Opposite Part 15 NO COPAS!!! Lagi ulangan nangis. Gimana - TopicsExpress



          

Opposite Part 15 NO COPAS!!! Lagi ulangan nangis. Gimana kalau nanti lo di sangka nangis gara-gara gak bisa ngerjain soal ulangan? Bego kan? Ucapnya lagi langkahnya semakin menghampiri (namakamu). Entah mengapa air matanya terproduksi semakin hebat setelah kedatangan laki-laki ini. BRUK (Namakamu) menghambur dalam dekapan laki-laki yang ada di hadapannya ini. Membekap tangisnya dalam dada bidangnya, mengeluarkan erangannya yang dibekap oleh dada ini. Jangan nangis terus. Laki-laki tersebut membelai lembut rambut (namakamu). Tak mengetahui alasan gadis ini menangis, yang ia tahu tangis gadis ini terdengar sangat menyakitkan dan membuat dadanya ikut merasakan sedikit sesak. Bell istirahat berbunyi. Menandakan bahwa seluruh siswa diijinkan untuk keluar kelas. Salsha sempat mencari-cari (namakamu) yang setelah ulangan tadi tak ia temui. Beberapa kali mencoba menghubungi ponselnya namun tak mendapatkan hasil apapun. Klik Terdengar kembali suara rekaman dari bolpoin yang kini digenggam Aldi. Sejenak Aldi bisa merasakan kekecewaan dan pukulan yang kini menghantam (namakamu). Aldi merangkul pundak gadis yang duduk di sampingnya. Rangkulan Aldi membuat (namakamu) sedikit lebih tenang. Gue gak kecewa kok Al. Cuma lagi pengen nangis aja. Ucapnya tak mau Aldi berpikiran ia kecewa terhadap sahabatnya sendiri. Kini mereka berdua tengah duduk di tengah lapangan futsal, tidak pergi ke kantin untuk istirahat seperti siswa lain, tidak makan di jam istirahat ini, karena beberapa kali Aldi merayu (namakamu). Tetap jawabannya tidak. Kalo gak kecewa, kenapa nangis? Tanya Aldi memiringkan wajahnya. Nanti juga gue gak nangis lagi. (Namakamu) sedikit mendongakan wajahnya menatap Aldi. Aldi tak menjawab, hanya tersenyum. Waktu pulang telah tiba. Salsha segera meraih lengan (namakamu) agar tidak kehilangannya seperti waktu istirahat tadi. Sebelum sahabatnya itu beranjak dari duduknya. Gue mau ngomong. Salsha menatap (namakamu), Salsha tahu bahwa sedari pagi (namakamu) sepertinya memiliki masalah yang enggan ia ceritakan. Tapi jika tidak sekarang kapan lagi. Gue tahu lo lagi ada masalah. Tapi kalau gue gak bilang sekarang... Gue makin ngerasa bersalah sama lo (namakamu). Ucap Salsha dengan tatapan memohon, meminta (namakamu) untuk tetap berada di sini bersamanya sejenak. (namakamu) tak menjawab. Hanya terdiam lalu melirik Iqbaal yang kini berada di samping kirinya hendak melangkahkan kakinya untuk keluar kelas. Ia merasa sudah cukup puas mendengarkan rekaman itu tadi pagi, jika ditambah lagi dengan penjelasan dari Salsha saat ini. Entah lah hatinya akan sehancur apa. Gue cuma mau bicara semuanya berdua Al. Salsha menatap Aldi yang sedari tadi masih mematung di samping kursi milik Iqbaal. Ok. Aldi melangkahkan kakinya keluar dari kelas, secara tidak langsung Salsha mengusirnya kan? Gue tahu hari ini lo kayaknya punya masalah berat, tapi lo gak mau cerita sama gue. Salsha berbasa-basi melihat keadaan (namakamu) yang masih terlihat tak bersahabat seperti biasanya. Gue pengen cepet pulang Sha. Ketus (namakamu) membuat Salsha merasa sedikit aneh dengan tingkahnya. Iya... Salsha menjeda kalimat selanjutnya. Lo tahu kan kalo cinta itu gak bisa dipaksa? Dan cinta itu bisa datang kapan aja? Salsha menunggu respon (namakamu), namun sahabatnya itu masih terdiam. Itu yang terjadi antara gue sama... Iqbaal. Ujar Salsha kembali merobek luka (namakamu) menjadi lebih lebar. Sewaktu ulang tahun gue, Iqbaal nyatain cintanya sama gue... Walau dia tahu lo suka sama dia, tapi dia bilang cintanya gak bisa dipaksain buat lo... Salsha mencoba menarik nafasnya karena ia tahu kalimat selanjutnya akan terdengar lebih menyakitkan untuk (namakamu). Gue belum bilang iya atau enggak. Karena... Gue gak nyangka dia suka sama gue. Dan gue tahu sahabat gue sayang sama