SEJARAH Sossok Sunan Gunung Jati (SGJ) sampai kini masih - TopicsExpress



          

SEJARAH Sossok Sunan Gunung Jati (SGJ) sampai kini masih diperdebatkan. Sebagian menganggap bahwa SGJ identik dengan tokoh Fatahillah yang berasal dari Pasai, namun sebagian lagi menganggap sebagai dua tokoh yang berbeda; SGJ adalah Syarif Hidayatullah berasal dari Cirebon sementara Fatahillah berasal dari Pasai. Untuk mengungkap sosok SGJ bisa dilacak dari informasi mengenai SGJ. Adapun salah satu informasi yang cukup menarik tentang silsilah SGJ ini berasal dari naskah-naskah dalam tradisi Cirebon. Silsilah SGJ dalam tradisi tulis dan lisan Cirebon ada yang dihubung-hubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan dan para nabi melalui dua grais, yakni garis kiwa diturunkan dari garis ibu yang biasanya dikaitkan dengan tokoh-tokoh pewayangan dan garis tengen diturunkan dari garis ayah yang biasanya dihubungkan dengan para nabi. Garis hubungan seperti ini terdapat dalam Carub Kanda (CK) koleksi Salana (Pupuh Kedua/Dangdanggula bait kedua sampai kesembilan). Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli (NSCA) karangan Pangeran Suleman Sulendraningrat yang diterbitkan tahun 1968 dan 1972, naskah siaran kebudayaan pada Radio Leo Cirebon yang disusun oleh Marsita dan tulisan Masduki Sarpin pada Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon tanggal 11 September 1990 dengan judul Siapakah Sunan Gunung Jati? 2 Silsilah SGJ Berdasarkan Naskah-Naskah Tradisi Cirebon Berdasarkan CK, silsilah SGJ dari garis ibu adalah sebagai berikut: 1. Nabi Adam berputra 2. Yang Widi Nurut, berputra 3. Yang Widi Syukur, berputra 4. Yang Widi Nubut, berputra 5. Jalalu Purba, berputra 6. Yang Nakiru, berputra 7. Yang Luhur, berputra 8. Marija, berputra 9. Sira Sesunu, berputra 10. Yang Marijatha Widi, berputra 11. Bethara Anyalunyu, berputra 12. Manon Mayasa, berputra 13. Sambrana Aji, berputra 14. Begawan Sakutren, berputra 15. Sang Sakri Daraningrat, berputra 16. Palasara, berputra 17. Abiyasa, berputra 18. Pandu Dewanata, berputra 19. Dipati Arjuna, berputra 20. Wara Bimanyu, berputra 21. Parikesit, berputra 22. Maharaja Udayana berputra, 23. Prabu Sri Gendrayana, berputra 24. Sri Jaya Naya, berputra 25. Prabu Jaya Mijaya, berputra 26. Jaya Misesa, berputra 27. Kusuma Wicitra, berputra 28. Citrasoma, berputra 29. Anglingdriya, berputra 30. Sang Prabu Selacala, berputra 31. Sang Katung Mahapunggung, berputra 32. Kendiawan alias Resi Kenduyuhan, berputra 33. Lembu Mijaya alias Panji Rawis alias Prabu Lelehan, berputra 34. Ciung Wenara, berputra 35. Prabu Linggahiyang Sakti, berputra 36. Prabu Linggawesi, berputra 37. Prabu Wastu, berputra 38. Prabu Susuktunggal, berputra 39. Munding Kawati, berputra 40. Prabu Siliwangi, berputra Walangsungsang, Rarasantang dan Raja Sengara. Pada NSCA (Sulendraningrat, 1968:34-35) tertulis sebagai berikut: 1. Nabi Adam a.s. 2. Nabi Sis a.s. 3. Sayyid Anwar alias Nuruhu alias Sanghyang Nurcahya 4. Sanghyang Nurasa alias Su’ur 5. Sanghyang Wenang alias Nubuh, 6. Sanghyang Tunggal Sri Mahapunggung alias Jalalu Purba 7. Batara Guru alias Manyikeru, beristana di Gunung Tengguru Himalaya, India 8. Betara Brama alias Maridj 9. Bramani Raras 10. Yang Tritusta 11. Bagawan Manomanasa 12. Bagawan Sambarana 13. Bagawan Sukrem 14. Bagawan Sakri 15. Palasara 16. Bagawan Abiyasa 17. Pandudewanata 18. Arjuna alias Dipati Suryalaga 19. Abimanyu alias Anom Permadi 20. Parikesit alias Purbasengara 21. Aji Hudayana 22. Agendrayana 23. Setrayana (Prabu Jayabaya) 24. Jayamijaya Gung 25. Jayamisena 26. Prabu Kusumawicitra 27. Prabu Citrasoma 28. Prabu Pancadria Linuwih 29. Prabu Anglingdriya 30. Raja Selacaya Anglingdarma 31. Yang Sri Mahapunggung Akhir 32. Prabu Kendihawan (Dewa Natacengkar) 33. Resi Kenduyuhan 34. Lembu Amiluhur 35. Rawisrangga 36. Prabu Lelean (Maharaja Adimulya) 37. Prabu Ciung Wanara 38. Prabu Dewi Purbasari 39. Prabu Lingga Hyang 40. Prabu Lingga Wesi 41. Prabu Wastu Kencana 42. Prabu Susuk Tunggal 43. Prabu Banyak Larang 44. Prabu Banyak Wangi 45. Prabu Mundingkawati 46. Prabu Anggalarang 47. Prabu Siliwangi 48. Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim 49. Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah. Adapun dari garis ibu yang tidak dihubungkan dengan tokoh pewayangan terdapat dalam Sulendraningrat (1976:52-54) sebagai berikut: 1. Prabu Lelean (Maharaja Adimulya) 2. Prabu Ciung Wanara 3. Prabu Dewi Purbasari 4. Prabu Lingga Hyang 5. Prabu Lingga Wesi 6. Prabu Wastu Kencana 7. Prabu Susuk Tunggal 8. Prabu Banyak Larang 9. Prabu Banyak Wangi 10. Prabu Mundingkawati 11. Prabu Anggalarang 12. Prabu Siliwangi 13. Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim 14. Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah. Marsita menulis silsilah SGJ untuk siaran kebudayaan pada Radio Leo Cirebon sebagai berikut: 1. Nabi Adam a.s 2. Nabi Sis beristri Dewi Jelajah, berputra 3. Sayid Anwar alias Nuruhu atau Sanghyang Nurcahya beristri Dewi Nurini, berputra 4. Su’ur alias Sanghyang Nurasa beristri Dewi Ranatika, berputra 5. Nubuh alias sanghyang Wenang beristri Ratna Sayuti, berputra 6. Jalalu Purba alias Sanghyang Tunggal atau Sri Mahapunggung awal beristri Dewi Rekatawati, berputra 7. Manyikeru alias Betara Guru atau Sanghyang Manik Maya (Iwang Pramesti Dewa Guru), berputra 8. Maridz alias Betara Brahma beristri Sauti, berputra 9. Naibramani atau Brahmani raras beristri Dewi Rarasati, berputra 10. Hyang Tritusta beristri ratna Diwati, berputra 11. Begawan Manomayasa beristri Dewi ratnawati, berputra 12. Begawan Sambarana, berputra 13. Begawan Suktrem (Sakutrem) beristri Ratna Nilawati, berputra 14. Bagawan Sakri berisi Dewi Sakti (Dewi Adresyanti), berputra 15. Bagawan Palasara beristri Dewi Durgandini berputra 16. Bagawan Abiyasa (Krena Dwipayana) beristri Dewi Ambika, berputra 17. Pandudewanata beristri Kunti Nalibrata, berputra 18. Janaka (Arjuna, Dipati Suryalaga, Permadi, Dananjaya) beristri Mayangarum