Sejarah yang terabaikan Islam Aceh dan Walisongo Oleh: Nofal - TopicsExpress



          

Sejarah yang terabaikan Islam Aceh dan Walisongo Oleh: Nofal Liata Dan sedikit Tambahan ole Mujiono Dalam sejarah Islamisasi /berkembangnya islam di tanah Jawa, terkenallah beberapa tokoh ulama besar yang sangat melekat pada ingatan masyarakat Jawa, dan tokoh ulama-ulama tersebut sering sekali mewarnai berbagai literatur pembahasan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Jawa. sebuah wadah yang disebut “dewan dakwah”, dimana dalam wadah ini adalah berpusat pada sembilan ulama besar dan merekalah yang bertanggung jawab atas Islamisasi di tanah Jawa. Sembilan nama ulama besar ini terkenal kemudian dengan sebutannyaWali Songo,(sembilan wali) yang beberapa di antara mereka adalah berasal dari Pasai Aceh. Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa di mulai dari abad ke 14. Mereka kemudian bertempat tinggal ditiga wilayah penting yang berbeda di pantai utara pulau Jawa, yaitu meliputi: Jawa Timur di daerah Surabaya, Gresik, Lamongan. Jawa Tengah di daerah Demak, Kudus, Muria. Dan di Jawa Barat yaitu di Cirebon. Pada dekade Awal yg berpusat di Banten,Karena ulama-ulama ini dalam suatu dewan dakwah, maka apabila salah satu anggota dewan ini meninggal, maka akan dicari penggantinya. Sebenarny a, para ulama-ulama yang menyebar kan Islam di Jawa tidak hanya terdi ri dari sembilan wali saja, melainkan lebih bahkan mereka terdiri dari beberapa periode, namun tokoh ulama yang sangat terkenal dan memiliki pengaruh yang besar ialah: Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Drajad, Sunan Muria, Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Gunung Jati. Menurut KH. Moham mad Dahlan, Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersama an, namun hubungan antara mereka memiliki keterkaitan yang erat satu sama lainnya, baik dalam ikatan dar ah (orang tua dengan anak) atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan sebagai guru dengan murid. Ketika masa Walisongo melaksanakan tugasnya yaitu memperkenalkan agama Islam pada masyarakat Jawa, pada saat itu adalah era (kekacauan) melemahnya dominasi Hindu-Budha (Majapahit) dalam budaya Nusantara untuk kem udian digantikan dengan kebudayaa n Islam, dari awal abad 15 hingga pertengahan abad 16. Dan sebelumny a di Aceh pada abad ke 9, telah berdiri sebuah kerajaan Kesultanan Islam Peureulak, yang kemudian menjadi kerajaan Islam terbesar dan megah di Asia Tenggara pada masa Sultan Malikusshaleh di abad 13. Jadi dengan demikian terlihat jelas bhw kerajaan Samudera Pasai telah berkontribusi besar dalam meng-Islamkan masyarakat Jawa dengan melihat pendekatan abad, dan saat itu pula para Mubaliqh dari Pasai di tugaskan untuk berdakwah ke Jawa yaitu yang tahap Awal di pimpin oleh MAULANA JAMALUDDIN HUSAIN AKBAR,/yg terkenal dgn sebutan julukan SYEH JUMADIL KUBRO AGUNG,[ AWAL]beliau dengan rekan2 seperjuangan beliau,ya itu MAULA NA MALIK ISRAIL BANTEN,MAU LANA MUHAMMAD ‘ALI AKBAR, MAULANA MUHAMMAD AL-MA GHRIBI AWAL/yg terkenal dgn julukan IMAM MUHAMMAD AL-KABIR BIN ‘ALI BA ‘ALAWI SHOHIBU BANTEN QADIM, MUHAMMAD ‘ALIYUDDIN, S.SYE H SUBAQIR,MAULANA QOIMUD DIN TAJUL MULUK BANTEN, SAYYIDINA KAMALUDDIN, SAYYIDINA SA’ID STANUDDIN, SAYYIDINA MAJIDUDDIN, SAYYI DINA AMIR STANUDDIN, S.MAJDUDDIN TSANI, S,MUHYIDDIN, MAULANA MALIK IBROHIM AWAL, yang kemudian dikenal Walisongo. Walisongo dalam pandangan masya rakat Jawa adalah simbol penyebara n Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan memperkenalkan Islam. Namun peranan mereka (Walisongo) yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebuday aan masyarakat secara luas serta dak wah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak