Rumahku, Surga dan Nerakaku 2 Semenjak kejadian kemarin tubuhku - TopicsExpress



          

Rumahku, Surga dan Nerakaku 2 Semenjak kejadian kemarin tubuhku masih terasa sakit, apalagi bagian vagina dan anusku yang kemarin sempat dikerjai habis-habisan oleh ketiga pembantuku. Selesai mandi aku langsung ke belakang rumahku. Pagi ini rumah ku tampak sepi sekali, maklum semua orang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, kecuali Ari yang saat ini terbaring lemas karna sakit, sebagai Ibu kost yang baik aku harus merawatnya. Ari anak yang baik, kalem dan rajin, sehingga aku menyayanginya seperti anakku sendiri. Tok.. tok… pelan-pelan aku mengetuk pintu kamarnya, “Ri, boleh ibu masuk?” tanyaku dengan lemah lembut. “Iya Bu silakan, masuk aja ga di kunci ko!” suara Ari yang terdengar dari dalam, Akupun membuka pintu dan melangkah masuk, anak itu terbaring di ranjangnya di bawah selimut. “Gimana Ri keadaanmu sekarang?” sambil tersenyum aku duduk persis di samping wajahnya, saat itu aku masih menggunakan daster berwarna putih, “Baik kok Bu udah mendingan” katanya sambil berusaha untuk duduk, tapi dengan cepat aku menahanya, “Sudahla Ri kamu tiduran aja, lagi sakit gini harus banyak istrahat“ kataku sambil terseyum, dan dia membalas senyumanku, entah kenapa hari ini aku merasa bahagia sekali tidak seperti hari-hari biasanya. “eh iya Bu, makasih ya Bu“ Aku berdiri melihat sekeliling, isi kamarnya terlihat sangat rapi sekali, berbeda dengan cowok pada umumnya. Mataku tertuju ke bagian tumpukan majalah yang terletak di samping lemarinya, sambil berjalan santai aku mendekati majalah tersebut. “kamu juga suka baca majalah ya Ri?” Aku sangat kaget saat melihat majalah tersebut, banyak sekali foto-foto cewek yang sedang berbugil ria, “eh.. hhmm… itu bukan punya saya Bu” jawab Ari dengan terbata-bata, aku menatap mukanya yang sekarang memerah, “ Semenjak kapan kamu suka mengumpulkan majalah-majalah seperti ini Ri” kataku dengan ketus, seolah-olah ingin marah, padahal aku mulai terangsang melihat isi dalam majalah-majalah tersebut. Aku semakin kaget saat melihat benda yang sangat aku kenal ada di dalam tumpukan majalah tersebut, aku semakin deg-degan, dan napasku semakin tidak teratur, perlahan aku kembali mendekati Ari dan duduk di sampingnya, “Ari, kamu kok diam, semenjak kapan kamu suka baca-baca yang seperti ini?” mukanya semakin pucat, bingung harus berkata apa, “itu… itu… bukan…pu..punya Ari Bu, tapi punya temen Ari, iya punya temen Ari” katanya dengan penuh keraguan, rasanya ingin sekali aku tertawa melihat wajahnya yang ketakutan, “oohh begitu, tapi kalau ini,” aku menunjukan celana dalamku yang berwarna pink, mukanya semakin pucat saja, aku yakin dia pasti sangat malu sekali karena ketahuan belangnya “punya temen juga” sambungku sambil tersenyum penuh kemenangan, Ari hanya diam saja, “Pantesan selama ini celana dalam Ibu sering hilang ga taunya kamu ya yang ambil“ Entah kenapa aku merasa bangga dengan apa yang aku miliki. Ternyata anak pendiam seperti Ari saja tidak sanggup untuk menolak kecantikanku, “maaf Bu, Hmm… Ari ngaku salah, Ari janji ga bakal melakukan itu lagi, maafin