Ramalan Itu Ssstt… Ssttt…, ku terus berlari sekuat tenaga - TopicsExpress



          

Ramalan Itu Ssstt… Ssttt…, ku terus berlari sekuat tenaga ditengah hutan rimba ini. Saat ku menoleh ke belakang ternyata ular itu masih mengejarku, sempat ku terjatuh akibat tersandung bebatuan di hutan itu, namun ku coba untuk tetap bangkit demi meloloskan diri dari kejaran ular itu. Ku terus berlari tanpa menghiraukan rasa sakit di lututku, mungkin gara-gara terjatuh tadi, namun rasa takut akan bahaya ular itu lebih merajaiku dan mendominasi rasa lain dihatiku. Yang kupikirkan hanya bagaimana cara meloloskan diri dari kejaran ular itu. Tiba-tiba nafasku mulai habis, denyut jantungku seolah berhenti, kurasakan rasa putus asa menghampiriku, ku lihat didepanku terdapat jurang yang menganga lebar, dalam dan curam. Ku menoleh ke belakang ular itu masih terus mengejarku, karna rasa lelah yang tidak tertahankan lagi aku terjatuh dan tersungkur ditanah namun kupaksakan untuk terus berjalan meskipun dengan menyeret tubuhku. Akhirnya aku benar melihat jalan buntu dihadapanku, ada dua pilihan loncat ke jurang itu atau menunggu di gigit ular itu, resiko terbunuhnya hampir sama. Aku semakin merasa putus asa, ku hentikan menyeret tubuhku, karna tinggal beberapa centi lagi mendekati ujung jurang itu. Kini aku hanya pasrah menunggu keajaiban tuhan menghampiriku. Nafasku mulai tidak karuan akibat rasa takut yang menderu. Ku lihat ular itu memperlambat gerakannya, lidahnya menjulur seakan siap menggigitku atau menelanku bulat-bulat. Ular itu kian mendekatiku, ular itu hampir mendekati kakiku. Ku lihat diatas kepala ular itu terdapat huruf “N”, aku tidak sempat berfikir apakah itu kebetulan atau ditakdirkan sang pencipta. Ular itu kini mulai melilit kakiku, aku mulai gemetar hebat, lalu ular itu menegakkan setengah tubuhnya, belum sempat berfikir, ular itu telah menyerangku dengan cepat seolah tak terlihat. “WAAA… TIDAK…!” DOk.. DOK.. DOK..! Kudengar suara pintu kamarku diketuk dengan kencang oleh seseorang dari luar, siapa orang yang mengganggu tidurku. Dengan malas dan wajah masih mengantuk kubuka pintu kamarku, ku lihat dua orang berdiri di depan kamarku dengan muka kesal. “Ada apa sih? Malam-malam ngetuk pintu kamar orang, kenceng lagi? Enggak sopan tau..” ucapku dengan wajah kesal. “yeee… seharusnya kita yang marah, malam-malam teriak-teriak gak karuan, ganggu tidur orang tau!” jawab Shinta dengan wajah kesal. “Iya nih, udah tau malem, malah teriak-teriak ga jelas berisik tau, noh klo mau teriak-teriak dikuburan aja sana..!” sambung Sinka yang merupakan kembaran Shinta. “Lagian lagi mimpi buruk kok, emang sengaja teriaknya, enggak kan? Lagian ga keras kok..” jawabku membela diri. “Ga keras dari mana? Klo ga keras gamungkin kita kebangun gini, dasar..”jawab Sinka. Dia memang berbeda dengan kembarannya bagaikan kutub yang bertolak belakang, kalao Shinta terkesan pendiam, maka Sinka bagaikan punya peternakan bebek dimuutnya. “Emang kak Eki mimpi apa sih, samapai segitunya teriak gak karuan..?” tanya Shinta. “Hmm… mau tau aja atau mau tau banget?” jawabku. “aaahhh… bodo amat, ditanya serius malah bercanda” jawab Shinta. “Iya-iya gitu aja marah, kak Eki mimpi digigit ular malah hampir ditelen bulat-bulat, ularnya gede lagi..” “Alah.. ngaku aja digigit