On The Spot oF Soccer Barisan Pemain Asing Terbaik Serie A - TopicsExpress



          

On The Spot oF Soccer Barisan Pemain Asing Terbaik Serie A (Bagian I) Liga Italia Serie A termasuk salah satu liga terbaik di dunia. Di era tahun 80 dan 90an, liga ini bahkan sempat dinobatkan menjadi liga nomor satu di dunia. Tim-tim seperti Inter, AC Milan dan Juventus pun mampu berbicara banyak di kompetisi Eropa. Bahkan tim sekelas Sampdoria pun sempat menapak partai final Liga Champions pada musim 1991-1992. Kondisinya pun mirip dengan La Liga maupun Premiere League saat ini, disesaki dengan talenta-talenta hebat, baik lokal maupun asing dari seluruh penjuru dunia. Kejayaan klub-klub Italia di level eropa pun tak lepas dari bantuan pemain-pemain asing. Berikut adalah daftar 20 pemain asing terbaik yang pernah berlaga di Serie A Italia: 1 . Zvonimir Boban - Kroasia AC Milan (1991-2002) Bari (1991-1992) Total Penampilan: 251 Gol: 30 Prestasi: Scudetto (1993, 1994, 1996, 1999), Piala Super Italia (1992, 1993, 1994), Piala Liga Champions (1994), Piala Super Eropa (1994). Layaknya Rui Costa, Boban adalah seorang playmaker yang brilian. Ia sempat dipinjamkan oleh Milan ke Bari di awal-awal kedatangannya di Italia, sebab saat itu Rossoneri telah memiliki tiga pemain asing. Selama satu musim di Bari, ia menunjukkan permainan yang sangat impresif, walau tak dapat membantu menyelamatkan klubnya itu dari degradasi. Musim berikutnya, ia pun dipanggil kembali ke Milan. Ia pun langsung membawa Il Diavolo Rosso meyabet sejumlah gelar bergengsi, termasuk Liga Champions di tahun 1994. Ia pun nyaris membawa klubnya itu meraih gelar tersebut untuk kedua kalinya dalam dua tahun berturut-turut di tahun 1995. sayangnya, Rossoneri ditaklukkan Ajax di partai final. 2 . Michel Platini - Prancis Juventus (1982-1987) Total Penampilan: 147 Gol: 68 Prestasi: Scudetto (1984, 1986), Piala Coppa Italia (1983), Piala Winners (1984), Piala Super UEFA (1984), Liga Champions (1985), Piala Interkontinental (1985). Salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki oleh Juventus, selain Zinedine Zidane. Pada masa-masa awal kedatangannya di Turin, Platini sempat kesulitan beradaptasi dengan taktik pelatih Juve saat itu. Ia bahkan nyaris meninggalkan Bianconeri di tengah-tengah musim pertamanya mendarat di Italia. Untungnya, setelah melalui paruh kedua musim 1982-83 tersebut, keadaan berubah membaik baginya. Ia bahkan sanggup membawa Juve ke partai puncak Liga Champions (dahulu masih disebut piala Eropa). Sayangnya, di partai tersebut mereka dikalahkan oleh Hamburg SV. Akan tetapi, Platini masih sanggup memberikan gelar juara Piala Italia pada klubnya tersebut. Setelah melalui musim pertama tersebut, Platini kemudian membawa Juve meraih berbagai kesuksesan, baik di level domestik maupun Eropa. Puncak kejayaannya terjadi pada tahun 1985 saat ia berhasil mengantarkan Bianconeri mengalahkan Liverpool di laga final Liga Champions. Sayangnya, kemenangan tersebut diwarnai dengan tragedi Heysel yang menewaskan 39 fans. 3 . Rui Costa - Portugal Fiorentina (1994-2001) AC Milan (2001-2006) Total Penampilan: 339 Gol: 42 Prestasi: Scudetto (2003-2004), Piala Coppa Italia (1996, 2001, 2003), Piala Supercoppa Italia (1996, 2004), Piala Liga Champions (2003), Piala Super UEFA (2003). Satu lagi pemain Portugal sekaligus jebolan Fiorentina masuk dalam daftar ini. Rui Costa pada jamannya dikenal sebagai salah satu penyerang lubang maupun playmaker