SUARA TV ADALAH SUARA TUHAN... Di dalam wacana kebudayaan abad - TopicsExpress



          

SUARA TV ADALAH SUARA TUHAN... Di dalam wacana kebudayaan abad 21, televisi menjelma menjadi sebuah kotak jiwa, yang melaluinya manusia bad ke-21 mengisi kehampaan spiritualnya dengan jutaan citra semu, rayuan palsu (iklan), simulakrum realitas; nabi-nabi virtual, Tuhan-tuhan digital, dan surga-surga cyber. Televisi menjadi semacam ruang fantasmagoria, yaitu ruang dimana citraan muncul dan menghilang dengan kecepatan tinggi, yang merayu manusia untuk memasuki jaringan ekstasi kecepatan dan kegilaan serta histeria gaya hidup yang diciptakannya. Kini televisi kerap dituduh sebagai alasan utama mengapa seseorang membeli dan memakai sebuah produk. Sebenarnya tidak masalah televisi dijadikan acuan, asalkan dalam menonton televisi yang serba instant itu kita juga menggunakan pertimbangan pribadi. Semua ini baru akan menjadi masalah apabila kita mengabaikan pertimbangan pribadi dan menyerahkan segalanya pada apa yang ada di televisi. Contoh paling sederhana, misalkan ketika kita menyuruh anak-anak untuk mengkonsumsi makanan atau minuman suplemen tertentu, alasan kita hanya karena tagline iklannya mengatakan bahwa “setelah makan produk ini anak-anak akan menjadi pintar”. Ini sebuah kesalahan, karena pada pemikiran awam sekalipun manusia tidak akan menjadi pintar hanya dengan mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu. Ia mengabaikan pertimbangan peran belajar dan guru yang baik. Kesalahan manusia kebanyakan adalah ia sangat percaya pada Televisi. Televisi mendadak menjadi seorang mahaguru paling sempurna, atau bahkan Tuhan, yang pada akhirnya menggiring manusia kedalam sebuah lubang ketidaksadaran dimana ia cenderung menganggap bahwa apa yang di katakan oleh “publik figur” di televisi adalah sebuah kebenaran yang “hakiki”, yang kemudian patut ditiru tanpa ada proses kritisi terlebih dahulu. Maka wajarlah jika saat ini banyak sekali manusia-manusia yang teralienasi dari apa yang ia konsumsi. Ia tidak mengerti mengapa ia membeli sebuah produk, ia juga tidak mengerti apakah sebenarnya ia benar-benar butuh produk tersebut atau tidak. Alih-alih ingin mengejar kebahagiaan yang nyata, kini justru banyak manusia yang justru semakin ketergantungan pada obat penenang di tengah tumpukan hartanya (pakaian yang betumpuk, sepatu, mobil, rumah, tanah, dan lain sebagainya).
Posted on: Sat, 14 Sep 2013 11:44:52 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015