mendapat perhatian dibanding tokoh yang lain. Kemudian dalam metode dakwah yang dilakukan oleh para Walisongo memiliki keunikan masing-masing yang satu sama lain cenderung tidak sama dlm melakuk an penyesuaiyan dengan masyarakat setempat, hal ini disebabkan karena para Walisongo telah memahami konteks sosial-politik masyarakat Jawa yang telah lama di bawah bim bingan Majapahit yang berpaham dinamisme dan animisme. Jadi singkretisme dalam kepercayaan (Islam) di Jawa sampai saat ini merupankan warisan Majapahit. Selain itu, Para Walisongo merupakan kumpulan orang-orang intelektual yang menjadi pembaharu bagi masyarakat Jawa pada masany a. Pengaruh mereka terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru di Jawa, selain memiliki pengetahuan agama yang tinggi, para Walisongo juga menga jarkan cara menjaga kesehatan, bercocok tanam, Perniagaan, kebuda yaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga perihal kepemerintahan. Mengenai asal dari mana para Wali songo, banyak orang sedikit sekali menyadarinya bahwa empat dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Jawa berasal adalah dari Samudera Pasai. [1]Hal ini terjadi karena tidak ada perhatian serius (penelitian secara mendalam) dari berbagai pihak baik di Aceh maupun ilmuan di Jawa. mereka dalam mengkajinya cenderung ter samarkan referensi mengenai kejaya an kerajaan Islam Aceh, tetapi memang demikianlah faktanya sekarang. Mungkin sebagian generasi baru di Aceh dan para ilmuan di Jawa tidak memahami bahwa, Belanda punya kecenderungan untuk tidak mengakui keagungan kerajaan Islam dan upaya kerajaan Islam Pasai dalam islamisasi di Nusantara, (Belanda melakukan ini untuk kelancara zendeling-misionaris di bumi Nusantara). Alhasil, kajian-kajian yang dilakukan oleh ilmuan yang di Jawa menjadi kontradiktif dengan faktanya, dan ini berlangsu ng begitu saja tampa ada kajian yang kritis kemudian. Selain itu, sejarah yang kontradiktif ini menjadi mata pelajaran untuk generasi bangsa berikutnya semenjak negara Indonesia lahir,ataupun memang ada unsur-unsur tidak ada tempat sejara h kerajaan Islam Pasai dalam penge tahuan anak bangsa Indonesia, sehingga menjadikannya samar dan gelap. Padahal kerajaan Islam Samu dera Pasai telah banyak melakukan dakwah-dakwah Tersiarnya ISLAM ke berbagai wilayah-wilayah Asia Tenggara.yg sdh berlangsung lama mengenai hal tsb, dari manakah asal mula seorang wanita yaitu Puteri Champa yang telah menjadi pendamping hidup (istri) dari Raden Prabu Barawijaya V. DanRaden Prabu Barawijaya sendiri adalah Raja terakhir dari Kerajaan Hindu Majapahit di Jawa. kemudian, dari hasil perkawinan ini telah melahir kan seorang putra yang kemudian di kenal yaitu Raden Fatah, Sultan pertama Kerajaan Islam Demak. Kemunculan Kerajaan Islam Demak pertama ini adalah menandakan menyaingi Kerajaan Hindu Jawa yang terpaksa berakhir kekuasaanny a di Jawa. Untuk mengkaji lebih mendalam lagi, maka akan di gunakan dua pendekatan teori dan akan kita bahas dua teori tersebut secara lebih luas.teori yang Pertama dikemukakan oleh Christiaan Snouck Hurgroje [2]dan para peneliti Belanda lainnya, menyatakan yaitu: bahwa daerah Champa dianggap di sekitar wilayah Kambodia (Vietnam sekarang). Dari asumsi ini, kemudian mereka menyatakan bahwa Wali Songo dalam proses melakukan Islamisasi di Jawa menjadikan daerah Champa-Kambodia ini sebagai tempat basis perjuangan. Kemudian mereka beranggapan lagi bahwa Champa-Kambodia peradaba n Islamnya lebih besar dan maju dari pada di Aceh. Padahal, di Champa-Kambodia masa itu sedang di perintah oleh Che Bong Nga 1360-1390 Masehi, dan tidak ada sumber yang jelas apakah Raja ini Muslim atau bukan. Namun pada umumnya agama Buhda adalah mayoritas penduduk Kambodia sampai