Sari, berputra 19. Anom Permadi (Abimanyu, Angkawijaya)beristri Dewi Utari, berputra 20. Purbasengara (Parikesit, Prabu Lare) beristri Dewi Tapen, berputra 21. Aji Hudayana beristri Gendrawati Patuama, berputra 22. Agendrayana beristri Patmawati, berputra 23. Setyana (Prabu Jayabaya) beristri Dewi Sara, berputra 24. Jayamijaya Gung, berputra 25. Jayamisena, berputra 26. Prabu Kusumawicitra, berputra 27. Prabu Citrasoma, berputra 28. Prabu Pancadria Linuwih, berputra 29. Prabu Anglingdriya, berputra 30. Raja Selacaya (Angling Darma), berputra 31. Prabu Hyang Sri Mahapunggung (Akhir), berputra 32. Prabu Kendiawan (Dewa Nata Cengkar), berputra 33. Resi Kenduyuhan, berputra 34. Prabu Lembu Amiluhur, berputra 35. Prabu Rawisrengga, berputra 36. Prabu Adimulya (Raden Lelean), berputra 37. Prabu Ciung Wanara, berputra 38. Sri Ratu Purbasari, berputra 39. Prabu Linggahyang, berputra 40. Prabu Linggawesi, berputra 41. Prabu Wastu Kencana, berputra 42. Prabu Susuk Tunggal, berputra 43. Prabu Banyak Wangi, berputra 44. Prabu Mundingkawati, berputra 45. Prabu Anggalarang, berputra 46. Prabu Siliwangi beristri Subangkranjang, berputra 47. Sri Mangana (Pangeran Cakrabuana, Walangsungsang, Haji Abdullah Iman, Ki Sangkan, Ki Kuwu Cirebon), Rarasantang ibunda Syarif Hidayatullah, dan Raja Sengara. Masduki Sarpin dalam harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon1 tanggal 11 September 1990 menampilkan silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ibu sebagai berikut: 1. Nabi Adam a.s. 2. Nabi Sis 3. Anwar (Sanghyang Nurcahya) 4. Sanghyang Nurasa 5. Sanghyang Wenang 6. Sanghyang Tunggal 7. Betara Guru 8. Brahma 9. Brahmasada 10. Brahmasatapa 11. Parikenan 12. Manumayasa 13. Sekutrem 14. Sakri 15. Palasara 16. Abiyasa 17. Pandu Dewanata 18. Arjuna 19. Abimanyu 20. Parikesit 21. Yudayana 22. Yudayaka 23. Jaya Amijaya 24. Kendrayana 25. Sumawicitra 26. Citrasoma 27. Pancadriya 28. Prabu Suwela 29. Sri Mahapunggung 30. Resi Kandihuwan 31. Resi Gentay 32. Lembu Amiluhur 33. Panji Asmarabangun 34. Rawis Rengga 35. Prabu Lelea 36. Mundingsari 37. Mundingwangi 38. Jaka Suruh 39. Prabu Siliwangi 40. Nyi Mas Rarasantang 41. Sunan Gunung Jati CPCN karangan Pangeran Arya Cirebon (1720) yang diterbitkan Atja menyajikan garis keturunan SGJ dari garis ibu yang tertulis pada halaman (naskah) lima baris keenam sampai halaman enam baris keempat (Atja, 1986:118) sebagai berikut: Naskah CPCN Terjemahan ika hana pwa Sang Prabu Siliwangi// ika anakiran Sang Prabu Anggalarang/ Sang Prabu Anggalarang anak ing Sang Prabu Mundhingkawati/ Sang Prabu Mundhingkawati anak ing Banyakwangi/ Sang Prabu Banyakwangi anak ing// Sang Prabu Banyaklarang/ Sang Prabu Banyaklarang anakira Sang Prabu Susuktunggal/ Anak ing Sang Prabu Wastukancana/ Sang Wastukancana anakira Sang Prabu Linggawesi// Sang Prabu Linggawesi anakira Sang Prabu Linggahiyang/ Sang Prabu Linggahiyang anakira Sri Ratu Purbasari/ Sri Ratu Purbasari anakira Sang Prabu Ciungwanara/ Prabu Ciungwanara anak ing ing Maharaja Galuh Pakwan// yeka Maharaja Adimulya ngaranira … (Atja, 1986:118) Adapun Sang Prabu Siliwangi adalah putera Sang Prabu Anggalarang. Sang Prabu Anggalarang putera Sang Prabu Mundingkawati. Sang Prabu Mundingkawati putera Banyakwangi. Sang Prabu Banyakwangi putera Sang Prabu Banyaklarang. Sang Prabu Banyaklarang putera Sang Prabu Susuktunggal. Ia putera Sang Prabu Wastukancana. Sang Wastukancana putera Sang Prabu Linggawesi. Sang Prabu Linggawesi putera Sang Prabu Linggahiyang. Sang Prabu Linggahiyang putera Sri Ratu Purbasari. Sri Ratu Purbasari puteri Sang Prabu Ciungwanara. Prabu Ciungwanara putera Maharaja Galuh Pakwan, yaitu Maharaja Adimulya namanya … (Atja, 1986:156) Uraian di atas dapat diurutkan — dari leluhurnya—sebagai berikut: 1. Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya 2. Prabu Ciyungwanara 3. Sri Ratu Purbasari 4. Prabu Linggahiyang 5. Prabu Linggawesi 6. Prabu Wastukancana 7. Prabu Susuktunggal 8. Prabnu Banyaklarang 9. Prabu Banyakwangi 10. Prabu Mundingkawati 11. Prabu Anggalarang 12. Prabu Siliwangi. Berikut ini tabel perbandingan silsilah keturunan SGJ dari garis kiwa (ibu) CK NSCA MRST MSDK CPCN 1. Nabi Adam 2. Yang Widi Nurut, 3. Yang Widi Syukur, 4. Yang Widi Nubut, 5. Jalalu Purba, 6. Yang Nakiru, 7. Yang Luhur, 8. Marija, 9. Sira Sesunu, 10. Yang Marijatha Widi, 11. Bethara Anyalunyu, 12. Manon Mayasa, 13. Sambrana Aji, 14. Begawan Sakutren, 15. Sang Sakri Daraningrat, 16. Palasara, 17. Abiyasa, 18. Pandu Dewanata, 19. Dipati Arjuna, 20. Wara Bimanyu, 21. Parikesit, 22. Maharaja Udayana 23. Prabu Sri Gendrayana, 24. Sri Jaya Naya, 25. Prabu Jaya Mijaya, 26. Jaya Misesa, 27. Kusuma Wicitra, 28. Citrasoma, 29. Anglingdriya, 30. Sang Prabu Selacala, 31. Sang Katung Mahapunggung, 32. Kendiawan alias Resi Kenduyuhan, 33. Lembu Mijaya alias Panji Rawis alias Prabu Lelehan, 34. Ciung Wenara, 35. Prabu Linggahiyang Sakti, 36. Prabu Linggawesi, 37. Prabu Wastu, 38. Prabu Susuktunggal 39. Munding Kawati, 40. Prabu Siliwangi, 41. Walangsungsang, Rarasantang dan Raja Sengara. 1. Nabi Adam a.s. 2. Nabi Sis a.s. 3. Sayyid Anwar/ Nuruhu/ Sanghyang Nurcahya 4. Sanghyang Nurasa/ Su’ur 5. Sanghyang Wenang / Nubuh 1. Sanghyang Tunggal Sri Mahapunggung alias Jalalu Purba 2. Batara Guru alias Manyikeru, beristana di Gunung Tengguru Himalaya, India 3. Betara Brama alias Maridj 4. Bramani Raras 5. Yang Tritusta 6. Bagawan Manomanasa 7. Bagawan Sambarana 8. Bagawan Sukrem 9. Bagawan Sakri 10. Palasara 11. Bagawan Abiyasa 12. Pandudewanata 13. Arjuna alias Dipati Suryalaga 14. Abimanyu alias Anom Permadi 15. Parikesit alias Purbasengara 16. Aji Hudayana 17. Agendrayana 18. Setrayana (Prabu Jayabaya) 19. Jayamijaya Gung 20. Jayamisena 21. Prabu Kusumawicitra 22. Prabu Citrasoma 23. Prabu Pancadria Linuwih 24. Prabu Anglingdriya 25. Raja Selacaya Anglingdarma 26. Yang Sri Mahapunggung Akhir 27. Prabu Kendihawan (Dewa Natacengkar) 28. Resi Kenduyuhan 29. Lembu Amiluhur 30. Rawisrangga 31. Prabu Lelean (Maharaja Adimulya) 32. Prabu Ciung Wanara 33. Prabu Dewi Purbasari 34. Prabu Lingga Hyang 35. Prabu Lingga Wesi 36. Prabu Wastu Kencana 37. Prabu Susuk Tunggal 38. Prabu Banyak Larang 39. Prabu Banyak Wangi 40. Prabu Mundingkawati 41. Prabu Anggalarang 42. Prabu Siliwangi 43. Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim 44. Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah. 1. Nabi Adam a.s 2. Nabi Sis 3. Sayid Anwar/Nuruhu/Sanghyang Nurcahya 4. Su’ur/Sanghyang Nurasa 5. Nubuh/Sanghyang Wenang 6. Jalalu Purba/Sanghyang Tunggal/Sri Mahapunggung awal 7. Manyikeru/Betara Guru/Sanghyang Manik Maya (Iwang Pramesti Dewa Guru), 8. Maridz/Betara Brahma 9. Naibramani/Brahmaniraras 10. Hyang Tritusta 11. Begawan Manomayasa 12. Begawan Sambarana, 13. Begawan Suktrem (Sakutrem) 14. Bagawan Sakri 15. Bagawan Palasara 16. Bagawan Abiyasa 17. Pandudewanata 18. Janaka (Arjuna, Dipati Suryalaga, Permadi, Dananjaya) 19. Anom Permadi (Abimanyu, Angkawijaya) 20. Purbasengara (Parikesit, Prabu Lare) 21. Aji Hudayana 22. Agendrayana 23. Setyana (Prabu Jayabaya) 24. Jayamijaya Gung, 25. Jayamisena, 26. Prabu Kusumawicitra, 27. Prabu Citrasoma, 28. Prabu Pancadria Linuwih, 29. Prabu Anglingdriya, 30. Raja Selacaya (Angling Darma), 31. Prabu Hyang Sri Mahapunggung (Akhir), 32. Prabu Kendiawan (Dewa Nata Cengkar), 33. Resi Kenduyuhan, 34. Prabu Lembu Amiluhur, 35. Prabu Rawisrengga, 36. Prabu Adimulya (Raden Lelean), 37. Prabu Ciung Wanara, 38. Sri Ratu Purbasari, 39. Prabu Linggahyang, 40. Prabu Linggawesi, 41. Prabu Wastu Kencana, 42. Prabu Susuk Tunggal, 43. Prabu Banyak Wangi, 44. Prabu Mundingkawati, 45. Prabu Anggalarang, 46. Prabu Siliwangi beristri Subangkranjang, 47. Sri Mangana (Pangeran Cakrabuana, Walangsungsang, Haji Abdullah Iman, Ki Sangkan, Ki Kuwu Cirebon), Rarasantang ibunda Syarif Hidayatullah, dan Raja Sengara. 1. Nabi Adam a.s. 2. Nabi Sis 3. Anwar (Sanghyang Nurcahya) 4. Sanghyang Nurasa 5. Sanghyang Wenang 6. Sanghyang Tunggal 7. Betara Guru 8. Brahma 9. Brahmasada 10. Brahmasatapa 11. Parikenan 12. Manumayasa 13. Sekutrem 14. Sakri 15. Palasara 16. Abiyasa 17. Pandu Dewanata 18. Arjuna 19. Abimanyu 20. Parikesit 21. Yudayana 22. Yudayaka 23. Jaya Amijaya 24. Kendrayana 25. Sumawicitra 26. Citrasoma 27. Pancadriya 28. Prabu Suwela 29. Sri Mahapunggung 30. Resi Kandihuwan 31. Resi Gentay 32. Lembu Amiluhur 33. Panji Asmarabangun 34. Rawis Rengga 35. Prabu Lelea 36. Mundingsari 37. Mundingwangi 38. Jaka Suruh 39. Prabu Siliwangi 40. Nyi Mas Rarasantang 41. Sunan Gunung Jati 1. Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya 2. Prabu Ciyungwanara 3. Sri Ratu Purbasari 4. Prabu Linggahiyang 5. Prabu Linggawesi 6. Prabu Wastukancana 7. Prabu Susuktunggal 8. Prabnu Banyaklarang 9. Prabu Banyakwangi 10. Prabu Mundingkawati 11. Prabu Anggalarang Prabu Siliwangi. Dari tabel di atas terdapat kesamaan silsilah Sunan Gunung Jati dari pihak ibu yang menampilkan nama dari tokoh-tokoh pewayangan, kecuali naskah CPCN yang mengawali silsilah keturunannya dari Maharaja Galuh Pakwan, Maharaja Adimulya. Persamaan dari keempat naskah tersebut adalah: 1. Nabi Adam 2. Nabi Sis2 3. Sanghyang Nurcahya3 4. Sanghyanhg Nurasa4 5. Sanghyang Wenang5 6. Sanghyang Tunggal/Jalalu Purba 7. Betara Guru/Manyikeru6 8. Betara Brahma/Maridj7 9. Bramanai Raras8 10. Yang Tritusta 11. Bagawan Manonmayasa 12. Bagawan Sambarana9 13. Bagawan Sukrem10 14. Bagawan Sakri 15. Palasara 16. Bagawan Abiyasa 17. Pandudewanata 18. Arjuna 19. Abimanyu 20. Parikesit 21. Aji Hudayana11 22. Agendrayana 23. Prabu Jayabaya12 24. Jayamijaya13 Gung 25. Jayamisena14 26. Prabu Kusumawicitra 27. Prabu Citrasoma 28. Prabu Pancadria15 29. Prabu Anglingdriya 30. Raja Selacaya 31. Sri Mahapunggung (Akhir) 32. Prabu Kendihawan16 33. Resi Kenduyuhan 34. Lembu Amiluhur17 35. Rawisrangga 36. Prabu Lelean (Maharaja Adimulya) 37. Ciung Wanara 38. Dewi Purbasari18 39. Linggahiyang 40. Linggawesi 41. Wastukancana 42. Susuktunggal 43. Banyaklarang19 44. Banyakwangi 45. Mundingkawati 46. Anggalarang20 47. Siliwangi 48. Ratu Mas Rarasantang Syarifah Mudaim 49. Sunan Gunung Jati Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah. Munculnya nama Nabi Adam dan Nabi Sis kemudian diselingi oleh nama-nama para dewa dan tokoh pewayangan mengisyaratkan adanya proses sinkretis dalam pemahaman ajaran agama — dan tradisi masyarakat Jawa — terutama pada masa peralihan dari agama Hindu-Budha kepada agama Islam. Pola akomodatif dan sinkretis yang dilakukan para penyebar agama Islam dalam tahap awal menyebabkan pengaruh yang besar dalam tulisan-tulisan mengenai tokoh-tokoh Islam seperti SGJ. Munculnya nama-nama Sanghyang Nurcahya, Sanghyang Nurasa, Sanghyang Wenang, Sanghyang Tunggal/Jalalu Purba dan Betara Guru/Manyikeru, misalnya, menunjukkan upaya pemasukan unsur-unsur kepercayaan tradisional Sunda dan pengaruh Hindu Budha kepada garis keturunan SGJ sebagai upaya legitimasi bahwa SGJ merupakan keturunan dari para dewa dalam tradisi Sunda.21 Demikian pula munculnya nama-nama dari dunia pewayangan yang berawal dari Nabi Adam dan Nabi Sis dalam silsilah di atas menunjukkan adanya pengaruh “rekayasa”sebagaimana dikemukakan Montana (1995:16) bahwa tokh wali yang silsilahnya ditarik mundur sampai ke Nabi Adam adalah rekayasa belaka. Apalagi jika dihubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan yang — jika ditelusuri ke masa awal penyebaran agama Islam — diambil dari pertunjukan wayang sebagai media dalam proses Islamisasi. Dalam pertunjukan wayang pada masa itu tidak hanya diartikan secara harfiah saja sebagai entertainment tetapi lebih dimanfaatkan sebagai perlambnag. Sunan Kalijaga, misalnya, dapat meyakinkan bahwa kalimasada yang semula berarti sebuah jimat yang sakti adalah perubahan ucapan dari Kalimah Syahadat, padahal pengertian semula dari bahasa Sanskerta Kali Maha Usadha yang artinya Dewa Kali (Durga) Maha Tabib, maksudnya barangsiapa mengabdi kepad Dewa Kali akan selalu mendapat keselamatan, kesehatan