/memberi kemurahan. Terdapat suatu kalimat: "Aku menasihatkan kamu." Keputusan bukan dari pihak Tuhan (yang menasihati) melainkan keputusan ada ditangan setiap kita (yang dinasihati). Tuhan beri hak "free will". Kita mau terima atau tidak itu hak dan keputusan kita sendiri, Tuhan sudah sodorkan. "...itu adalah ibadahmu yang sejati." Kalau ada ibadah yang sejati maka ada ibadah yang tidak sejati. Persembahkan tubuhmu yang kudus dan berkenan. Ketika kita mau menyerahkan hidup kita kepada Tuhan, maka Tuhan yang menjamin hidup dan kehidupan kita. Kalau Iblis mencoba mengendalikan diri kita, kita berkata: "aku milik Tuhan, kalau engkau mengingini aku, hadapi Tuhanku." Iblis akan kalang kabutmendengar itu semua. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini..." Menjadi serupa saja tidak boleh apalagi menjadi sama dengan dunia ini. Mau mendapat mijizat jangan memakai pikiran sendiri. Orang-orang dunia mereka berfikir menggunakan pikiran manusia tetapi mujizat Tuhan didapat ketika kita mengandalkan Tuhan. Ketika kita mancari kerajaan dan kebenaran-Nya (Mat 6:33) "...Tetapi perbaharui budimu..." Kalau tidak diperbaharui maka mujizatpun sulit kita rasakan. Kantong yang lama harus dibuang dan digantikan kantong yang baru "...yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Kualitas iman tergantung pada diri kita. Tuhan sudah sodorkan, sudah sediakan. Tetapi pilihan tetap berada di tangan kita. Setiap orang punya respon yang berbeda. Seperti sebuah sasaran untuk latihan memanah. Sebuah benda berbentuk bulat dengan lingkaran-lingkaran di dalamnya. Lingkaran besar (paling luar), lingkaran tengah (ukuran sedang) dan lingkaran kecil (inti). Semakin tengah sebuah anak panah tertancap, maka semakin besar pula nilainya. Demikian pula dengan value daripada iman kita. Semakin kita intim dengan Tuhan, maka semakin besar value iman kita di hadapan Tuhan. Kalau kita mau yang terbaik dari Tuhan, lakukan yang terbaik pula buat Tuhan. Suatu nilai yang Tuhan mau adalah kita tidak hanya sebatas baik saja, tapi berkenan bahkan sempurna. Tuhan mau supaya kita next level. Janji Tuhan ya dan amin, tapi kita mau tidak untuk bayar harga. Membaca alkitab, menyembah Tuhan, doa perang dll. Tuhan mau "value". Belajar merelakan dibentuk dan diubah. Supaya Tuhan dapati kita naik naik dan tidak akan pernah turun
Posted on: Tue, 16 Jul 2013 10:53:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015