yang sangat handal. Kehebatannya membuat ia kerap disandingkan dengan Zinedine Zidane. Ia pun sempat beberapa kali dinobatkan sebagai pemain bernomor punggung 10 terbaik di Serie A. Costa mencapai kejayaannya ketika membela AC Milan. Ia sendiri sebenarnya mungkin tak akan meninggalkan Fiorentina jika klubnya itu tak mengalami kebangkrutan. Di San Siro, Costa akhirnya mampu meraih gelar Scudetto, dan juga menjadi jawara Eropa pada tahun 2003. Eksistensinya di Milan pun baru tergusur setelah Kaka datang ke Milan pada tahun 2003. Walau demikian, Costa masih tetap layak disebut sebagai salah satu playmaker terbaik di Serie A. 4 . Dejan Savicevic - Montenegro AC Milan (1992-1998) Total Penampilan: 97 Gol: 20 Prestasi: Scudetto (1993, 1994, 1996), Piala Super Italia (1993, 1994), Piala Liga Champions (1994), Piala Interkontinental (1992). Pemain yang berposisi sebagai gelandang serang maupun winger ini cukup sukses di Milan walau kerap dipinggirkan oleh pelatih Rossoneri saat itu, Fabio Capello. Maklum saja, Savisevic mendarat di San Siro bukan karena keinginan Don Capello, melainkan keinginan dari presiden Silvio Berlusconi. Di penghujung musim 92-93, Savisevic sebenarnya hendak disingkirkan oleh Capello, namun, berkat campur tangan Berlusconi, hal itu urung terjadi. Hal itu ternyata membuahkan hasil manis. Saat Milan menapaki laga final Liga Champions tahun 1994, pemain asal Montenegro itu tampil luar biasa. Ia membawa timnya mengalahkan The Dream Team Barcelona yang bermaterikan Romário, Hristo Stoichkov, Ronald Koeman, José Mari Bakero, Pep Guardiola dll. Ia memberi satu assist plus mencetak gol tendangan voli sensasional dari jarak 35 yard. Barca pun takluk 4-0 dari Milan. Walau sukses membawa Milan berprestasi, namun hal itu tetap tak mengubah cara pandang Capello kepadanya. Bahkan, pada tahun 1995, ketika Rossoneri sekali lagi sukses menuju partai final Liga Champions, Don Capello tak menyertakan Savisevic. Akibatnya, Milan pun kalah 0-1 lawan Ajax. Padahal, saat itu tim milik Berlusconi tersebut juga dipenuhi oleh para pemain bintang. 5 . Paolo Montero - Uruguay Atalanta (1992-1996) Juventus (1996-2005) Total Penampilan: 392 Gol: 10 Prestasi: Scudetto (1996-1997, 1997-1998, 2001-2002, 2002-2003), Piala Supercoppa Italia (1997, 2002, 2003), Piala Super UEFA (1996), Piala Interkontinental (1996), Piala Intertoto (1999). Inilah salah satu palang pintu terbaik di Serie A. Bola bisa saja lewat, tapi pemain lawan diharamkan untuk bisa melewati dirinya. Tak jarang ia melancarkan tekel-tekel yang bisa dibilang kasar kepada lawannya. Oleh karena itulah, ia mendapat cukup banyak kartu kuning maupun merah sepanjang karirnya. Bahkan, hingga saat ini, ia memegang rekor sebagai pemain terbanyak yang menerima kartu merah di Serie A. Setelah menghabiskan empat musim di Atalanta, barulah ia bergabung dengan Juventus pada tahun 1996. Ia pun bahkan langsung terpilih menjadi pemain utama di klub Turin tersebut. Bersama Bianconeri, ia berhasil merebut empat gelar scudetto dan gelar-gelar prestisius lainnya. Sayangnya, ia tak mendapat kesempata mencicipi manisnya meraih trofi juara Liga Champions. Di Juve, ia sempat membentuk tembok kokoh bersama-sama dengan Ciro Ferrara, Mark Iuliano, Gianluca Pesotto, Lilian Thuram, Gianluca Zambrotta dan Fabio Cannavaro. Next Page>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Posted on: Wed, 06 Nov 2013 02:03:10 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015