Puisi~ Siapakah Kita, Bila Maut Datang Menjemput Kita Dapatkah - TopicsExpress



          

Puisi~ Siapakah Kita, Bila Maut Datang Menjemput Kita Dapatkah kita menduga atau mengira Bilamana ajal kita akan tiba Di mana umur kita akan berakhirnya? Dapatkah kita merencana atau berjanji Bagaimana cara kematian akan kita alami Sehingga kita siap rohani dan jasmani? Dapatkah kita memohon jatah umur yang bagi kita tepat Sehabis Ramadhan atau berhaji, ketika dosa diampuni tammat Dan nyawa dicabut malaikat ketika kita dalam keadaan sehat? Dapatkah waktunya kita majukan atau mundurkan Ketika nafas terakhir itu dihembuskan Dan sorotan mata kita dikosongkan? Dapatkah kita membereskan segala yang terlalai Hutang-hutang, janji-janji, kerja yang terbengkalai Cita-cita yang belum tercapai? Dapatkah kita menekan semua kesombongan Dan kepada orang-orang yang hatinya kita sakitkan Dengan membungkuk merendah kita minta dimaafkan? Dapatkah kita menyaring pergosipan dan pergunjingan Lalu suatu waktu total sepenuhnya dihentikan Sehingga daging saudara sendiri tak lagi dikunyah dimakan? Dapatkah kita menghabisi semua ganjalan iri hati Kecemburuan yang dibisikan jin di telingan kanan dan kiri Dan mereka diusir sejauh usir dengan ayat kursi? Dapatkah kita padamkan segala bentuk dendam Yang di dalam hati lama kita pendam- pendam Dan dengan tulus memberikan pemaafan? Dapatkah kita musnahkan perilaku ujub dan riya kita Suka mencerca dalam hati, pamer jasa dan harta Dan berhenti menyembut-nyebutnya? Dapatkah kita dengan tepat melaksanakan evaluasi Terhadap harta benda yang selama ini diakumulasi Sehingga benar-benar bersih bagi yang akan diwarisi? Dapatkah kita kepada jantung kita yang berpuluh tahun bekerja setia Setiap detik dia berdenyut untuk kelangsungan hidup kita Siapkah kita, bila jantung kita berkata, Sudah, cukup sampai disini saja? Pada suatu masa, di suatu tempat, maut akan tiba Beratus kemungkinan waktunya Beribu kemungkinan tempatnya Melalui gabungan kemungkinan bentuk dan cara Lewat penyakit, kecelakaan, perang, berbagai bencana Di dalam rumah, kendaraan, jalan raya, di alam terbuka Secara sangat perlahan dan begitu lama orang dapat menduga-duga Secara perlahan orang mana mungkin menerka Secara tak disangka, sangat tiba-tiba tanpa isyarat suatu apa Dan tepat pada detik terjadinya Kita yang menyasikan, semua terpana, menundukkan kepala Semua terpukul, tergoncang, terhempas, terobek, tiada sepatah kata Semua menitikkan air mata Bemul pernah mereka yang mengalami dicabut nyawanya Kembali ke dunia dan menyampaikan pengalaman ajal yang nyata Sehingga paling banyak kita hanya mengira menduga Mereka yang berlarian bergelimpangan di pantai Lhok Nga Mereka yang digulung lumpur stunami sepanjang jalan Syiah Kuala Mereka yang kehabisan nafas dikejar dinding air setinggi pohon cemara Kanak-kanak yang bertengger di dahan batang nangka Orang-orang yang memanjat pohon kelapa Ibu-ibu yang hanyut dengan bayinya Kabel putus habis, tiang listrik yang bengkok patah tiga Rumah punah, hotel rubuh, truk remuk, asrama rata Berpuluh, beratus, beribu, berpuluh ribu banyaknya Jenazah di bawah puing, ditengah puing, di atas puing berada Bergelimang lumpur, bergelimang air mata Menyesak udara, menyesak dada kita semua Wahai krueng Aceh Wahai krueng Lamteh Jadilah air sungai yang jernih kembali kiranya Maut telah menjemput saudara- saudara kita Jannah jualah bagi mereka Maut akan menjemput kita pula Dapatkah kita menyusul ke Firdaus yang sama?
Posted on: Thu, 16 Oct 2014 10:46:39 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015