dia... Tapi ternyata semakin hari, gue semakin gak mau kehilangan dia (namakamu). DEG (Namakamu) kini mengatur nafasnya yang mulai sulit dihela. Gue, baru sadar kalau gue juga sayang sama dia. Mata Salsha berair entah karena rasa bersalahnya, atau karena melihat kondisi sahabatnya kini yang sesekali menepis air matanya mendengar semua yang terlontar dari mulutnya. Gue terima cinta dia. (Namakamu) telah mengetahui itu, tanpa Salsha memberitahunya. Tapi kenapa pernyataan langsung Salsha membuat dirinya kini merasakan tubuhnya lemas, tak mampu bergerak. Lebih menyakitkan. Hanya bahunya kini yang bergetar hebat. Tak terbayangkan kisah cintanya mengejar Iqbaal bertahun-tahun akan berakhir sesakit ini. Maaf. Salsha menunduk. Kedua gadis itu kini terisak bersamaan, sibuk berkemelut dengan perasaannya masing-masing. Tidak saling menatap, tdak saling merangkul satu sama lain. *** Seorang laki-laki kini duduk di depan meja belajarnya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Merenungi perubahan statusnya yang kini telah menjadi kekasih orang lain. Bahagia? Mungkin. Karena kini ia telah mendapatkan sosok yang ia dambakan. Wanita pintar, cerdas, mendapat peringkat tertinggi di kelas, selalu bisa di ajak berdiskusi mengenai mata pelajaran apapun. Sosok gadis yang kalem, dan tahan harga. Bukan sosok gadis bodoh, bloon, mendapat peringkat puluhan, koneksi selalu gagal jika membicarakan masalah pelajaran, setiap hari mengejar cinta laki-laki seperti gadis murahan. Iqbaal kini menghampiri lemarinya, membuka pintu bagian bawah. Dilihatnya sebuah kotak berbentuk kubus berukuran 40cm (volumenya berapa? -..-) dipandanginya semua isi di dalam kotak tersebut. Berpuluh-puluh pensil, bolpoin, tipe-x, penggaris, dan semacamnya. Yang sengaja ia simpan setiap harinya. Percuma jika ia membawa peralatan ini kembali ke sekolah, karena gadis itu akan selalu memberikan apa yang ia butuhkan setiap harinya. Tidak kah dibuang seperti apa yang ia katakan sebelum-sebelumnya? Ternyata tidak. Ia masih menyimpannya dengan baik. Laki-laki itu tersenyum melihat semua benda yang tertumpuk di hadapannya. Tidak akan ada lagi suplai peralatan seperti ini dari gadis bodoh itu, karena kini ia adalah kekasih SAHABATnya. Gulungan kertas kecil terselip di dalam tumpukkan benda tersebut. ~flash back on~ Iqbaal meraih sebuah gulungan kertas yang berada di dalam belahan kuenya. Membuka gulungan tersebut dengan perlahan. Sesuatu yang berlawanan terkadang membuat kita lebih nyaman Iqbaal terkekeh, tak mengerti apa maksud dari tulisan tersebut. Tulisannya apa? Tanya (namakamu) pada Iqbaal. Rahasia. Jawab Iqbaal membuat (namakamu) ingin menggetok kepalanya saat ini. ~flash back off~ Sesuatu yang berlawanan terkadang membuat kita nyaman. Apakah ini maksudnya... Gadis bodoh yang sama sekali tidak termasuk dalam kriteria gadis idamannya justru selalu mengerti apa yang ia butuhkan setiap harinya, gadis yang mampu membuatnya tersenyum karena tingkah bodohnya. Gadis yang selalu membuatnya NYAMAN untuk bertindak seenaknya dan mengeluarkan sifat aslinya. Di sisi lain. Seorang gadis tengah memperhatikan tumpukkan alat tulis yang terdapat dalam satu kantong plastik besar. Bingung dengan semua benda-benda di hadapannya. Akan ia apakan alat tulis sebanyak itu? Mengingat laki-laki yang digilainya sudah menjadi milik orang lain. Milik sahabatnya sendiri. Apakah ia harus membuang semuanya? Sayang sekali benda-benda tak berdosa tersebut harus berakhir di tong sampah. Jam 4. (Namakamu) melirik jam weker di samping tempat tidurnya. Kantong plastik tersebut ia jinjing ke luar kamar. Sempat mengotak-atik ponselnya sejenak, entah untuk menghubungi siapa. Langkahnya setengah berlari ingin menuju tempat yang ia maksud. Taman ramai, anak kecil saling berkejaran. Menggelayuti beberapa arena permainan di taman tersebut. Terlihat sangat ceria, terdengar tawa lepas