Ari ya Bu” mukanya terlihat sangat memelas, rasa takut bener-benar menghantuinya, Tapi aku kaget melihat perubahan terhadap dirinya, bagian boxsernya sedikit mengembung, mukanya yang tadi pucat pasi kini merah merona seperti tomat, aku sadar ternyata bagian dalam dasterku keliahatan, kini aku yang dibuat bingung. Jantungku terasa berdetak kencang, napasku semakin susah di atur. Saat membayangkan celana dalamku dilihat jelas oleh anak yang masih seumur jagung, tapi aku tetap berusaha tenang, tanganku sedikit gemetar saat mengompres kepalanya, “Ibu harap ini yang terakhir kalinya Ibu liat majalah-majalah ini ya,” “eh iya Bu, Ari janji,” aku yakin sekali, Ari pasti bisa menyadari kalau vaginaku sudah sangat basah. “semenjak kapan Ari menyimpan celana dalam Ibu“ Tanpa kusadari kepala Ari semakin mendekati selangkanganku, napasnya sangat terasa di bagian vaginaku yang masih terbungkus celana dalam berwarna putih. Semakin lama wajahnya semakin dekat mungkin hanya tinggal beberapa senti saja, hembusan napasnya semakin terasa di pori-pori selangkanganku, “eh, ta…tapi Ibu ja..ja..jangan marah ya? “ aku diam saja hanya membalasnya dengan usapan lembut di rabutnya yang ikal, “Semenjak pertama kali Ari kos di sini Bu, soalnya saya diem-diem ngagumin Ibu” Ohh…aku sudah semakin tidak tahan lagi, seluruh tubuhku terasa panas, ingin rasanya aku memeluk dan mencium setiap inci tubuhnya, “Ooh gitu, ya sudahlah tapi kamu janji ya, jangan di ulangi lagi?” Ari hanya mengangguk lemah, “ya sudah Ibu mau ke pasar dulu,” sebelum aku meninggalkannya, dengan sengaja celana dalam itu tidak aku ambil dan kubiarkan saja di samping Ari, anggap saja itu obat buat dirinya agar cepat sembuh. Hari semakin siang. Saat itu aku hendak memasak tapi aku lupa kalau persediaan di dapur sudah kosong, akhirnya kuputuskan untuk belanja ke supermarket terdekat “Pak Joko….tolong antar saya ke supermarket ya,” “Iya Non,” jawabnya dari seberang, selesai bersiap-siap, aku menuju mobilku yang sudah siap di depan rumahku, “Siang ini non terlihat sangat cantik sekali, he..he… “ aku sedikit risi saat tangannya mencolek pantatku, “Jangan kurang ajar ya Pak, ini masih siang!” bentakku saat tangannya semakin berani meremas-remas pantatku, “Galak amat si Non, kemaren keenakan gitu, gimana sih” katanya sambil membuka pintu mobilku di bagian depan, “mulai sekarang Non duduk di samping saya saja ya, he..he…” Entah setan dari mana aku menuruti kemauannya begitu saja, terus terang aku terangsang membayangkannya walaupun ada rasa marah dalam hati. Perlahan mobilku pun berjalan menuju supermarket, saat dalam perjalanan tangan Pak Joko tidak henti-hentinya mengelus pahaku yang ditutupi celana jins, ingin sekali aku menamparnya tapi itu tidak mungkin karena saat ini aku dalam kekuasanya, lagipula kalau terlihat orang di luar tentu tidak enak. “Kok ga pake rok sih Non, saya kan jadi susah pegang-pegangnya Non,” tanyanya kurang ajar, aku cuek saja, tiba-tiba tangannya semakin berani meremas vaginaku dari luar “Pak…cukup! Jangan keterlaluan gitu dong!” aku menatapnya marah dan tanganku menahan tangannya yang berusaha meremas-remas selangkanganku, mungkin