sekarang, hal ini bisa di lihat dari banyaknya peninggalan kuil-kuil dan sulit menemukan bangunan masjid di sana. Disisi lain, mengenai literatur hubungan Penguasa Champa dengan Islam tidak banyak, ditambah lagi tidak ditemukannya bukti kejayaan (era-emas) Islam disana. Hal ini ber beda jika dibandingkan sebagaimana yang ditinggalkan para pendakwah di Perlak, Pasai dan Malaka. Ketika itu, di Champa Kambodia yang ber samaan di saat Maulana Malik Ibrahim sedang terjadi pembantaian terhadap kaum Muslim yang dilaku kan oleh Dinasti Ho yang membalas dendam atas kekalahannya pada pasukan Khubilay Khan, Raja Mongol yang Muslim. Jadi sangat mustahil bagi Walisongo untuk menjadikan Champa Kambodia sebagai basis perjuangan Islam di sana dlm kondisi yg demikian itu. Namun teori dari orientalis Belanda ini banyak di jadikan rujukan oleh ilmuan-ilmuan yang berada di Indonesia khususnya di Jawa. Sedangkan teori yang kedua datang dari Raffles [3]yang ber-argumen bahwa: Champa yang banyak di asumsi orang Indonesia bukan berada di Kambodia (Vietnam) sekarang, sebagaimana dinyatakan oleh para peneliti Belanda. Akan tetapi, munurut Raffles, Champa adalah sebuah nama daerah di sebuah wilayah tepatnya berada di Aceh, dan masyarakat Aceh setempat menyebut daerahnya itu dengan nama ”Jeumpa”, sekarang dikenal daerah ini dengan nama kabupaten Aceh Jeumpa kota Bireun. Kata Jeumpa bagi dialek bahasa Jawa pada saat itu menjadi kata Champa, karena salah penyebutan itu akhir nya bagi ahli sejarah berikutnya me ngalamatkan (menghubungkan) Walisongon dengan kerajaan Champa Kambodia di Vietnam sekarang. Kata Jeumpa di Aceh sendiri terurai indah dalam sebuah lagu clasik Aceh dengan potongan liriknya, “bungong Jumpa bungong Jumpa meugah di Aceh” (bungan Jeumpa-bungan Jeumpa megah di Aceh). Makna dari Bungan Jeumpa adalah, wanita [4]daerah Jeumpa Aceh terkenal ke penjuru dunia baik karena kecantikannya, (seperti kisah: Permaisuri [5]Maha Prabu Brawijaya V), keperkasaannya (seperti kisah Cut Nya Dien, Malaha yati), kepemimpinan (seperti kisah Ratu-ratunya Aceh) dan lain-lainnya. Dalam Babad Tanah Jawi, di sebut kan bahwa”Putri Champa” adalah istri Prabu Brawijaya V, ia bernama Anarawati (Dwarawati) dan ia bera gama Islam. Kemudian, masih dalam kisah yang sama bahwa putri Cham pa-lah yang melahirkan Raden Fatah. Raden Fatah sendiri oleh ibu nya menyerahkan pendidikan putra nya itu kepada keponakannya yaitu pada Sunan Ampel (Raden Rahmat nama ini Pemberian gelar kehorma tan dari Raja Majapahit saat itu) Namanya Sayyid Ahmad yang berada di Ampeldenta Surabaya. Dalam perjalanan yang panjang Raden Fatah kemudian menjadi Sultan pertama dari Kerajaan Islam Demak, Kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Sebuah keyataan yang harus di teri ma oleh Putri Champa, ia meninggal kan daerah kelahirannya untuk pergi ke tanah Jawa, konon suaminya pada saat itu masih beragama Hindu. Berhubung adanya sebuah misi besar yang akan di lakukan oleh Ulama Maulana Malik Ibrahim, maka wanita inipun ikut melakukan perjuangan islamisasi di Jawa, dan Maulana Malik Ibrahim sendiri adalah ketua dari rombongan dewan dakwah bagian tersiar Islam yang di tugaskan oleh Sultan Muslim keraja an Islam. (ketika itulah putri Champa menjadi istrinya Prabu Brawijaya V). Sebuah sikap yang sangat berani di ambil oleh Putri Champa, pada saat itu ia rela me ninggalkan kompleks lingkungan istana Majapahit dengan tujuan agar anaknya mendapat pendidikan agama Islam yang baik pada Raden Rahmat (Sunan Ampel). Dan Sunan Ampel juga di lahirkan di daerah yg sama dengan Putri Champa di keraja an Islam yang megah itu.Syeh Maula na Malik Ibrahim adalah seorang tokoh ulama besar yang pertama-tama yang memperkenalkan Islam (Islamisasi) di