Postingan lama KM, yang membantu menjawab pemikira yahya waloni - TopicsExpress



          

Postingan lama KM, yang membantu menjawab pemikira yahya waloni seri 09-terakhir : MENCOBA MEMAHAMI KONSEP PEWAHYUAN ALKITAB Kekeliruan memahami bagaimana pewahyuan Alkitab akan membuat orang keliru dalam memahami Alkitab. Karena latar belakangnya, banyak orang beranggapan bahwa suatu kitab Allah harus berisi wahyu Tuhan yang diturunkan langsung ke dunia. Kitab itu dianggap harus murni seratus persen dari surga, tanpa campur tangan manusia; tanpa cacat, tanpa kekurangan dan tanpa kelemahan sekecil apapun. Isi, pesan, makna, bahasa dan ungkapan redaksional kitab ini dianggap harus sempurna sampai ke titik dan komanya. Alasan anggapan mereka, “Tuhan yang Mahasempurna tidak mungkin menerima kesalahan, tidak akan bertoleransi atas kekurangan dan keterbatasan yang sekecil apapun pada firmanNya yang telah ditulisNya di surga”. Inilah yang sungguh amat keliru bila diterapkan untuk memahami Alkitab. Karena cara Allah dalam pewahyuan Alkitab sangat berbeda dengan pewahyuan-langsung (tanpa sentuhan manusia/robot/mekanis) yang dipercayai diturunkan bagi kitab lain diluar Alkitab. Pewahyuan pada penulisan Alkitab adalah sebagai berikut: Pertama, Alkitab bukan kumpulan ayat demi ayat, yang setiap katanya didiktekan secara langsung dan mutlak oleh Tuhan tanpa sentuhan dunia. Tuhan Alkitab tidak mendiktekan firmanNya dengan cara yang demikian. FirmanNya yang “dimasukkan” ke dunia dan tinggal di dunia untuk berkomunikasi dengan manusia melalui panca indera dan nalarnya, ternyata justru memilih unsur-unsur dunia yang terbatas, seperti: tempat, waktu, budaya dan bahasa dunia. Bukankah ini dapat diumpamakan dengan orang-tua yang harus membatasi dirinya dan menurunkan tingkat bahasanya ketika ia berbicara dengan seorang anak keccil ? Karena Tuhan memilih dan memakai hal-hal yang terbatas, maka Ia pun menggambarkan hakekat keilahianNya di dalam batas-batas yang dipilihNya itu. Melalui bahasa dan budaya manusia namun dalam hikmat Roh Allah, firmanNya disampaikan kepada manusia (1 Korintus 2:13). Kedua, Kalimat-kalimat di dalam Alkitab itu tidak seluruhnya berupa perkataan yang disabdakan secara langsung oleh Tuhan, melainkan ada pula berupa kisah-kisah yang ditulis dengan menggunakan tangan-tangan penulis, namun semuanya didasari pada pewahyuan Roh Kudus kepada para penulisnya. Berita kebenaran Alkitab ditulis manusia yang tetap diberi kebebasan untuk menggunakan bakat dan gaya penulisan, huruf dan bahasa mereka masing-masing. Dengan demikian, hasil tulisan setiap penulis terkait dengan budaya dan kepribadian serta pengalamannya. Namun semuanya telah dituntun oleh Roh Kudus untuk menghasilkan FirmanNya yang dituangkan secara benar, penuh dan cukup, di dalam batas-batas pengertian yang mampu diungkapkan melalui rangkaian abjad dunia atau vokal mulut yang terbatas. Oleh dorongan Roh Kudus, orang-orang yang diilhami itu berbicara atas nama Tuhan (2 Petrus 1:21). Ketiga, Alkitab bahkan tidak memuat seluruh perkataan, mujizat dan perbuatan Allah atau nabiNya selama misi utusanNya berada di bumi. Mengapa orang tidak mempersoalkan jumlah ayat-ayatNya yang terbatas dalam KitabNya, padahal firman Allah tidak terbatas dalam segala aspek (segi) dan dimensinya? Mengapa orang menganggap seluruh ayat-ayat yang tersaji itu sudah lengkap? Bukankah itu aneh? Mengenai “keanehan” yang sering tidak disadari manusia ini, Alkitab menerangkan