karena takut dengan tatapan galakku, Pak Joko melepaskan juga tangannya dari selangkanganku Ia terseyum dan mengambil Hp nya, lalu memperlihatkan isi video yang ada di layar Hpnya. Aku sangat kaget sekali saat menyadari di dalam video itu adalah diriku saat diperkosa oleh mereka bertiga, aku melihat diriku sendiri menggelinjang dalam dekapan mereka. Betapa panas wajahku dan malu melihat semua itu. “Kalau ini kurang ajar gak Non? Gimana coba kalau suami Non tau, he…he….!!” Ejeknya dengan senyum menjijikkan Tubuhku terasa lemas sekali saat mendengar perkataan Pak Joko, “Maksud Bapak apa sih!? Apa sih mau kalian!?” kataku dengan lirih, mataku sembab, ingin sekali aku menangis “Saya tidak bermaksud apa-apa kok Non” “Bapak mau uang kan? oke saya akan berikan Pak, tapi tolong jangan ganggu saya lagi” kali ini aku sudah tak mampu lagi menahan air mataku Pak Joko tersenyum puas, ia sepertinya sangat menikmati telah membuatku tunduk hingga menangis di depannya. “Ah, saya tidak butuh uang kok Non, gaji yang di berikan ke saya itu lebih dari cukup saya hanya membutuh kan memek Non buat puasin saya, ha..ha…” Tiba-tiba Pak Joko membelokan mobilnya ke tempat yang agak sepi, “Nah, sekarang Non tau kan tugas Non apa?” katanya sambil tersenyum, lalu ia langsung melumat bibirku, lidahnya menyeruak masuk ke rongga mulutku tanpa dapat kutahan, jari-jarinya mulai bermain di payudaraku, remasannya semakin lama semakin kasar. Tubuhku pun tak mampu lagi menolaknya, darahku berdesir, putingku mengeras, aku mulai terangsang lagi. “Pak cukup, jangan di teruskan…oohhkk yyeaahh!“ aku merintih saat tangannya menyusup ke dalam kaosku, sekali-kali putingku ditarik rasanya sangat nikmat sekali, “Ayo Non buka celananya jangan malu-malu, katanya sambil menjilati daun telingaku. Ia membuka ikat pinggangku dan menurunkan resleting celanaku. Anehnya aku malah membantunya melepaskan celana dan cdku sendiri. Kini bagian bawahku sudah bugil total dan jari-jarinya mulai bermain pada vaginaku yang sudah basah oleh lendirku “Oohhkk pak, jangan di terusin, saya ga kuat, hhmm….” desahku merasakan jari-jarinya semakin liar mengobok vaginaku, “Ayo Non kita selesaikan sekarang” katanya sambil membuka resliting celananya dan mengeluarkan penisnya,” sini Non duduk di pangkuan saya “ Tanpa babibu aku menurut saja disuruh menduduki penis Pak Joko yang sudah mengeras. Saat penis itu melesat ke vaginaku rasanya masih terasa sakit sama saat pertama kali Pak Joko menusukku kemarin “Ooohhhkkk Pak…sakit!“ rintihku ketika semua batang penisnya masuk semua ke dalam rahimku “Ayo Non digoyang, ohh… yeess… enak Non,” perintahnya padaku Dengan rasa was-was takut ada orang atau mobil lewat, aku mulai menaik-turunkan tubuhku di pangkuannya. Untungnya daerah kompleks perumahan ini terbilang sepi dan kaca mobilku tidak tembus ke dalam namun kalau dilihat dari depan tentu tetap terlihat aku sedang naik turun pada pangkuan sopirku ini. “Ssshh….jangan…aahh…jangan Pak!” aku menahan tanganya ketika hendak membuka kaosku, aku tidak ingin orang melintas di luar sana melihat tubuh bugilku. Syukurlah ia cukup mengerti, sebagai gantinya ia hanya mengangkat