mereka yang mampu mengurangi kesedihan (namakamu) saat ini. Hai. Sapa (namakamu) pada seorang gadis kecil yang tengah bermain ayunan kecil sendirian. Hanya menatap (namakamu) dengan tatapan heran dan bingung. Mau ini gak? Tanya (namakamu) menyerahkan sebuah pensil, bolpoin, penghapus karet dan penggaris. Warnanya yang pink dan gambar Hello Kitty yang lucu mampu membuat gadis kecil itu tersenyum. Makasih. Ucapnya terdengar sangat lucu. Sama-sama. Jawab (namakamu) sedikit mengacak lembut rambut gadis cilik tersebut. Beberapa anak (namakamu) hampiri, ia berikan satu per satu peralatan yang ada di dalam kantong yang dijinjingnya. Hingga semua habis. Sedikit lega. Karena ia tak akan melihat benda-benda penuh harapan itu melayang kembali di meja Iqbaal. Laki-laki yang berusaha ia lupakan saat ini. Maaf telat. Ucap seorang laki-laki menghampirinya dari arah belakang,duduk di samping (namakamu) sebuah bangku taman dekat arena permainan, dari tempat ini mereka mampu melihat tawa lepas anak-anak yang masih bermain di depan sana. Aldi, laki-laki itu yang tadi (namakamu) hubungi untuk menemaninya di sini. Udah abis jualannya? Tanya Aldi terkekeh melihat kantong plastik kosong yang masih dijinjing (namakamu). Heem. (Namakamu) hanya berdeham, lalu tatapannya kembali lurus ke depan. Aldi meraih telapak tangan (namakamu), membuat (namakamu) sedikit tersentak menatapnya. Dunia kamu masih bisa berjalan kan walau tanpa laki-laki itu? Dan aku akan selalu ada buat kamu, sampai kamu bosan. Ucap Aldi, tatapannya dalam menatap gadis di hadapannya yang kini tersenyum mendengar ungkapan Aldi. Makasih Al. (Namakamu) sedikit menarik telapak tangan dari genggaman Aldi, namun dengan cepat Aldi mencengkramnya. *** Hari di mana (namakamu) memasuki sekolah dengan kenyataan pahit yang harus ia terima. Dimana kini Salsha dan Iqbaal... Ssshhhh berhenti memikirkan hal itu (namakamu) kembali melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Gue tahu Salsha udah ngomong semuanya sama lo. Ucapan itu begitu mengaggetkan (namakamu) dalam kondisi pikiran kosongnya saat ini. Lupain. (Namakamu) berjalan dengan langkah cepat dari sebelumnya. Tapi gue belum minta maaf sama lo. Iqbaal menarik lengan (namakamu). Buat apa? Itu hak lo. (Namakamu) mencoba menepis lengan Iqbaal. Gue belum jelasin apa-apa sama lo kan? Iqbaal kembali menarik pergelangan tangan (namakamu). Gue udah ngerti tanpa harus lo jelasin. Gue udah tau semua tanpa perlu lo kasih tahu! Benar-benar geram (namakamu) saat ini pada tingkah Iqbaal. Lo belum tau semuanya! Lo belum tau tentang... Tentang lo yang gak suka cewek bego kayak gue dan lebih suka sama cewek pinter kayak Salsha! Gue tahu! Tentang ciuman itu. Suara Iqbaal melemah. Gue tau! itu ungkapan perasaan bersalah lo sama gue kan? Karena keesokan harinya lo jadian sama Salsha. PLAK (Namakamu) menampar keras pipi kiri Iqbaal. Seolah ingin menumpahkan kekesalan yang ia pendam untuknya dari hari kemarin. Entah setan apa yang merasuki (namakamu) kini, sangat benci melihat wajah Iqbaal kini muncul di hadapannya setelah apa yang sudah ia perbuat padanya. Bodohnya gue tergila-gila sama lo dalam jangka waktu yang lama. Buang-buang waktu. Suara (namakamu) terdengar bergetar. Sulit diseimbangkan. Iqbaal terdiam. Menerima perlakuan (namakamu) yang seharusnya ia terima. Lo benci sama gue sekarang? Tanya Iqbaal dengan wajah melemas. Ya! Bahkan lebih dari itu. Tegas (Namakamu) dengan nafas yang memburu menahan kekesalan yang menggelembung di dadanya dan air mata yang sudah berdesakan mengyelubungi bola matanya. Iqbaal terdiam, hanya tersenyum getir melihat kepergian (namakamu) yang ia rasa membuatnya saat ini cukup... Sakit. ~bersambung~ Seharian gak ada kabar ya? Maap. Lagi meriksa soal Try out UAS nih ribet. -____- maap maap @citranovy
Posted on: Tue, 03 Dec 2013 12:34:06 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015