dan kebahadiaan. Akan tetapi, dalam proses Islamisasi masyarakat Jawa, ucapan kalimasada dimaksudkan sebagai Kalimah Syahadat yang ucapannya memang mirip. Sunan Kalijaga menyatakan bahwa pertunjukan wayang sebenarnya adalah perhiasan tunggal yang dinamakan perhiasan syariat (syarenga). Wayang-wayang itu adalah manusia sejagat, dalangnya adalah Allah, sang pencipta jagat (alam semesta). Wayang tidak akan bergerak dengan sendirinya kalau tidak digerakkan dalang, demikian pula semua mahluk itu tidak akan bergerak tanpa kersaning Pangeran (kehendak Tuhan) Yang Mahagung, yang mencipta jagat (Montana, 1995:18). Adapun hakikat wayang — yang ditampilkan sebagai garis keturunan SGJ — yang teradapat dalam naskah-naskah tradisi Cirebon mungkin merupakan penuturan kembali dari berbagai kisah pewayangan. Munculnya nama-nama Pandudewanata, Arjuna dan Abimanyu, misalnya menunjukkan tradisi masyarakat yang selalu mengagungkan nama-nama ini. Arjuna dengan ketampanannya, misalnya, dikaitkan dengan keturunan anak laki-laki yang ditampilkan dalam upacara tujuh bulanan dengan menggambar tokoh Arjuna pada buah kelapa. Dalam pandangan Wiryamartana (1990:328) perlambang Arjuna adalah perlambang sebagai manusia sakti dan pertapa, kesatria dan manusia teladan, sehingga tidak mengherankan apabila penulis naskah memasukkah Arjuna dalam silsilah SGJ dari pihak ibu. Sementara silsilah SGJ dari garis ayah (tengen) tidak menghubungkannya dengan tokoh-tokoh pewayangan yang berasal dari silsilah raja-raja dan agama Hindu dari garius kiwa, namun dihubungkan dengan para nabi dari agama Islam. Beberapa naskah, buku dan hasil penelitian yang menampilkan silsilah SGJ tanpa menghubungkan dengan tokoh-tokoh pewayangan antara lain Babad Tanah Sunda (tt), Nukilan Sedjarah Tjirebon Asli (1968, 1972) dan Sejarah Cirebon (1976) yang ditulis oleh Pangeran Suleman Sulendraningrat, naskah siaran kebudayaan pada Radio Leo yang disusun oleh Marsita, tulisan Masduki Sarpin (Pikiran Rakyat, 11 September 1990), Carita Purwaka Caruban Nagari(CPCN) karya Pangeran Arya Cirebon yang diterbitkan oleh Atja (1972,1986) serta hasil penelitian Abdullah bin Nuh (1978). Pada NSCA Sulendraningrat (1968:33-34) menyajikan silsilah SGJ dari garis ayah sebagai berikut: 1. Siti Fatimah binti Muhammad SAW menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Tahlib ra. 2. Husain Assabti 3. Jaenal Abidin 4. Muhammad Al Bakir 5. Jafar Shadiq 6. Kasim al Kamil (Ali al Uraid) 7. Muhammad an Naghib (Idris) 8. Isa al Basri (al Bakir) 9. Ahmad al Muhajir 10. Uabaidillah 11. Muhammad 12. Alwi 13. Ali al Gazam 14. Muhammad 15. Alwi Amir Faqih 16. Abdul Malik 17. Abdullah Khan Nurdin (Amir) 18. Al Amir Ahmad Syejh Jalaludin 19. Jamaluddin al Husein 20. Ali Nurul Alim 21. Syarif Abdullah (Sultan Mesir) 22. Syarif Hidayatullah. Marsita menyajikan Silsilah sebagai berikut: 1. Nabi Adam as. 2. Nabi Sis 3. Anwas 4. Qinan 5. makail 6. Yarid 7. Sam 8. Arfakhsyadz 9. Finan 10. Syalikh 11. Abir 12. Urgu 13. Sarug 14. Nakhur 15. Tarikh 16. Nabi Ibrahim as 17. Nabi Ismail as 18. Haidar 19. Jamal 20. Sahail 21. Binta 22. Salaman 23. Hamyasa 24. Adad 25. Addi 26. Adnan 27. Ma’ad 28. Nizar 29. Mudhor 30. Ilyas 31. Mudrikhah 32. Khuzaimah 33. Kinaan 34. Nadhar 35. Malik 36. Fihir 37. Ghalib 38. Lauiy 39. Kaab 40. Murrah 41. Kilab 42. Qushay 43. Abdul Manap 44. Hasyim 45. Abdul Muthalib 46. Abdullah 47. Nabi Muhammad SAW 48. Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra 49. Sayyid Husein Assabti 50. Iman Zaenal Abidin 51. Muhammad al Bakir 52. Jafarus Shadiq 53. Ali al-Uraidi Kasim al Kamil 54. Muhammad an Nakib Ibris 55. Isa al Basri al Bakir 56. Ahmad al Muhair 57. Ubaidillah 58. Muhammad 59. Alwi 60. Ali ag Gajam 61. Muhammad 62. Alwi Amirfakih 63. Maulana Abdulmalik 64. Abdul Khan Nurdin Amir 65. Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin 66. Ali Nurul Alim 67. Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra 68. Syarif Hidayatullah. Masduki Sarpin dalam Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi Cirebon tanggal 11 September 1990 menampilkan silsilah sebagai berikut: 1. Nabi Adam as 2. Nabi Sis 3. Anwas 4. Qinan 5. Makhqil 6. Yarid 7. Makhnukh 8. Matusalh 9. Lamiq 10. Nabi Nuh as 11. Syams 12. Arfakhsyal 13. Finan 14. Syalikh 15. Abir 16. Urghu 17. Surogh 18. Nakhur 19. Trikh 20. Nabi Ibrahim as 21. nabi Ismail 22. Haidar 23. Jamal 24. Sahail 25. Biniah 26. Saiman 27. Hamyasa 28. Adad 29. Addi 30. Adnan 31. Ma’ad 32. Nizar 33. Mudhor 34. Ilyas 35. Mudrikhah 36. Kinanah 37. Kuarenah 38. Nadhor 39. Malik 40. Fihrin 41. Gholib 42. Luaiy 43. Ka’ad 44. Murroh 45. Kilab 46. Qusay 47. Abdul Manaf 48. Hasyim 49. Abdul Muthalib 50. Abdullah 51. Nabi Muhammad SAW 52. Siti Fatimah 53. Sayid Husain 54. Zainal Abidin 55. Zainal Alim 56. Zainal Kubro 57. Zainal Husain 58. Sultan Khut 59. Sunan Gunung Jati. Pada CPCN halaman (naskah) 59 baris pertama sampai halaman 60 baris ke-13 (Atja, 1986:137-138) ditampilkan sebagai berikut: Naskah CPCN Terjemahan Kawruhan ta dheng sakweh[wa]an/59 Susuhunan Jati Purba ika anakira Sarip Abdullah kang atemu tangan lawan putri sakeng Mesir nagari// Nurul Alim anak ing Jamaludin kapernah ing Kemboja nagari yata anak ing Jamaludin/ Jamaludin anak ing Amir/ Amir anak ing Abdulmalik kapernah ing Indiya nagari// Anak ing Alwi kapernah ing Mesir nagari/ Alwi anak ing Muhamad/ Muhamad anak ing Ali Gajam/ Ali anak ing Alwi Alwi anakira Muhamad/ Muhamad anak ing Baidillah//60 Baidillah anak ing Ahmad/ Ahmad anakira Al Bakir/ Al Bakir anak ing Idris/ Idris anak ing Kasim al Malik/ Kasim anakira Japar Sadik/ Kapernah ing Parsi/ Japar Sadik anak ing Muhamad Bakir/ Muhamad Bakir anakira Jenal Abidin/ Jenal Abidin anak ing Sayid Husen/ Sayid Husen anak ing Sayidina Ali kang atemu tangan lawan Siti Patimah anak ing Rasul Muhammad nabi kang luhung … (Atja, 1986:137-138) Ketauilah oleh sekalian bahwa Susuhunan Jati Purba itu putera Sarip Abdullah yang beristrikan puteri dari negeri Mesir. (Ali) Nurul Alim