bahwa kelengkapannya tidak ditentukan oleh mutlaknya jumlah ayat dan pasal hukum untuk menjawab setiap masalah dunia kini dan nanti, melainkan lengkap dalam arti cukup untuk menyampaikan maksud dan kehendak Tuhan untuk menyelamatkan manusia, dan bahwa Yesus Kristus itulah Juru Selamatnya. Hal ini tertulis antara lain pada Yohanes 20: 30,31 sebagai berikut: “Masih banyak lagi tanda mujizat lain yang dibuat Yesus di depan murid-muridNya, tetapi tidak dicantumkan dalam buku ini. Namun semua yang tercantum ini telah ditulis supaya kalian percaya, bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, dan oleh imanmu kepadaNya, kalian memperoleh hidup didalam namaNya”. Kitab Injil juga tidak perlu memuat semua ucapan dan perbuatan Yesus selama Ia tinggal di dunia ini. Lihat, misalnya Injil Matius 4:23, Yohanes 2:23; 16:12 atau Lukas 5:3 yang hanya menyatakan ada aktifitas, tetapi tidak menuliskan ucapan-ucapan dan perbuatan apa yang Yesus lakukan. Namun hal ini tidak mengurangi kebenaran dan kesempurnaan Injil, yang telah ditulis supaya kita percaya. “Masih banyak hal-hal lain lagi yang dilakukan oleh Yesus. Andaikata semuanya itu ditulis satu per satu, maka seluruh bumi ini tidak cukup besar untuk memuat semua buku yang akan ditulis itu”. (Yahya 21:25) Keempat, Tuhan dalam banyak hal menyampaikan pesanNya melalui perumpamaan-perumpamaan sederhana. Padahal mustahil perumpamaan itu dapat menggambarkan secara mutlak kebenaran yang diumpamakan. Yang bisa sempurna menggambarkan sesuatu agaknya hanyalah duplikat atau kembaran atau foto-copy canggih dari gambar aslinya. Mustahil ada perumpamaan yang seratus persen sempurna menyamai rincian-rincian aslinya. Ketidak sempurnaan ini hanya dapat diartikan bahwa penggambaran dan pengungkapan firman Tuhan dengan menggunakan perumpamaan pun tidaklah sempurna secara mutlak, kecuali lebih memberikan fokus dan pemahaman atas pesan-pesan pokok firman Tuhan. Kelima, Teks Alkitab saja belum memberikan seluruh makna kebenaran Alkitab bukan sekadar teks, melainkan firman Tuhan yang hidup. Ia bukan hanya pesan yang hanya tersurat , melainkan juga tersirat. Bahkan merupakan pesan Illahi yang baru dapat dimengerti secara penuh bilamana hati pembacanya diberi pengertian khusus oleh Roh Allah(devine illumination). Orang-orang Yahudi, walaupun mengenal Abraham, Musa dan Taurat, telah ditegur oleh Yesus karena tidak mengenal “bahasanya Taurat”, yaitu FirmanNya,“Apa sebab kalian tidak mengerti maksud perkataanKu?”(Yahya 8:43). Bahkan Petrus dan murid-murid Yesus, yang senantiasa bersama Yesus, juga tidak mengerti Kitab Suci sebelum Dia – Sang Pemilik Kitab Suci –membuka pikiran mereka (Lukas 24: 44,45). Ini membuktikan, bahwa kebenaran penuh dari Kitab Suci tidak terletak pada kesempurnaan susunan kalimat, kelengkapan jumlah huruf dan semantika teksnya, semuanya secara mutlak, melainkan pada kelengkapan pengertian yang diberikan oleh Roh Kudus atas teks tersebut. Yesus berjanji akan memberikan pengertian tersebut kepada mereka yang menyambutNya, “ ... apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran”. (Yahya 16:13) Jadi, itulah keunikan pewahyuan Alkitab. Sekalipun tidak dikerjakan secara langsung dan mutlak total dengan tangan Tuhan (secara robot), dan sekalipun tunduk mengikuti segenap keterbatasan duniawi, namun Alkitab cukup sempurna untuk menyaksikan kebenaran Mesias, Anak Tuhan, menyampaikan kehendak Tuhan, memberi hikmat, berkat dan keselamatan bagi umat