PROVOKASI LIBYA GAGAL, EROPA AKAN KE - TopicsExpress



          

PROVOKASI LIBYA GAGAL, EROPA AKAN KE GAZA Palestinian-hold-Kadhafy-poster Belum selesai kasus Kapal ‘Marvi Marmara’, Sabtu 10 Juli 2010 lalu sebuah kapal bernama ‘Amalthea’ bertolak dari pelabuhan Lavrio (Yunani) kembali menuju perairan Gaza yang diblokade Israel. Kapal yang kabarnya membawa 2000 ton bahan makanan dan perlengkapan medis itu disewa yayasan amal milik putra Moamar Khadafy pemimpin Libya, bermaksud menembus blokade Israel ke Gaza City. Maka kawasanpun kembali menjadi tegang, berbagai pihak mengkhawatirkan bila insiden kembali terjadi, situasi akan lebih buruk dibanding kasus ‘Marvi Marmara’. Berbagai komentar kembali bermunculan. Tony Blair, wakil Kuartet diplomatik Timur Tengah, mendesak “semua pihak untuk bertindak dengan menahan diri.” “Yang paling penting adalah untuk menghindari konfrontasi, jalur yang ditetapkan untuk memberikan bantuan ke Gaza harus digunakan sesuai dengan kebijakan baru kita sedang kerjakan” kata mantan perdana menteri Inggris itu. Sementara itu Israel walaupun telah melonggarkan jalur darat tetap bersikeras dengan blokade ke pantai Gaza. Youssef Sawan, Direktur Eksekutif Yayasan Kadhafi, menuturkan kepada koresponden AFP: delapan kapal perang Israel menghadang kapal mereka sehingga tidak dapat menuju ke pantai Gaza City. Kali ini Israel bertindak lebih cermat terhadap kapal yang berbendera Moldova itu. Israel dikatakan telah melakukan upaya diplomatik yang intensif dengan Moldova dan Yunani, menanggapi aksi Libya ini. Koran Haaretz melaporkan di situsnya bahwa, Gabriela Shalev, Utusan Israel untuk PBB, mengirim surat kepada SekJen PBB Ban Ki moon – meminta masyarakat internasional campur tangan untuk mencegah kapal tersebut mendekati Gaza. Dari Yerusalem, AFP melaporkan bahwa, “Menteri Luar Negeri Israel, Avigdor Lieberman berbicara beberapa kali dalam beberapa hari ini dengan para menteri luar negeri Yunani dan Moldova, dan mencapai pemahaman dengan mereka berhubungan dengan kapal Libya itu,” mengutip pernyataan kementerian luar negri. Agen kapal dan kementerian luar negeri Yunani berkata bahwa kapal tersebut disewa dan telah berangkat ke pelabuhan Mesir El-Arish. “Semua dalam dokumen kapal menunjukkan pelabuhan Mesir El-Arish sebagai tujuan” kata Petros Arvanitis, agen kapal kargo Amalthea. Jurubicara kementerian luar negeri Yunani, Grigoris Delavekouras mengatakan pihaknya telah mendapat “jaminan yang diterima dari Duta Besar Libya bahwa kapal akan menuju El-Arish.” Tapi Kadhafi Foundation yang mengorganisir pengiriman kemudian mengatakan bahwa tujuan kapal adalah Gaza. “Kapal ini menuju ke Gaza seperti yang direncanakan,” kata Youssef Sawan, kepada AFP melalui telepon dari Tripoli. “Ini adalah misi murni manusiawi, ini bukan provokatif dan tidak bermusuhan,” tambahnya. Sebelumnya, seorang anggota parlemen Arab-Israel juga mengatakan kepada AFP bahwa kapal yang juga membawa penumpang – enam orang Libya, seorang Maroko, seorang Nigeria dan Aljazair itu – dimaksudkan untuk menuju ke Gaza dalam upaya untuk menentang blokade daerah kantong miskin Palestina. “Kapal sedang menuju ke Gaza sesuai rencana,” ujar Ahmed Tibi, yang berhubungan dengan yayasan amal yang dipimpin oleh Saif al-Islam Kadhafi, putra pemimpin Libya. “Yayasan ini menegaskan kepada saya bahwa kapal akan mencoba untuk mencapai pelabuhan Gaza untuk membongkar muatannya,” kata anggota Knesset atau parlemen Israel itu, yang menekankan “pentingnya politik dan kemanusiaan untuk memecah blokade (ke Gaza).” Ketegangan sempat terjadi ketika Amalthea sampai di lepas pantai Gaza. Kantor Berita Reuters seperti dimuat Haaretz, melaporkan bahwa terjadi perselisihan antara awak kapal dan aktivis pro-Palestina yang berniat menembus ke Gaza. Gaza-Strip-and-Amalthea Kapal rudal Israel telah membayangi sejak Amalthea mendekati perairan Palestina. Seorang wartawan Al-Jazeera di atas kapal amal itu mengatakan, kapal-kapal Israel berbaris membentuk dinding dimaksudkan untuk mencegah Amalthea melanjutkan ke wilayah Palestina. Sementara Israel bersikeras tidak akan mengizinkan kapal melewati blokade, para pejabat Hamas di Gaza telah mendesak Amalthea untuk terus maju. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, Rabu (14 Juli) mendesak para aktivis untuk tidak membiarkan kapal kargo mereka dialihkan dari pantai Gaza. Dan disebut dalam pidatonya, ia mengundang lebih banyak lagi “kapal kebebasan” Pro-Palestina. “Konvoi laut dan darat harus dilanjutkan. Kami harap kami dapat bergantung pada negara-negara Islam untuk membantu kami menyingkirkan blokade,” kata Haniyeh, mengacu pada blokade di Jalur Gaza oleh Israel. Sementara itu, Deputi Perdana Menteri Israel, Meridor mengatakan, “Siapa pun yang ingin membawa bahan yang bukan bahan berbahaya seperti – amunisi dan sebagainya – dapat membawa mereka melalui El-Arish, dapat membawa mereka melalui pelabuhan Israel di Asdod.” “Apa yang kami inginkan adalah untuk menetapkan pengaturan untuk inspeksi, jadi kami selalu dapat memeriksa dan tidak menginginkan mereka untuk menerobos masuk,” kata Meridor. Radio Israel memberitakan bahwa angkatan laut Israel mengingatkan kepada nakhoda kapal yang berasal dari Kuba itu untuk berbalik atau mengalihkan tujuan ke tempat lain. “Anda bertanggung jawab atas orang-orang di kapal, dan setiap upaya untuk memasuki wilayah akan dianggap kesalahan Anda saja.” suara yang diidentifikasi sebagai negosiator AL terdengar oleh reporter. Kemudian juru bicara militer mengatakan kapten Amalthea yang bernama Antonio itu berjanji kepada pejabat AL Israel bahwa ia tidak akan terus Gaza melainkan ke El-Arish Mesir. Kapal yang panjangnya 92 meter itu akhirnya menuju ke Mesir dan membongkar muatannya di pelabuhan El-Arish. Bulan Mei lalu upaya Israel untuk memblokir kapal Mavi Marmara yang membawa misi serupa ke Gaza membuahkan insiden yang berakhir dengan kematian sembilan aktivis Turki dalam konfrontasi kekerasan yang menyebabkan dunia mengecam Israel. Kali ini menghadapi aksi Libya, Israel tidak terpancing untuk melakukan tindakan ceroboh. Dari informasi yang dikeluarkan oleh Kantor Perdana Menteri Israel pada hari Selasa melukiskan bahwa kapal (Libya) punya kepentingan lebih dari hanya sekedar mengirimkan beras dan minyak jagung. Paket dikirim melalui email termasuk link ke laporan Al-Jazeera di mana relawan Maroko di kapal mengatakan, “Kita sebagai Muslim tidak takut mati. Sebaliknya, kami cinta mati syahid.” Paket ini meliputi sebuah pengingat bahwa keterlibatan Libya dalam terorisme adalah “sesuatu yg terkenal”. Bila mempelajari gelagatnya, Libya memang punya agenda lain dalam misi ini. Bulan Maret lalu dalam KTT Arab di kota Sirte – Libya, Syria dan Libya menekan Liga Arab untuk menghentikan perundingan damai dengan Israel dan meneruskan perlawanan senjata. Kadhafy-Assad Moamar Kadhafy pemimpin Libya mengancam akan menarik dukungannya terhadap inisiatif perdamaian yang diluncurkan pada pertemuan puncak Liga Arab 2002 di Beirut. Sementara itu rekannya Presiden Syria, Bashar Assad mendesak Presiden Palestina Mahmoud Abbas, untuk menarik diri dari rencana perdamaian yang didukung AS dan (mengajak untuk) mengangkat senjata terhadap Israel, menurut dua delegasi yang berbicara tanpa menyebut nama karena sensitivitas masalah ini. Mereka mengatakan Assad juga mendesak negara-negara Arab untuk menghentikan setiap kontak dengan Israel, meskipun