putera Jamaludin berasal dari negeri Kemboja, ialah putera Jamaludin. Jamaludin putera Amir, Amir putera Abdulmalik berasal dari negeri India, Ia adalah putera Alwi berasal dari negeri M0esir. Alwi putera Muhamad. Muhamad putera Ali Gajam Ali putera Alwi Alwi putera Muhamad Muhamad putera Baidilah Baidilah putera Ahmad Ahmad putera al Bakir Al Bakir putera Idris Idris putera Kasim al malik Kasim al Malik putera Japar Sadik Dari Parsi Japar Sadik putera Muhamad Bakir Muhamad Bakir putera Jenal Abidin Jenal Abidin putera Sayid Husen Sayid Husen putera Sayidina Ali yang beristrikan Siti Patimah, puteri Rasul Muhammad Nabi yang mulia… (Atja, 1986:174-175) Uraian di atas dapat diurutkan sebagai berikut: 1. Rasul Muhammad 2. Sayid Ali yang beristrikan Fatimah 3. Sayid Husen 4. Sayid Abidin 5. Muhamad Bakir 6. Japar Sadik dari Parsi 7. Kasim al Malik 8. Idris 9. Al Bakir 10. Ahmad 11. Baidillah 12. Muhammad 13. Alwi dari Mesir 14. Abdulmalik 15. Amir 16. Jamaludin dari Kamboja 17. Ali Nurul Alim beristri putri Mesir 18. Sarip Abdullah Sementara itu Abdllah bin Nuh (Syamsu As, 1996:68-69) menyusun silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ayah dengan merujuk pada hasil susunan Sayid Ahmad Abdullah Assegaf yang ditulis dalam bahasa Arab yang diambil dari Pakem Banten sebagai berikut: 1. Sayidina Muhammad Rasulullah Saw. 2. Sayidina Ali, suami Sayidina Fatimah 3. Sayidina Husein 4. Ali Zainal Abidin 5. Muhammad Al Baqir 6. Ja’far ash Shadiq 7. Ali al Uraidhi di Madinah 8. Sayid Isa di Basrah 9. Ahmad al Muhajir di Hadramaut 10. sayid Abdullah al-Ardh Bur, hadramaut 11. Sayid Ali di Samal, Hadramaut 12. Sayid Ali di Bait Juber, Hadramaut 13. Sayid Ali Khali’ Gasam di Tarim, Hadramaut 14. Sayid Muhammad Shahib Mirbath di Zafar, Hadramaut 15. Sayid Alwi di Tarim, Hadramaut 16. Amir Abdl Muluk di Hindustan 17. Ahmad Syah Jalal di Hindustan 18. Maulana Jamaludin al Akbar al Husein di Bugis 19. Ali Nurul Alam di Siam/ Thailand 20. Raja Umdatuddin Abdullah di Cempa 21. Syarif Hidayatullah di Cirebon. Berikut ini tabel perbandingan silsilah keturunan SGJ dari garis tengen (garis ayah) NSCA MRST MSDK CPCN PB 1. Siti Fatimah binti Muhammad SAW menikah dengan Sayyidina Ali bin Abi Tahlib ra. 2. Husain Assabti 3. Jaenal Abidin 4. Muhammad Al Bakir 5. Jafar Shadiq 6. Kasim al Kamil (Ali al Uraid) 7. Muhammad an Naghib (Idris) 8. Isa al Basri (al Bakir) 9. Ahmad al Muhajir 10. Uabaidillah 11. Muhammad 12. Alwi 13. Ali al Gazam 14. Muhammad 15. Alwi Amir Faqih 16. Abdul Malik 17. Abdullah Khan Nurdin (Amir) 18. Al Amir Ahmad Syejh Jalaludin 19. Jamaluddin al Husein 20. Ali Nurul Alim 21. Syarif Abdullah (Sultan Mesir) 22. Syarif Hidayatullah. 1. Nabi Adam as. 2. Nabi Sis 3. Anwas 4. Qinan 5. makail 6. Yarid 7. Sam 8. Arfakhsyadz 9. Finan 10. Syalikh 11. Abir 12. Urgu 13. Sarug 14. Nakhur 15. Tarikh 16. Nabi Ibrahim as 17. Nabi Ismail as 18. Haidar 19. Jamal 20. Sahail 21. Binta 22. Salaman 23. Hamyasa 24. Adad 25. Addi 26. Adnan 27. Ma’ad 28. Nizar 29. Mudhor 30. Ilyas 31. Mudrikhah 32. Khuzaimah 33. Kinaan 34. Nadhar 35. Malik 36. Fihir 37. Ghalib 38. Lauiy 39. Kaab 40. Murrah 41. Kilab 42. Qushay 43. Abdul Manap 44. Hasyim 45. Abdul Muthalib 46. Abdullah 47. Nabi Muhammad SAW 48. Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra 49. Sayyid Husein Assabti 50. Iman Zaenal Abidin 51. Muhammad al Bakir 52. Jafarus Shadiq 53. Ali al-Uraidi Kasim al Kamil 54. Muhammad an Nakib Ibris 55. Isa al Basri al Bakir 56. Ahmad al Muhair 57. Ubaidillah 58. Muhammad 59. Alwi 60. Ali ag Gajam 61. Muhammad 62. Alwi Amirfakih 63. Maulana Abdulmalik 64. Abdul Khan Nurdin Amir 65. Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin 66. Ali Nurul Alim 67. Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra 68. Syarif Hidayatullah. 1. Nabi Adam as 2. Nabi Sis 3. Anwas 4. Qinan 5. Makhqil 6. Yarid 7. Makhnukh 8. Matusalh 9. Lamiq 10. Nabi Nuh as 11. Syams 12. Arfakhsyal 13. Finan 14. Syalikh 15. Abir 16. Urghu 17. Surogh 18. Nakhur 19. Trikh 20. Nabi Ibrahim as 21. nabi Ismail 22. Haidar 23. Jamal 24. Sahail 25. Biniah 26. Saiman 27. Hamyasa 28. Adad 29. Addi 30. Adnan 31. Ma’ad 32. Nizar 33. Mudhor 34. Ilyas 35. Mudrikhah 36. Kinanah 37. Kuarenah 38. Nadhor 39. Malik 40. Fihrin 41. Gholib 42. Luaiy 43. Ka’ad 44. Murroh 45. Kilab 46. Qusay 47. Abdul Manaf 48. Hasyim 49. Abdul Muthalib 50. Abdullah 51. Nabi Muhammad SAW 52. Siti Fatimah 53. Sayid Husain 54. Zainal Abidin 55. Zainal Alim 56. Zainal Kubro 57. Zainal Husain 58. Sultan Khut 59. Sunan Gunung Jati. 1. Rasul Muhammad 2. Sayid Ali yang beristrikan Fatimah 3. Sayid Husen 4. Sayid Abidin 5. Muhamad Bakir 6. Japar Sadik dari Parsi 7. Kasim al Malik 8. Idris 9. Al Bakir 10. Ahmad 11. Baidillah 12. Muhammad 13. Alwi dari Mesir 14. Abdulmalik 15. Amir 16. Jamaludin dari Kamboja 17. Ali Nurul Alim beristri putri Mesir 18. Sarip Abdullah 1. Sayidina Muhammad Rasulullah Saw. 2. Sayidina Ali, suami Sayidina Fatimah 3. Sayidina Husein 4. Ali Zainal Abidin 5. Muhammad Al Baqir 6. Ja’far ash Shadiq 7. Ali al Uraidhi di Madinah 8. Sayid Isa di Basrah 9. Ahmad al Muhajir di Hadramaut 10. sayid Abdullah al-Ardh Bur, hadramaut 11. Sayid Ali di Samal, Hadramaut 12. Sayid Ali di Bait Juber, Hadramaut 13. Sayid Ali Khali’ Gasam di Tarim, Hadramaut 14. Sayid Muhammad Shahib Mirbath di Zafar, Hadramaut 15. Sayid Alwi di Tarim, Hadramaut 16. Amir Abdl Muluk di Hindustan 17. Ahmad Syah Jalal di Hindustan 18. Maulana Jamaludin al Akbar al Husein di Bugis 19. Ali Nurul Alam di Siam/ Thailand 20. Raja Umdatuddin Abdullah di Cempa 21. Syarif Hidayatullah di Cirebon. Dari tabel di atas teradapat kesamaan silsilah SGJ dari garis ayah yang menampilkan nama dari para nabi. Silsilah yang ditulis oleh Marsita dan Masduki Sarpin mengawalinya dari Nabi Adam, sementara NSCA, CPCN dan PB memulainya dari Nabi Muhammad Saw atau Sti Fatimah binti Muhammad. Jika diurutkan silsilah SGJ dari garis ayah dengan memadukan seluruh sumber di atas akan diperoleh urutan