bagian depan kaosku yang menghadap ke arahnya beserta cup braku sehingga dengan demikian ia dapat melumat payudaraku sambil menikmati genjotanku. “Udah Pak cukup aaahhhk…. saya udah ga kuat Pak, lepasin saya Pak jangan perkosa saya lagi, hhmm….” kata-kataku semakin membuat Pak Joko bernapsu, “Gimana ya Non kalau suami Non tau kalau istrinya saya entot, ha..ha… “ aku semakin terangsang mendengar pelecehan-pelecehan yang terlontar dari mulut sopirku ini Tiba-tiba tubuhku mengejang, rasanya mau meledak dan akhirnya aku orgasme berbarengan dengan Pak Joko yang juga memuntahkan spermanya ke dalam vaginaku. Tubuhku langsung lemas, rasanya nikmat sekali walau kenikmatan ini kudapat lewat pelecehan. “Mulai sekarang Non tidak boleh lagi memakai pakaian seperti ini, harus selalu memakai rok mini dan tanktop, yang terakhir Non ga diperbolehin memakai celana dalam dan bh, Non mengerti kan?” aku hanya mengangguk lemas, aku tidak menyangka kalau nasibku akan menjadi seperti ini, menjadi budak para pembantuku sendiri. Setelah itu, Pak Joko kembali menstarter mobil dan membawaku ke supermarket yang kumaksud. Dalam perjalanan pulang di tengah jalan, ia kembali bersikap kurang ajar. Kali ini aku disuruhnya membuka baju hingga bugil sepanjang perjalanan. Sekali lagi aku menuruti saja apa yang dikehendakinya. Yang paling menegangkan bila ada kendaraan berlawanan arah, aku refleks menutupi dadaku. “Hehehe…daripada susah-susah nutupin badan mendingan Non sambil sepongin aja kontol saya, kan nunduk jadi ga keliatan” ejeknya. Benar juga pikirku, dengan demikian aku dapat menunduk walaupun harus mengikuti keinginan mesumnya itu. Akupun menunduk dan membuka celananya, penisnya kukeluarkan dan mulai kuhisapi. Di sebuah daerah yang sepi, Pak Joko menghentikan mobilnya dan kembali aku digarapnya, tidak lama memang, tapi sensasinya sungguh luar biasa. Dia akhirnya orgasme dan menumpahkan spermanya di perutku. Aku baru diperbolehkan memakai kembali bajuku saat sudah dekat rumah. “Hhhhmmm…ehem!” aku kaget setengah mati mendengar suara berdehem dari belakangku, aku segera membalik badanku dan melihat Mas Indra sudah berada di belakangku, entah sejak kapan ia di situ. “Mampus dah!” pikirku, wajahku jadi tegang karena tertangkap basah dalam keadaan begini “Lagi ngapain Bu?” tanyanya santai “Eh ngga saya cuman lagi lewat saja kok, Mas juga belum tidur?” aku mencoba mencari alasan “Belum ngantuk nih Bu, Ibu sendiri belum tidur nih?” aku mengangguk pelan, “Jadi ga mas, katanya mau ngajarin saya main internet?“ akhirnya aku menemukan alasan yang tepat, tapi mengapa malah alasan seperti ini, bukankah dengan demikian berarti aku memberi syarat bahwa aku rela digiring ke kamarnya? “Oh iya boleh Bu, sekarang aja…mumpung saya tidak ada kerjaan” “Boleh juga tuh” aku mengiyakan dengan sendirinya, sisi liarku menginginkan ia akan memperkosaku di kamarnya. Sungguh susah dijelaskan memang, sejak perkosaan oleh para pembantuku itu aku selalu menginginkan kenikmatan seksual tidak peduli dengan cara apapun, aku rela melakukannya meskipun harus dilecehkan. Apa sebenarnya yang telah terjadi? Apakah mereka telah memeletku sehingga