hanya Mesir dan Yordania telah memiliki perjanjian perdamaian dengan negara Yahudi. “Harga perlawanan tidak lebih tinggi dari harga damai,” Abbas mengutip salah satu delegasi Assad. Ajudan senior Abbas, Nabil Abu Rdeneh dengan cepat menghentikan tekanan. “Mari kita bersikap realistis. Kami tidak akan mengikuti mereka yang memiliki agenda khusus,” katanya kepada televisi Al-Jazeera. “Kami siap untuk setiap opsi Arab, jika mereka ingin berperang, biarkan mereka menyatakannya dan memobilisasi tentara mereka dan orang-orang mereka dan kami akan menyusul..” Perselisihan di antara anggota Liga Arab mencerminkan perbedaan pandangan tentang bagaimana menangani perundingan Timur Tengah yang macet. Dan Libya serta Syria adalah dua negara yang bersikap keras terhadap hal itu. Kelihatannya isu blokade Israel atas Gaza ini bisa dijadikan alasan untuk menyulut konflik, Kadhafy nampaknya sedang memanfaatkan momentum insiden Flotilla Mei lalu untuk menumpuk kutukan kepada Israel. Bukan saja supaya negara-negara Arab akhirnya sepakat untuk memulai pertempuran, tetapi agar dunia Internasional juga turut menyalahkan Israel bila konflik benar-benar pecah. Israel mencium gelagat itu, pasca insiden Mavi Marmara, Israel mengubah kebijakannya menyangkut blokade Gaza. Nampaknya Israel akan melibatkan Uni-Eropa untuk turut serta dalam urusan penyelundupan senjata ke Gaza. Menteri Luar Negeri Lieberman bulan lalu telah mengundang pemimpin-pemimpin Uni-Eropa untuk meninjau Gaza. Kepala kebijakan luar negeri Uni-Eropa, Catherine Ashton dijadwalkan akan tiba di wilayah tersebut dalam waktu dekat. Ashton diharapkan dalam rapat itu untuk membicarakan kemungkinan peran Uni Eropa di tempat penyeberangan Gaza untuk mempercepat transfer aliran barang bantuan. Kemudian pada bulan tersebut, para menteri luar negeri Italia, Jerman, Perancis, Spanyol dan Britania diharapkan untuk pergi ke Gaza. Lieberman telah mengundang mereka bulan lalu, dengan beberapa pengecualian – tidak membiarkan politisi asing untuk menemui pemimpin-pemimpin Hamas sehingga melegitimasi mereka. Baik Ashton maupun para menteri luar negeri Uni Eropa tidak akan bertemu pejabat Hamas. Israel tahu dengan melibatkan Uni-Eropa sebagai ‘penjaga’ Gaza, setidaknya mereka akan aman dari kecaman Internasional. Karena kapal-kapal berikutnya akan terus berdatangan. Hal ini dapat dijelaskan dari pidato pemimpin Hamas Khaled Mashaal yang melihat bahwa kapal-kapal penerobos blokade sebagai batu pijakan penting dalam mewujudkan delegitimasi Israel. “Menghancurkan blokade adalah prioritas, dan kita harus memaksa dengan segala cara, termasuk kapal-kapal baru yang akan dijalankan dalam beberapa minggu dan bulan mendatang, dengan pertolongan Allah,” kata Mashaal dalam sebuah pidato di Damaskus, Syria pada 28 Juni lalu. “Saya menyerukan kepada orang-orang Arab dan Muslim dan pecinta kebebasan lainnya di dunia untuk menggandakan jumlah peserta,” katanya. Sekarang kita melihat bahwa Libya telah bangkit. Begitu juga Uni-Eropa, tidak lama lagi akan ‘masuk lapangan’. Apakah Eropa akan menjadi ‘penjaga gawang’ Israel di Gaza ? Itu artinya Eropa akan berhadapan dengan negara-negara Arab, terutama dari Afrika Utara. Sebab formasi ini persis seperti nubuat Daniel 11:40-43. “…dan raja negeri Utara itu akan menyerbunya… Ia akan menjangkau negeri-negeri… Ia akan menguasai harta benda emas dan perak dan segala barang berharga negeri Mesir, dan orang Libia serta orang Sudan akan mengikuti dia.” Satu lagi nubuat sedang masuk ke babak penggenapan. Siapa bijak kiranya mulai menghitung hari-hari dan mempergunakan waktu yang ada dengan baik.
Posted on: Thu, 22 Aug 2013 14:50:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015