sebagai berikut: 1. Nabi Adam as. 2. Nabi Sis 3. Anwas 4. Qinan 5. Makail 6. Yarid22 7. Sam 8. Arfakhsyadz 9. Finan 10. Syalikh 11. Abir 12. Urgu 13. Sarug 14. Nakhur 15. Tarikh 16. Nabi Ibrahim as 17. Nabi Ismail as 18. Haidar 19. Jamal 20. Sahail 21. Binta 22. Salaman 23. Hamyasa 24. Adad 25. Addi 26. Adnan 27. Ma’ad 28. Nizar 29. Mudhor 30. Ilyas 31. Mudrikhah 32. Khuzaimah 33. Kinaan 34. Nadhar 35. Malik 36. Fihir 37. Ghalib 38. Lauiy 39. Kaab 40. Murrah 41. Kilab 42. Qushay 43. Abdul Manap 44. Hasyim 45. Abdul Muthalib 46. Abdullah 47. Nabi Muhammad SAW23 48. Fatimah Azzahra, menikah dengan Ali, berputra 49. Sayyid Husein Assabti 50. Iman Zaenal Abidin 51. Muhammad al Bakir 52. Jafarus Shadiq 53. Ali al-Uraidi Kasim al Kamil24 54. Muhammad an Nakib Ibris 55. Isa al Basri al Bakir 56. Ahmad al Muhair 57. Ubaidillah25 58. Muhammad26 59. Alwi 60. Ali al Gajam 61. Muhammad 62. Alwi Amirfakih 63. Maulana Abdulmalik 64. Abdul Khan Nurdin Amir 65. Al Amir Ahmad Syekh Jalaludin27 66. Ali Nurul Alim 67. Syarif Abdullah, menikah dengan Rara Santang, berputra 68. Syarif Hidayatullah. Pada urutan di atas yang dimulai dari Nabi Adam As, antara tulisan MRST dengan MSDK terdapat persamaan hingga urutan keenam, Yarid. Dari Yarid, Msdk masih menulis keturunan berikutnya yakni Makhnukh, Matusalh, Lamiq dan nabi Nuh As, lalu ke Sayams, sementara MRST dari Yarid langsung ke Syams. Dari Syams hingga Nabi Muhammad urutan MRST dengan MSDK sama. Secara umum dilihat dari persamaan keturunan dari masing-masing sumber, SGJ adalah keturunan ke-21 dari Nabi Muhammad Saw. Perbedaan yang mencolok terdapat pada MSDK setelah urutan dari Nabi Muhammad, pada MSDK hanya mencantumkan delapan keturunan yakni Siti fatimah, Sayyid Husain, Zainal Abidin, Zainal Alim, Zainal Kubro, Zainal Husain, Sultan Khut dan Sunan Gunung Jati, sementara sumber lain mencantumkan lebih banyak dan bervariasi, NSCA hingga 23 keturunan, MRST 22 keturunan, CPCN 18 keturunan dan PB 21 keturunan. Dari beberapa silsilah SGJ di atas terdapat perbedaan dan persamaan di antara urutan nama dan sumber rujukan, baik dari garis ayah maupun dari garis ibu. Perbedaan mencolok terdapat pada silsilah SGJ dari garis ibu yang mencantumkan nama-nama dari tokoh pewayangan yang bersumber dari ajaran agama Hindu, sementara dari garis ayah justru mencantumkan para nabi dalam agama Islam. 3 Makna yang Terkandung dalam Silsilah SGJ Makna yang terkandung di dalam silsilah SGJ di atas menunjukkan adanya upaya legitimasi SGJ senbagai orang yang mempunyai otoritas kekuasaan sebagai Sultan Cirebon dengan menghubungkan silsilah keturunan dari garis ibu dengan Prabu Siliwangi penguasa kerajaan Pajajaran di Jawa Barat dan otoritas keilmuan (agama Islam) dengan menghubungkan silsilah keturunannya dari garis ayah dengan Nabi Muhammad Saw. Dalam silsilah ini teradpat motif para dewa yang dalam indeks motif Thompson termasuk dalam kelompok A100-a499; gods dengan munculnya tokoh-tokoh para dewa — sebagaimana cerita tentang dewa yang tinggal dan mati di dunia lain (A108; god of the living and the dead in the otherworld) dalam cerita rakyat Cina (Thompson, 1955:74) — terutama para dewa dari dunia pewayangan dalam silsilah SGJ dari garis ibu; dan A500-599; demigods and culture heroes motif para tokoh setengah dewa dan pembawa kebudayaan dalam kelompok A501; groups of demigods (kelompok tokoh setengah dewa)(Thompson, 1955:116) dengan munculnya tokoh-tokoh pembawa ajaranagama dan kebudayaan (Islam) yakni para nabi, dari Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dan para guru agama Islam dari silsilah SGJ dari garis ayah. Munculnya silsilah ini merupakan ciri khas dari cerita legenda yang menghubungkan keturunan seseorang dengan tokoh-tokoh tertentu yang mempunyai tujuan tertentu pula, baik sebagai upaya untuk mensucikan tokoh itu maupun melegitimasikan keberadaannya sesuai dengan kedudukannya. Adapun motif para dewa dan pembawa kebudayaan diduga penulis karya ini mempunyai maksud melegitimasikan SGJ sebagai penguasa kerajaan Cirebon yang ada hubungan genealogis dengan tokoh-tokoh pewayangan dan para raja di kerajaan Pakuan Pajajaran. Dengan disajikannya tokoh-tokoh tersebut, maka SGJ adalah sah sebagai penguasa (susuhunan) di kerajaan Cirebon. Sementara ditampilkannya tokh pembawa ajaran agama Islam adalah sebagai legitimasi SGJ sebagai penyebar agama Islam, hal ini ditunjukkan dengan ditampilkannya SGJ sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw sebagai pembawa ajaran Islam. 4. Penutup Berdasarkan sumber informasi dari naskah-naskah tradisi Cirebon mengenai SGJ dapat disimpulkan bahwa SGJ ternyata berbeda dengan Fatahillah , ia bukan tokoh yang identik, melainkan tokoh yang berbeda dari aspek keturunan (silsilah) berdasarkan naskah tradisi Cirebon. Upaya memunculkan SGJ dengan dua garis keturunan Islam dan kerajaan Sunda merupakan upaya legitimasi yang sah bahwa SGJ adalah penyebar agam Islam sekaligus juga sebagai penegak kekuasaan Islam di Jawa Barat. *** * Dr.H.Dadan Wildan, Drs., M.Hum. adalah Staf Pengajar FKIP Universitas galuh Ciamis, Doktor Filologi dari Universitas Padjadjaran Tahun 2001. 1 Menurut redaksinya, surat kabar tersebut banyak sekali menerima surat pembaca yang bertanya tentang siapakah sesungguhnya Sunan Gunung Jati. masduki sarpin menjawab keinginan pembaca dengan menampilkan silsilah Sunan Gunung Jati dari garis ayah dan ibu tanpa menyebut sumber rujukannya. 2 CK idak menyebut Nabi Sis setelah Nabi Adam tetapi langsung kepada Yang Widi Nurut 3 CK tidak menyebut Sayid Anwar atau Nuruhu atau Sanghayang Nurcahya, tetapi Yang Widi Nurut. Dari kata Nurut kemungkinan besar nama ini adalah nama lain dari Sanghyang Nurcahya. 4 CK tidak menyebut nama Sanghyang Nurasa tetapi langsung kepada yang Widi Nubut. 