menjadi gila seks seperti ini? Oh, aku pun tidak tahu, aku hanya bisa menikmatinya saja. Ketika aku masuk ke kamarnya aku sangat kaget karna melihat temannya yang sedang tiduran sambil memainkan hpnya. Tubuhnya sangat kekar, dadanya dipenuhi bulu-bulu dan tato, tubuh ku terasa merinding melihatnya. Aku juga baru pernah melihat teman Indra yang satu ini. “Ben… Beno bangun ada Ibu Kos gue nih” Beno seperti takjub melihatku yang berdiri di samping Mas Indra “Kenalin Bu ini temen kantor saya, namanya Beno, Beno…ini ibu kos gue” aku terseyum dan menyodorkan tanganku, “Dhea” sahutku memperkenalkan diri “Wah gak gua sangka Dra…ibu kos lo cantik banget masih muda lagi, gua kira cewek kuliahan yang sama-sama ngekost disini” katanya pada Indra setelah menjabat tanganku. Aku hanya tersenyum mendengar pujian dari Beno. Kulihat matanya jelalatan memandangi tubuhku yang hanya dibalut gaun tidur yang minim ini. Aku menerka-nerka apakah mereka tahu di balik gaun ini tidak ada pakaian dalam, hal ini membuatku semakin horny saja. Ahh…apakah aku sudah sedemikian gatalnya? “Silakan duduk Bu!” aku duduk lesehan di depan komputer mas Hendra Karena rokku pendek jadi sebagian paha mulusku dapat dinikmati oleh Beno dan Mas Indra. “Bu Dhea mau belajar mainin internet Ben, Lo bisa bantuin kan, “ tanya Indra, Beno hanya mengangguk Perlahan Beno mendekatiku dan mulai mengajariku. Selama mengajari mata kedua pria itu tidak lepas dari paha dan payudaraku, mereka selalu curi-curi pandang untuk melihat bagian tersebut. “Gimana Bu udah mulai mengerti kan?“ kata pria bertampang sangar itu sambil mengelus punggungku sehingga aku sedikit merinding, “Ndra pintu kamarnya ditutup aja, dingin nih, anginnya gede” kata Beno sambil mengedipkan matanya Mas Indra langsung berdiri dan menutup pintu kamarnya, melihat gelagat mereka aku bukannya menghindar dan mohon diri tapi malah tetap di situ, sepertinya ada suatu kekuatan yang membuatku tetap di situ. “Di internet kita bisa buka apa saja yang kita suka Bu“ tangan Beno mulai berani mengelus-elus pahaku sedangkan Mas Indra mulai memiijit leherku sehingga aku mulai terangsang, “be..begitu ya…” kataku terbata-bata menahan gejolak yang ada dalam diriku, perlahan tali daster ku terjatu ke samping, “Buka flem BF juga bisa Bu“ sambung Indra yang masih mengelus leherku yang jenjang, “Apa itu BF?” kataku pura-pura tidak mengerti “Ini yang nama nya BF” kata Beno saat dia memutar film BF yang memperlihatkan adegan seorang cewek Asia lagi disetubuhi oleh seorang pria berkulit hitam. “Auuu…“ dengan sengaja aku berteriak, “jorok ah Mas, matiin cepat” kataku sambil menutup mukaku pake tanganku, Saat Beno sibuk dengan komputer, Mas Indra tidak menyia-nyiakan kesempatan, perlahan dasterku ditarik ke atas sehingga rambut vaginaku yang berbulu tipis terlihat jelas olehnya “Filmnya bagus loh Bu, sayang kalau gak ditonton” kata Beno sambil mengelus-elus paha bagian dalamku “Iya Bu sayang kalau ga ditonton, apalagi kalau ga dipraktekkan” timpal Mas Indra sambil berusaha memegang tanganku agar aku tidak dapat menutup mataku, kini kedua tanganku sudah dikuasai Mas Indra dengan pura-pura terpaksa aku melihat