kebo, dasar..” jawab Sinka, rupanya Sika masih marah. “Enggak, beneran kok suer, klo bohong disamber geledek bareng-bareng, gimana?” jawabku membela diri. “ngapain disamber geledek bawa-bawa orang lain, ga percaya masa gitu aja takut, dasar penakut” “Yee enggak percaya, coba kalau Sinka mimpi gitu dijamin sama bakalan teriak teriak mungkin lebih parah” jawabku. “Enggak lah, emangnya kak Eki?” jawab Sinka sambil melangkahkan kaki meninggalkanku dan Shinta. “Awas ya.. ntar pasti Sinka bakal mimpi dipeluk genderuwo, udah gede, item, jumlahnya banyak lagi, haha..” godaku, Sinka hanya menoleh sembari menjulurkan lidahnya. “Emang bener kak Eki mimpi digigit ular?” tanya Shinta yang dari tadi diam. “Ya beneran, emangnya kenapa?” tanyaku. “Kalo menurut ramalan mimpi, berarti kak Eki bakalan dapet jodoh” “Bohong banget, ngaco aja kamu, haha..” jawabku. “Bener, kalau gak percaya ya udah” “Hmm… ceritanya udah jago jadi dukun nih? Kalau dikepalanya ada huruf “N” apa tuh artinya?” tanyaku setelah teringat dikepala ular itu ada huruf N. “Gampang banget, berarti jodoh kakak berinisial N” “Tambah ngawur nih, udah sok jadi peramal, udah sana kamu susul tuh Sinka, cepet tidur lagi sana” “iya kak, asal kakak janji ga akan berisik lagi, hehe” jawab Shinta sembari pergi menuju kamarnya. “Iya.. iya..” ~oOo~ Pagi hari ini mentari bersinar cerah, angina berhembus sepoi mengayunkan dedaunan dan rerumputan. Seperti biasa aku menjalani aktifitas sekolahku. Saat bel istirahat telah tiba aku berniat diam dikelas saja. Tiba-tiba.. “Hey.. Ki, sendirian aja nih?” sapa sebuah suara. Aku menoleh kebelakang untuk melihat pemilik suara yang telah akrab ditelingaku. Ku lihat sesosok gadis yang ternyata sahabatku, Nadila Cindi Wantari namanya, aku biasa memanggilnya Nadila. “Hey.. kok bengong sih?” “Oh ya, pelajaran Indonesia aku ga remed kok” jawabku. “hmm… ga nyambung, ditanya apa jawabnya apa” jawab Nadila sembari tersenyum. Tuhan.. manis sekali senyumannya. “Oh ya sorry, kepikiran tugas Biologi nih, banyak banget” jawabku seenaknya. “Ooo.. jadi kamu belum kelar juga tugasnya? Padahal aku kesini mau minta bantuan kamu, susah nih bantuin dong Ki” kata Nadila. “Gamapang, bisa diatur, kita ngerjainnya bareng aja” jawabku sok optimis. “Nah gitu dong kamu emang sahabatku, yang paling paling the best lah” “hehe.. biasa aja kali, sampe segitunya” jawabku, dan Nadilapun membalas dengan senyum yang indah. Tuhan aku cinta dia, tiba-tiba.. Deg! Mimpi semalam tergelar dalam slide dikepalaku, tergambar jelas episode-episode yang menggetarkan hatiku, apakah yang dikatakan Shinta itu benar? Perlahan tapi pasti ramalan Shinta mulai mendominasi pikiranku. Kini logika seakan tak berlaku, aku dilanda euphoria yang entah mulai kapan aku rasakan. Bukankah dikepala ular itu terdapat huruf “N” “Ki.. bengong mulu nih” Nadila mengagetkanku. “Oh ya maaf, jadi pengen cepet kenaikan kelas nih terus UN lulus deh.” Kilahku. “Yah.. itu harapan standar siswa SMA Ki” jawab Nadila sambil tersenyum. “Iya juga ya.. hehehe” jawabku sambil tersenyum, aku merasa senyumku itu lebih mirip nyengir kuda. Tapi itulah yang dinamakan fenomena logika waras tak berlaku, karna ramalan Shinta tiba-tiba terlalu parah kurasakan. Aku merasa percaya dengan ramalan itu. “Oiya Ki, aku mau cerita nih, tentang perasaanku selama