5 CK = Yang Widi Nubut 6 CK = yang Nakiru 7 CK=Yang Widi Nubut 8 Mulai keturunan kesembilan hingga kesebelas antara CK, MSDK, NSCA dan MRST menampilkan nama-nama dan urutan yang berbeda. Pada CK dan MSDK keturunan dari Marija ke Manonmayasa diselingi tiga nama yakni keturunan kesembilan hingga kesebelas mulai dari Sira Sesunu, Marijatha Widi dan Betara Anyalunyu, pada MSDK adalah Brahmasada, Brahmasatapa dan Parikenan. Sementara pada NSCA dan MRST hanya diselingi oleh dua nama yakni Bramani Raras dan Yang Tritusta. Mulai keturunan ke-12 pada CK dan MSDK dan ke-11 pada NSCA dan MRST terdapat kesamaan, yakni Manonmayasa. 9MSDK tidak menyebut Sambarana tetapi langsung ke Sakutrem 10 CK= Sakutren 11 CK = Maharaja Udayana, MSD Yudayana 12 CK = Sri Jayanaya 13 MSDK=Jayamisena Gung 14 CK=Jayamisena 15 CK tidak menyebut Pancadriya tetapi langsung ke Anglingdriya 16 CK menyebut Kendiawan alias Resi Kenduyuhan sedangkan yang lain membedakannya. 17 CK menyebut Lembu Wijaya alias Panji Rawis atau Prabu Lelean sebagai nama untuk satu orang sementara NSCA dan MRST membedakannya, yakni Lembu Amiluhur, Rawisrangga dan Prabu Lelean. Adapun MSDK setelah menyebut nama Lembu Amiluhur keturunan ke bawahnya berbeda dengan naskah lain yakni Panji Asmarabangun, Rawis Rengga, Prabu Lelean, Mundingwangi, Jaka Suruh, lalu ke Prabu Siliwangi. 18 CK tidak menyebut nama Dewi Purbasari tetapi dari Ciung Wanara langsung ke Linggahiyang 19 CK tida menyebut nama Banyaklarang dan Banyakwangi, dari Susuktunggal langsung ke Mundingkawati. 20 CK tidak menyebut nama Anggalarang, dari mUndingkawati langsung ke Prabu Siliwangi. 21 Dalam kosmologi Pantun Sunda dikenal adanya Mandala Agung yakni termpat Sanghyang Tunggal berada. Mandala Agung ini berada di luar jangkauan pemahaman manusia karena Sanghyang Tunggal ini “tidak dapat dikatakan apa dan tidak dapat dijelaskan bagaiman”. Dalam agama Hindu-Buda yang pernah berkembang di Jawa BaratSang Hyang Tunggal ini disebut Sunya Suksma atau kekosongan agung. Ia adalah Esa Mutlak dalam dirinya, tak dapat dicapai oleh kodrat manusia. Maka, agar dirinya dikenal oleh manusia ia menurunkan dirinya dalam wujud Batara Sanghyang Kala, penguasa waktu. Dalam Pantun Sunda Sanghyang Kala ini juga disebut Dewa Batara Seda Niskala, Sang Hiyang Dewakala, atau Batara Seda. Dialah Dewa dari para Batara, dewa dari para dewa. Sehingga munculnya nama-nama Sanghyang dalam silsilah SGJ menunjukkan bahwa SGJ bukanlah manusia biasa dalam tradisi kosmologi Sunda, ia masih keturunan para nabi, sekaligus juga keturunan para dewa (Lihat Sumardjo, PR. 4 Pebruari 2001). 22 Dari Yarid, MSDK masih mencantumkan 4 keturunan yakni Makhnukh, Matusalh, Lamiq dan Nabi Nuh As lalu Syams, sementara MRST dari Yarid langsung ke Syams. 23 MRST, MSDK, CPCN dan PB mencantumkan Nabi Muhammad, sementara NSCA memulainya dari Siti Fatimah binti Muhammad 24 CPCN=Kasim al Malik 25 PB=Sayid Abdullah 26 Pada NSCA dan MRST dari Muhammad urutannya Alwi, Ali al Gazam, Muhammad lalu ke Alwi Amir Fakih. Pada CPCN dari Muhammad langsung ke Alwi, sementara pada PB dari Abdullah ke Alwi, Sayid Ali di Bait Juber, Sayid Ali Khali Gasam di Tahrim, lalu ke Muhammad. 27 Pada CPCN tidak tercantum nama Sekh Jalaludin, dari Amir langsung ke Jamaludin, sementara PB tertulis Ahmad Syah Jalal. About these ads Like this: Like Loading... Related 10 Muharam In Nukilan IDENTITAS NASIONAL In Tulisan Pemikiran fiqih para imam Madzhab In Ngaderes About this entry You’re currently reading “Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati,” an entry on Abah Tohar Hafidz Published: September 10, 2011 / 1:44 am Category: Balewatangan Tags: 12 Comments Jump to comment form | comment rss [?] | trackback uri [?] 1. sulaiman 2.23.12 / 8am hampir benar tapi kurang tepat.kalau mau menyunkil sejarah yang tersembunyi ada metodenya, namun kita harus punya ilmi laduni dan ketemu beliau sendiri dan tanya. satu waktu kita ketemu dan diskusi metodenya, belum tentu orang besar bisa mengetahuinya, mungkin orang kecil seperti kita , ditambah pula diberi ilmu oleh allah swt, batu bisa terungkap, kita bisa minta ijin dari sunan gunung jati demi sejarah beliau untuk anak cucu generasi sekarang. kalau salah sejarah dan silsilah kita bisa salah dan menafsirkan. apalagi kalau punya kepentingan kecual demi untuk sejarahislam indonesia untuk generasi akan datang untuk mengenang sejarah dan pengorbanan beliau untuk tanah air thanks Reply 1. elasgary 3.12.12 / 2am Terimakasih atas saranya Reply 2. RONI FAHLEVI 9.4.13 / 3pm Abah nyungkeun no tlp ka email ane nuhu. Reply 2. vega 10.7.12 / 2pm Wargi sunda, hayu akh urang Pancakaki ngaguar silsilah sareng ngalengkepan database silsilah urang sadaya, silsilah Prabu siliwangi, prabu haur kuning, silsilah sukapura, silsilah sumedang, silsilah cangkuang, silsilah cikundul, silsilah galuh, silsilah urang sadaya, sumangga wilujeng anggo web silsilah/ family tree di silsilah.sanghyangkuning GRATIS… GRATIS.. GRATIS… Sumangga gabung oge di page-na PUSAT STUDI KELUARGA & SILSILAH SANGHYANG KUNING facebook/KabuyutanSanghyangKuning?ref=hl Reply 3. Kang Syam Putra Sunda 5.24.13 / 4pm Silsilah kacow, mana nu bener yeuh? Reply 4. Sidik 6.10.13 / 3pm sangat lengkap, tapi kok jowo sekali ya? Reply 5. anandi 7.11.13 / 5pm izin share ya mas bro…. Reply 1. elasgary 7.12.13 / 12pm Silahkan………! Reply 2. elasgary 9.11.13 / 1pm mangga……silahkan. Reply 6. Mondea 9.11.13 / 8am Punten mau sumbang intervensi sejarah. Memang, tampak seperti mengkaitkan dengan para dewa pada agama Hindu atau pewayangan, tapi BISA JADI itu demikian adanya. Dulu orang-orang keturunan Nabi Adam itu memang sakti-sakti, bahkan sangat sakti, bahkan Nabi Adam sendiri dikenal sangat sakti. Yaiyalah wong beliau diutus untuk memimpin bumi segede ini, bukan cuman mimpin Jawa Barat, hehe. Nah, karena orang-orang dulu sakti-sakti, mereka bisa melakukan hal-hal yg oleh para keturunannya dianggap luar biasa, maka disebutlah istilahnya Dewa. Karena memang semakin menurun, kesaktian seseorang semakin rendah, karena tidak serta merta menurunkan kesaktian 100%, namanya juga mengajarkan, kira2 seperti itulah. Bahkan cerita dewa2 pun tdk hanya dikaitkan dgn cerita versi hindu, dewa2 