adegan yang ada di layar monitor. Sementara mereka semakin berani menggerayangi tubuhku. Beno semakin liar mempermainkan selangkanganku, sekali-kali jarinya menggelitik klitorisku yang berhasil ditemukannya. Terkadang kakiku tertutup rapat dan terkadang terbuka lebar, suara-suara desahan mulai keluar dari bibirku. Perlahan dasterku diangkat ke atas melewati kepalaku. “Ibu tiduran aja ya” bisik Mas Indra di telingaku, aku hanya menurut saja saat Mas Indra merebahkan tubuhku di ranjang. “Gila Ndra kulit ibu kost lu mulus banget, gue dah gak kuat nih!” dengan gemas Beno langsung meremas payudaraku dengan brutal “oohhkk… sakit Ben jangan…lepasin!“ erangku sambil menggeleng-gelengkan kepalaku “Ga nyangka Gue ternyata Istri mas Roy bisa di pake juga, ha..ha..” tawa Mas Indra Belum sempat aku memprotes komentar mereka, mulutku sudah tersumpal oleh bibir Mas Indra, dengan ganas lidahnya membelit lidahku. Beno tidak mau kalah dengan rakusnya dia menyedot putingku yang mulai mengeras, sedangkan jari-jarinya sibuk mengocok selangkanganku yang basah oleh lendir cintaku. “AhhKk…. Hhmm….” rintihan ku menjadi-jadi saat jari tengah Beno bergerak keluar masuk vaginaku, “Ga nyesel gue kos di tempat Ibu” kata Mas Indra sambil menjilati telingaku. Dengan cepat Mas Indra melucuti pakaiannya sehingga telanjang bulat begitu juga dengan Beno, aku sangat kaget sekali saat melihat penis Mas Indra tidak terlalu panjang tapi kepala penisnya sangat besar dan berurat, sedang punya Beno ukurannya sangat besar 22 cm dan berdiameter 4-5. Kedua penis ini akan segera mengaduk-aduk vaginaku, membayangkannya saja aku sudah lemas. “Ayo Bu diisep” kata Beno sambil menyodorkannya ke mulutku, awalnya aku pura-pura menolak tapi akhirnya aku mau juga mengisap penis Beno “ya… enak Bu terus, isepan ibu gak kalah sama perek yang suka nongkrong di jalan loh ha..ha…” “Maklumlah, sudah lama dia gak dikasih jatah sama suaminya, ha..ha…” sambung Mas Indra Mataku langsung melotot ke arah Indra, aku benar-benar merasa terhina dengan perkataan Mas Indra, ada perasaan menyesal dalam hati, tapi sudah terlanjur. Bagaimanapun aku juga menginginkan semua ini terjadi. Tidak lama kemudian Beno mengerang dan disusul orgasmenya yang memenuhi rongga mulutku sehingga dengan terpaksa aku menelan spermanya. Untuk pertama kalinya aku menelan sperma laki-laki, “Mulutnya aja enak udah enak gini, mana memekknya ya“ kata Beno sambil mendorong-dorong penisnya makin dalam hingga menyentuh tenggorokanku. “Biar gue duluan yang coba memek perek satu ini” kepala Mas Indra sudah berada di tengah selangkanganku. Vaginaku terasa hangat saat lidahnya menyentuh dinding dalam vaginaku “Ampun Mas…geli…ahh…enak!!” lidah Mas Indra semakin buas mengisap klitorisku membuat aku menceracau tak karuan “Ibu suka kan saya giniin, ayo ngaku!” “Iya Mas. Ohk saya suka sekali….” Mas Indra terseyum puas, “Hanya sekali saja bu,” “Ga mas, lebih dari sekali saya OohhKK… suka, hhmm…” kataku terbata-bata, “ayo Ben, payudaraku nganggur nih” kataku sudah tidak malu-malu lagi meminta padanya. Tanpa buang-buang waktu Beno dengan rakusnya mengisap payudaraku. “Toked Ibu kenyal