ini, aku dihantui perasaan ini, kamu mau kan dengerin cerita aku? please…” tanya Nadila dengan sorot mata yang tidak dapat aku artikan. “Ya udah ntar kita ketemu lagi, taman sekolah, setelah pulang sekolah?” “Thanks, ya udah nanti pulang sekolah ak tunggu disana” jawab Nadila. Pelajaran seni music yang merupakan pelajaran favoritku terpaksa ku lalui dengan perasaan tak menentu, entah mengapa tiba-tiba bayangan Nadila merasuki jiwaku, entah sejak kapan aku terjebak perasaan yang membuatu tak nyaman. Benar-benar mimpi itu kini menjadi virus mematikan. Ditambah lagi dengan analisis buta Shiinta yang kini kurasa ada benarnya. “Ah.. menagapa aku bisa percaya? Tapi bagaimana kalau benar? Di kepala ular itu terdapat huruf “N” dan menurut Shinta jodohku berinisial “N”. benarkah? Sepertinya benar, tapi benarkah Nadila jodohku?” Intinya kini ak mulai percaya dengan ramalan Shinta, biarpun itu terasa bodoh menurutku. Nadila… Nadila… ~oOo~ Bel pulang sekolah berbunyi, aku segera menuju kantin sekolah untuk menemui Nadila. Aku melihat Nadila sedang duduk disana, dia melnatapku dengan tatapan yang sangat sulit kuartikan dan tersenyum kepadaku, namun diam-diam hatiku membangun rasa optimis yang membabi buta, sungguh diluar nalarku. Akupun menghampiri Nadila dan segera duduk dihadapannya. “Hey Ki, akhirnya datang juga” “Sorry ya, dari tadi Nad?” “Engga kok, baru aja kesini” “Oh.. eh iya katanya ada yang mau diomongin, apaan Nad?” “Jadi gini, hmm.. aku tau kamu sahabatku sejak kecil dank au adalah sahabat terbaiku yang aku unya, aku Cuma minta pendapat aja dari kamu, bagaimana jika aku mencintai sahabatku sendiri?” tanya Nadila seraya memandangiku dengan tatapan sayu. Aku merasa ramalan itu kini mencekikku. “Hmm… menurutku sah sah saja kamu mencintai siapapun, baik itu sahabatmu atau bukan, karena cinta itu universal Nad, cinta itu untuk semua, tak peduli itu sahabat dekat atau bukan.” Jawabku. “Oh gitu, thanks atas pendapatmu Ki, kini beban perasaanku berkurang , kamu memang sahabat terbaik yang aku kenal.” Rasa itu seperti menerbangkanku kelangit ke tujuh, aku merasa sahabat dekat yang dicintai Nadila adalah aku, dan mimpi itu kini menjadi nyata. “Siapakah sahabatmu yang kamu cintai itu Nad?” ku beranikan diri tuk bertanya, sungguh gila aku dibuatnya. “diaa.. dia.. adalah..” jawab Nadila ragu, akupun semakin penasaran. “Hey.. Ki, dicariin malah ngumpet disini, berdua sama Nadila lagi” sapa seseorang yang merupakan sahabat dekatku juga, Ega namanya. “Dia adalah Ega Ki…” Kudengar suara yang amat ku kenal. Tak salah lagi. Kurasaka gedung sekolahku melayang sesaat, lalu jatuh berserakan menimpa kepalaku, aku pusing, tiba-tiba bayangan mimpi itu berubah menjadi cerita yang sulit untuk diobati. Sungguh aku tidak menyangka sahabat yang dicintai Nadila adalah sahabat dekatku juga. Namun apa hendak dikata, aku terlanjur bermain dengan api cinta ini, kini aku mersa terbakar tak menyala. Namun aku menghormati perasaan Nadila, aku tak mau menjadi duri demi sahabat terbaiku. Akuun mencoba mengikhlaskan semuanya. Memang seharusnya aku tidak percaya dengan ramalah konyol Shinta. Ampuni aku ya tuhan.. hamba telah percaya dengan selainhu, ampunilah hambamu ini… ~END~
Posted on: Mon, 30 Sep 2013 06:40:05 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015