versi negara2 lain juga seperti dewa Thor, Odin, Zeus, dkk, atau nyambung ke dewa2 suku Maya, Inca dll, itu masih satu keturunan Nabi Adam. Berhala yg disembah pun makanya disembah karena dulu dipercaya memiliki kesaktian, bmisal bisa mendatangkan hujan, memberi rezeki, dll. Dulu agama ya satu, intinya dalam rangka menuntun manusia menjadi khalifah di muka bumi, juga dalam rangka mencari siapa itu Tuhan? Nah, dlm pencarian itulah manusia mengalami berbagai pengalaman spiritual, seperti tadi, sampai mereka akan menganggap orang yg punya kesaktian seperti para dewa adalah Tuhan. Diturunkanlah para nabi oleh Allah utk mengajak umatnya menyembah Allah itu karena ya terjadi sembah2 makhluk lain keturunan Adam. Coba pelajari lagi sejarah para nabi pasti cerita2nya ttg mengajak menyembah Allah. Apakah ajaran yg disampaikan para nabi pada saat itu dinamai Islam? wallahu ‘alam, yg pasti intinya ya sama ajaran islam, mengajak utk menyembah Allah. Dalam perjalanan sejarah manusia yg begitu kompleks itulah muncullah kepercayaan2 (bukan agama) seperti Hindu, Buddha, Taoisme, Majusi, Nasrani dll. Singkat cerita, pada nabi terakhir Rasulullah, disempurnakanlah ‘ajaran untuk menyembah Allah itu’ menjadi agama Islam (QS Al Maidah ayat 3). Intinya adalah, manusia dan manusia2 sakti jaman dulu (yg akhirnya malah disebut dewa) adalah satu keturunan Nabi Adam. Tidak perlu heran jika silsilah SGJ dikaitkan dengan dunia pewayangan karena sy sendiri percaya dunia pewayangan itu ada, namun tentu kepercayaan utk menyembahnya tidak sy lakukan. Cerita2 Mahabrata misalnya yg disampaikan di kitab Veda merupakan berita mulut ke mulut, intinya menceritakan manusia2 jaman dulu yg sakti2. Dan mungkin karena tdk ada nabi yg diutus ke negara Mahabarata (wallahu ‘alam) tdk tersampaikanlah ‘ajaran untuk menyembah Allah’ itu, yg akhirnya turun temurun jadilah ajaran Hindu. Silakan utk menambah wawasan lg, bisa dikaitkan dengan Bangsa Lemuria dan Atlantis yg terkenal dibicarakan di berbagai belahan dunia bahkan dr zaman filosof Yunani, Plato. Betapa mereka memiliki kesaktian2 yg luar biasa yg ternyata kesaktian2 itu merupakan buah teknologi yg mereka miliki (jd faktanya bangsa2 keturunan nabi Adam memiliki kecerdasan , teknologi dan peradaban yg sudah tinggi). Pemikiran kita bahwa zaman dulu kita berawal dr manusia purba yg boro2 melek teknologi, adalah salah, itu ajaran Darwinisme, teori evolusi, yg ujung2nya biar manusia ateis, gak percaya sama keberadaan sang Pencipta. Sayangnya itu kini diajarkan di pelajaran sejarah di sekolah2 sejak SD sampai Kuliah. Teknologi dan peradaban itu hancur akibat serangan bangsa Atlantis kepada Lemuria, sedangkan bangsa Atlantis sendiri dibinasakan oleh Allah SWT lewat banjir besar pada zaman Nabi Nuh. Mereka memang kaumnya Nabi Nuh. Akhirnya peradaban dan pengetahuan manusia seperti kembali ke titik purba. Bahkan kabarnya Atlantis atau Atlantaga itu yg karena proses alih ucap, banyak disebut Togog, dan Lemuria alias Zhenmar jadinya Semar. Dua tokoh yg dikenal memimpin manusia yg jahat (Togog) dan yg baik (Semar). Turun-temurun jadinya berantem. Itu kan versinya. Wajar kalau nenek moyang kita menganggap ada dewa2, karena mereka hidup di zaman teknologi sudah dibinasakan oleh bangsa Atlantis dan oleh Allah SWT. Toh skrg lagi santer banyak peradaban2 teknologi tinggi ditemukan di berbagai belahan dunia. Silakan ubek2 aja di mbah Google. Mangga bisa dicek juga di sini >> atlantissunda.wordpress/2012/06/14/zulkarnaen-dan-kota-atlantis-menurut-al-quran-sebuah-tafsir/ Atau di sini >> keajaibandunia.net/artikel/bangsa-atlantis-menurut-al-quran.html atau di situs2 lain, di Google melimpah ruah. Semoga Islam selalu menjadi agama penyempurna di muka bumi ini. Aamiin. Reply 1. elasgary 9.11.13 / 1pm Hatur nuhun…………., mugia urang sadayana teu weleh-weleh aya dina panangtayungan tur magfirah-Na..,aamiin. Reply 7. warkinih 10.4.13 / 2pm waah banyak bgt silsilahnya. Ko bisa ya tahu . Pinter bgt . Reply Leave a Reply Cancel reply Enter your comment here... Fill in your details below or click an icon to log in: * * * * * Gravatar Email (required) (Address never made public) Name (required) Website WordPress Logo You are commenting using your WordPress account. ( Log Out / Change ) Twitter picture You are commenting using your Twitter account. ( Log Out / Change ) Facebook photo You are commenting using your Facebook account. ( Log Out / Change ) Google+ photo You are commenting using your Google+ account. ( Log Out / Change ) Cancel Connecting to %s Notify me of follow-up comments via email. elasgary.wordpress-Google pagerank and Worth * 49,012 hits Join 8 other followers Tanggapan * warkinih on Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati * pet insurance for horses on Zakat * elasgary on Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati * elasgary on Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati * Mondea on Mengungkap Silsilah Sunan Gunung Jati Recently * 11.19Laut, langit, batu jeung indung peradaban * 10.13Naha enya manusa makhluq langit ? * 10.10Naha enya manusa makhluq langit ? * 09.20Sang-Kucika (Sangkuriang) : Andi Suandi * 09.15Keur Ema * 09.15Peradaban bangsa-bangsa Pada awal abad ke- 7 Masehi * 08.22SERULING SAKTI NEGERIKU (ALVIAN OCTA WIJAYA SDN CIMACAN 1 CIANJUR) * 08.20Sabiq Ghidafian Hafidz : JEBIR!!! * 07.24Mbah Tossin Wangsareja Suja’i & Nin Nunung Khusnul Khotimah * 07.24MUSTIKANING WESI KUNING, ASIHAN PANGERAN JAYAPERKASA NU NGANCIK NA DIRI PIKEUN NEULEUMAN HIRUP KU HURIPNA. (Mbah Tossin Wangsareja Suja’i) Categories * Categories o Balewatangan o Catatan o Embah o Gedong buleud o Ki Sunda o Kingkilaban o merdeka o Ngaderes o Nukilan o Tulisan o Wayang Blog at WordPress. | The Hemingway Theme. Entries RSS Comments RSS Follow Follow “Abah Tohar Hafidz” Get every new post delivered to your Inbox. Powered by WordPress %d bloggers like this:
Posted on: Thu, 21 Nov 2013 20:06:30 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015