banget, bentuknya juga bagus, gue suka, emmm” sahut Beno sambil mengenyot payudara kananku “memek Ibu juga masih keliatan segar, berwarna pink lagi” Mas Indra dan Beno terus-terusan memuji diriku, malam ini aku benar-benar dibuat melayang ke angkasa Setelah puas menjilat vaginaku, Mas Indra langsung menindihku, kakiku diangkat ke pundaknya perlahan penisnya membelah vaginaku “Mas sakit pelan-pelan, kepalah kontol Mas Indra terlalu besar…. Oouu…” “Bukan kepala kontol saya Bu yang besar emang memek Ibu yang sempit banget, hhhmm…” Dengan susah payah Mas Indra memaksa masuk penisnya ke vaginaku dan setelah beberapa kali tarik ulur baru kepalanya saja yang masuk “Susah banget masuknya, memek lonte satu ini seret banget” katanya “Uda Ndra hajar saja lah, teken yang kuat” kata Beno menyemangati Indra, Sekali sentakan semua batang kemaluan Indra masuk ke dalam vaginaku, semakin lama sodokannya semakin cepat sehingga menimbulkan irama yang merdu, “Sakit Ndra, oohh…. Hhmmm… Ndra” tiba-tiba vaginaku terasa berdenyut-denyut, rasanya ada yang mau keluar, tanpa bisa kutahan lagi akhirnya aku orgasme untuk pertama kalinya “Gimana Bu servicenya Indra enak ga?” tanya Beno sambil mencubit putingku, “Iya Ben, enak banget, malam ini kalian boleh memainkan saya sepuas kalian…tolong yah puasin saya!” dengan gaya menggoda kuelus pipi Beno, aku semakin tidak sadar apa yang kukatakan yang kutahu hanyalah kenikmatan yang harus dituntaskan. “Ooohh… Ben gue dah gak kuat lagi, hhhmm….uuhh!” tiba-tiba dengan kasar Mas Indra mencabut penisnya dan mendekatkannya ke mukaku, Cccrrooott……. Ccrrrooott….penis itu memuncratkan isinya beberapa kali. Mukaku pun penuh dengan sperma Mas Indra yang kental. “Semalaman gue betah sama ni perek” mereka berdua mentertawakanku, “Sekarang giliran gue ya Ndra!“ dengan posisi berdiri Beno menggendongku Kedua tanganku berpegangan dengan lehernya sedangkan kedua kakiku melingkar ke pinggangnya. Dengan ganasnya dia menggenjot vaginaku, rasanya sakit sekali apa lagi ukuran punya Beno jauh lebih besar dibandingkan Indra. Semakin lama rasa sakit itu berganti dengan rasa nikmat, kini tak ada lagi niat untuk jual mahal karena rasa nikmat yang sudah menjalar ke seluruh tubuhku mengalahkan akal sehatku. Tidak butuh waktu lama tubuhku kembali mengejang, dan untuk kedua kalinya aku mengalami orgasme, “Belom apa-apa udah keluar lagi nih lonte” “ha…ha… gue jadi pengen ngerjain dia lagi nih!” Mas Indra mendekati kami berdua aku tak tahu apa yang akan dia lakukan, Tiba-tiba aku merasa ada benda tumpul yang memaksa masuk anusku “Jangan Mas, saya mohon jangan dari situ,” kataku memelas karena aku tahu betul rasanya pasti sangat sakit sekali karena aku pernah melakukannya dengan pembantuku, tapi apa daya kini benda itu mulai memasuki anusku, “Ben bantuin gue dong, susah nih lobangnya sempit banget!” kata Indra Pantatku terasa sakit saat Beno membuka paksa belahan pantatku agar kontolnya Mas Indra bisa masuk, dan benar saja perlahan tapi pasti akhirnya masuk juga, “nngg….uughhkk…” rintihanku tertahan saat Beno mengecup bibirku dengan buas, bibir mungilku di sedot-sedot, jijik sekaligus menggairahkan rasanya, “Pantatnya