manusia. Pengetahuan tentang seluruh teks Alkitab dan upaya untuk mempelajarinya secara mendalam sangat penting bagi kehidupan dan pengembangan rohani. Namun bukan hal itu yang menjamin keselamatan seseorang. Alkitab tidak mengenal bahwa dengan makin pintarnya seseorang menemukan dan mengamalkan tradisi dan ayat tersembunyi, akan otomatis menempatkannya lebih berpahala sehingga lebih mudah naik ke surga, ketimbang orang-orang bodoh yang kurang mengetahuinya. Inilah keadilan Tuhan-Alkitab, atas orang-orang yang sederhana dan yang tidak mampu membaca. Mereka tetap dibuat pantas dan disetarakan oleh Tuhan dengan para Ahli Kitab yang bahkan menguasai pengertian 41.173 ayat Alkitab yang ada! KESEMPURNAAN PERAHU NUH Kebenaran Alkitab sebagai firman yang menyelamatkan umat manusia ini dapat diibaratkan dengan perahu Nabi Nuh. Perahu itu dirancang dan disusun secara khusus oleh Tuhan, untuk menyelamatkan mahluk yang mau diselamatkan pada waktu itu. Apa yang dirancang Tuhan itu tentu benar dan sempurna, tanpa kekurangan atau kesalahan. Namun pembuatan perahu itu dilakukan oleh manusia, yaitu Nuh, yang keahlian dan pengetahuannya di bidang pertukangan pasti tidak sempurna. Apalagi ia tidak dilengkapi dengan ilmu perkapalan-raksasa, tidak juga ilmu kelautan. Tak ada perkakas tambahan dari Tuhan, selain alat-alat Nuh yang sangat sederhana, sesuai dengan yang ada pada masa itu. Secara ilmu pengetahuan dan teknologi modern, pastilah mudah ditemukan kekurangan, kekasaran, kesalahan, tidak rata, tidak efisien, dan keanehan-keanehan pada sambungan dan lekukannya. Bahkan kekedapannya (kedap-air) pun tidak akan mencapai kesempurnaan. Namun, siapakah di antara kita yang bisa menyangkal bahwa ternyata kapal Nuh itu benar-benar sempurna dan benar untuk melaksanakan misi penyelamatan yang diinginkan Tuhan! Tuhan mampu membuat Alkitab cukup sempurna melalui dan di dalam keterbatasan manusia. Dimanapun, Tuhan tidak pernah menetapkan bahwa wahyu yang robotis (tanpa unsur manusia) merupakan pra-syarat bagi kebenaran. Para nabi Israel pun tidak pernah mengenal pewahyuan yang demikian. Tuhan tidak bermaksud menghadirkan ke dunia sebuah Alkitab asing (alien), terlepas dari unsur dunia ini. Ia justru memilih kitab ilahi yang masuk ke dalam sejarah dunia dalam keterbatasannya, namun berpadu dan berhubungan akrab dengan manusia, seakrab mungkin. Firman yang diturunkan di dalam wujud yang dianggap oleh orang-orang sebagai “lemah, penuh kekurangan, mengandung banyak kesalahan dan tidak sempurna”, justru tidak pernah kehilangan kemampuannya untuk tampil sebagai Alkitab yang benar dan sempurna! Ini sepadan dengan keilahian Yesus yang sempurna di dalam tubuhNya yang tidak sempurna, yang fana, dan “lemah” (bisa lapar, haus, letih, terharu, sedih, menangis, dan sebagainya). Namun apa yang semula dianggap “lemah” dan “penuh kekurangan” itu justru tidak menghilangkan otoritas, kebenaran dan kesempurnaan Tuhan untuk melaksanakan misi Nya yang integratif dengan ciptaanNya! Semuanya justru berfungsi untuk memberi keteladanan yang sempurna serta mengakrabkan hubungan khusus Tuhan Yesus dengan ciptaanNya di dunia yang tidak sempurna ini. Yesus menjelaskan posisi ini untuk kepentingan misi penyelamatan manusia: “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat” ... “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”. (Lukas 5:32; 19:10)
Posted on: Mon, 19 Aug 2013 02:49:12 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015