SEKILAS SEJARAH ==== SEJARAH GEREJA > PERANG SALIB 1. - TopicsExpress



          

SEKILAS SEJARAH ==== SEJARAH GEREJA > PERANG SALIB 1. Konteks Perang salib seringkali dimengerti sebagai rangkaian peperangan dengan klaim "demi Kristus" untuk merebut kembali dengan paksa atau mempertahankan wilayah-wilayah yang disebut "Kristen". Dengan reformasi gregoriana kesadaran Kristen-kegerejaan Barat lahir kembali dengan daya sepenuh-penuhnya. Dalam sosok Gregorius VII, yang mendominasi dan mengkondisikan zamannya, kesadaran tersebut mencapai puncaknya. Pada gilirannya kesadaran itu mempengaruhi hampir semua bidang kehidupan: serikat religius Ksatria diabdikan sepenuhnya pada gagasan dan gerakan perang salib; sementara itu Santo Bernardus Clairvaux menempa suatu model baru berkenaan dengan kesalehan pribadi, sebagai buah reformasi ideal monastik yang dilahirkan kembali oleh Cistersiensis; etos Barat mulai digarap kembali secara penuh dan meluas serta harmoni patrimonio Kristen-kegerejaan dengan skolastik dan gotik pertama. Dengan kata-kata lain, kita berada pada zaman keemasan Abad Pertengahan. Gagasan dan gerakan perang salib boleh dikatakan mengumpulkan seluruh energi kepausan yang mempunyai pengaruh universal bersama dengan sebagian terbesar serikat ksatria Barat. Seluruh Eropa dimobilisasi demi mewujudkan gagasan besar menjadi kenyataan. Gerakan perang salib sendiri merupakan salah satu kekuatan yang besar dalam sejarah Gereja. Mengapa? Sebab perang tersebut melanda wilayah yang begitu luas dan begitu banyak pihak terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, perang salib berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama: dari tahun 1095 hingga 1274 serta mendominasi pemikiran dan peradaban Gereja di Eropa Barat. Sering kali perang salib diartikan sebagai rangkaian ekspedisi keagamaan besar-besaran dari dunia Kristen Barat ke dunia Timur pada abad XI-XIII. Adapun tujuan utama perang salib adalah membebaskan tempat-tempat suci Kristen di Palestina dari penguasaan dan pendudukan laskar Islam, untuk kemudian menetapkan dan mempertahankan ketentuan-ketentuan Kristen di tempat-tempat itu. Ada serangkaian perang salib [sejak dinyatakan pertama kalinya dalam sinode Clermont, 1095]: pada yang pertama (1096-1099) Yerusalem direbut kembali dan boleh dikatakan paus memimpin kekristenan Barat, kendati sebenarnya menyangkut peperangan halnya masih direservir oleh raja atau kaisar. Pada yang terakhir Raja Louis IX dari Perancis wafat dalam peperangan di dekat Tunis (1270). Pada akhir abad X dan awal abad XI Gereja merumuskan kembali hubungannya dengan perang, khususnya melalui gerakan spiritual yang muncul di Perancis, yakni the peace and the truce of God. Karena dipaksa untuk membela diri, maka para pemimpin spiritual kemudian memimpin perang-perang suci melawan para pemerkosa perdamaian. Di samping sikap hormat bakti terhadap relikui suci, kesalehan Barat diwujudkan antara lain dalam hasrat yang kuat dan kerinduan yang mendalam untuk melihat Tanah Suci. Dalam abad XI jumlah para peziarah dari dunia Barat (Kristen) berlipat ganda. Sementara sampai dengan saat ini, kendati orang-orang Islam (dominasi orang-orang suku Arab dari tahun 637) berkuasa, para peziarah dan orang Kristen di Palestina tidak banyak diusik. Namun orang Kristen sesungguhnya tidak mempunyai alasan yang cukup untuk selalu bersukacita. Mengapa? Di satu pihak, ada ancaman serius yang berasal dari politik ekspansi Islam. Tetapi di pihak lain Spanyol berhasil menyingkirkan orang-orang Morro (dari Maroko, 1085) dari jazirah Iberia. De facto, pasukan Islam mengancam Konstantinopel; dan Kaisar Bisantin, Aleksius I Komnesus (1081-1118) memohon bantuan kekuatan dari Barat. Sementara itu orang-orang Kristen dilarang memasuki tempat-tempat suci di Timur, padahal di Barat sedang bertumbuh secara besar-besaran minat akan ziarah ke tempat-tempat yang dikeramatkan! Maka muncullah indikasi babwa keadaan mampet itu harus segera ditangani dengan mengerahkan kekuatan senjata [militer]. Memang sebaik-baiknya dipikirkan bahwa hal ini pertama-tama menjadi urusan kaisar atau raja, dan bukan pemimpin tertinggi lembaga Gereja seperti paus. Tetapi pada saat itu seakan-akan tidak ada alternatif lain, mengingat satu-satunya figur yang memimpin Eropa adalah paus, yang dengan kuasanya menyatakan dimulainya gerakan perang salib.(PS) (bersambung) ~Dv
Posted on: Mon, 26 Aug 2013 01:59:30 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015