enak banget Ben lo mau coba ga?” kata Mas Indra sambil meremas-remas pantatku, “boleh juga tuh! Abis lu ya!” jawab Beno “hhmm…. Ben, saya udah gak kuat “ erangku saat air cintaku semakin membanjiri vaginaku yang sedang digenjot Beno. Tubuhku terasa bergetar, kakiku mengejang saat menikmati orgasmeku sepuas-puasnya. Sodokan-demi sodokan semakin dalam menghujam liang vaginaku, “Gimana Bu udah puas belom?” kata Beno kepadaku, aku hanya mengaguk lemah jujur saja tubuh ku terasa lemas tidak ada tenaga sedikit pun yang tersisa, “Tapi saya belom puas loh Bu jadi gimana dong?” tanyanya lagi Mendengar perkataan Beno aku benar-benar merasa terhina tapi apa daya karena akulah yang memulainya. Kini aku di suruh menungging kaki kananku diangkat dengan sekali sodokan penis itu melesat masuk ke anusku, sakit sekali rasanya bukan hanya di anusku tapi hatiku juga terasa sakit diperlakukan seperti hewan, namun dari pelecehan yang merendahkanku inilah justru kudapatkan kenikmatan yang melebihi kenikmatan bercinta dengan suamiku. Dengan ganas Beno kembali menggenjot anusku, sehingga ketika Beno menarik penisnya seolah anusku tertarik keluar dan pada saat kontol itu menghujam rasanya anus ku serasa dimasuki daging yang keras sehingga terasa sesak sekali. Tidak butuh lama aku kembali orgasme untuk kesekian kalinya, dan disusul oleh Beno sehingga anusku terasa hangat oleh semburan spermanya. Beno dan Mas Indra terlihat puas melihatku kewalahan menghadapi mereka berdua “Saya benar-benar tidak menyangka kalau Ibu bisa saya pake seperti ini, Ibu adalah wanita yang paling munafik yang pernah saya kenal” Telingaku terasa panas mendengar komentar Mas Indra, walaupun apa yang dia katakan itu benar, aku adalah wanita yang munafik baru dua bulan ditinggal suami sudah lima penis yang berhasil memasuki vaginaku “Ndra please jangan katakan itu lagi, itu tidak pantas…!” aku mencoba membela diri, “Ha..ha…tidak pantas apanya Bu, bukannya Ibu menikmati sekali tadi itu? Kapan-kapan kita main lagi ya Bu, pantat Ibu bener-bener enak” kata Beno sambil membelai bongkahan pantatku “Mas kembalikan dasterku,” aku mulai kesal dengan tingkah laku Mas Indra, “Wanita sepertimu tidak pantas mengenakan pakaian seperti ini, ya ga Ben” Beno hanya mengangguk saja, Muak sekali rasanya aku melihat mereka, aku sangat menyesal memberikan tubuhku kepada mereka, ini sudah kelewatan. “Sudah sana keluar, kami masih ada urusan!” sahut Mas Indra sambil mendorong tubuhku keluar tanpa sempat memakai apapun. Kini aku tidak dapat lagi menahan air mataku, apa kata penghuni rumah ini kalau sampai ada yang melihat keadaan tubuhku yang tanpa sehelai benang dan dilumuri sperma. Memalukan sekali rasanya, tapi apa daya aku tidak dapat menolak nasibku yang sekarang, api yang kunyalakan itu telah membesar tanpa kendali sehingga membakar diriku sendiri. Untunglah malam itu sudah sepi aku tiba di kamarku setelah berjingkat-jingkat dengan penuh was-was kalau-kalau ada orang yang menemukanku berjalan di koridor tanpa busana. Setelah membasuh diriku di kamar mandi,
Posted on: Tue, 02 Jul 2013 12:41:51 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015