Jawa, Banyak Para ahli sejarah yang memperkirakan Maulana Malik Ibrahim berada Champa selama 13 tahun lamanya, antara tahun 1379 sampai dengan 1392. Untuk menghindari multi tafsir atas kata Champa, asal dari mana Putri Champa, Maulana Malik Ibrahim, dan rombongannya itu, maka di sini akan melakukan perbandingan mengenai Champa di Aceh dengan Champa di Kambodia. Sultan Cam atau Sultan Champa adalah Wan Abdullah atau Sultan Umdatuddin atau Wan Abu atau Wan Bo Teri atau Wan Bo, yang memerintah pada tahun 1471 M – 1478 M. Dan Sultan Cham ini adalah anak saudara dari Maulana Malik Ibrahim, yaitu anak dari adik beliau bernama ....[maaf ini nama rajanya tdk jelsa,yang setelah wafat akirnnya oleh keponakannya yang bernama, Ali Nurul Alam, yg ibunya keturunan Patani-Senggora di Thailand sekara ng. Berdasarkan silsilah Kerajaan Kelantan Malaysia, adalah: Sultan Abu Abdullah (Wan Bo) ibni Ali Alam (Ali Nurul Alam) ibni Jamaluddin Al-Husain (Sayyid Hussein Abar/Jamadil KubraAgung/ Awal ) ibni Ahmad Syah Jalaluddin syah ibni Abdullah Azmath khan ibni Abdul Malik Al-Muhajir ibni Alawi Amal Al-Faqih ibni Muhamma d Syahib Mirbath ibni ‘Ali Khali’ Qasam ibni Alawi ibni Muhammad ibni Alawi ibni Al-Syeikh Ubaidillah ibni Ahmad Muhajir ilallah ibni ‘Isa Al-Rumi ibni Muhammad Naqib ibni ‘Ali Al-Uraidhi ibni Ja’far As-Sadiq ibni Muhammad Al-Baqir ibni ‘Ali Zainal Abidin ibni Al-Hussein ibni Sayyidatina Fatimah binti Rasulullah SAW. Raja Champa yang merupakan mertua Maulana Malik Ibrahim/ini juga di juluki Maulana Ibrohim Samarkandi, sekaligus ayah kandung dari Puteri Champa ini menjadi kurang tepat jika di jadikan sebuah asumsi demikian. Padahal jika dikaitkan dengan fakta di atas (sisila Kerajaan Kelantan Malaysia), mustahil mertua Maulana Malik atau ayah ”Puteri Champa” itu adalah Wan Bo (Wan Abdullah), karena menurut silsilah dan tahun kelahirannya, beliau Wan Bo (Wan Abdullah) adalah anak saudara Maulana Malik yang keduanya terpaut usia 50 tahun lebih. Raden Rahmat (Sunan Ampel) sendiri lahir pada tahun 1401. Dengan demikian sangat berkemungkinan yang dimaksud dengan Kerajaan Champa tersebut bukan Kerajaan Champa yang dikuasai Dinasti Ho Vietnam, tapi sebuah perkampungan kecil yang berdekatan dengan Kelantan. Pendapat yang lain juga mengatakan Champa itu berdekatan dengan daerah Fatani, Selatan Thailand berdekatan dengan Songkla, yang merujuk daerah Senggora.Maulana Jamaluddin pertama ia menginjak kan kaki ke Kemboja dan Aceh, [6]kemudian belayar ke Semarang dan menghabiskan waktu bertahun-tahun di Jawa, hingga akhirnya melanjutkan pengembaraannya ke Pulau Bugis, dan dia meninggal disana. (al-Haddad 1403 :8-11). Diriwayatkan pula beliau menyebarkan Islam ke Nusantara bersama rombongan kaum kerabatnya. Anaknya Sayid Ibrahim, yaitu Maulana Malik Ibrahim/Ibro him Asmorokondi ditinggalkan di Aceh untuk mendidik masyarakat setempat dalam bidang ilmu keislaman. Kemudian, Sayid Jamaluddin ke Jawa, selanjutnya ke negeri Bugis pada tahun 1452 M, dan meninggal dunia di Wajok (Sulawesi Selatan) pada tahun 1453 M. Dengan demikian terlihat jelas bahwa, yang ke Kamboja itu adalah ayahnya Maulana Malik Ibrahim/ibrohim Asmorokondi, yaitu Sayid Jamaluddin Husain Akbar yang menikah di sana dan menurunkan Ali Nurul Alam. Sedangkan mayoritas ahli sejarah menyatakan Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkandi atau Persia pada paruh awal abad ke-14 [7]. sehingga ia di gelar Syekh Maghribi. Dan Maulana Malik Ibrahim sendiri/ibrohim Asmorokondi dibesarkan di Aceh, dan ia menikah dengan puteri Aceh yang dikenal sebagai Puteri Raja Champa, yang melahirkan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Kawasan Jeumpa (Champa) pada saat itu merupakan mitra Kerajaan Pasai yang menjadikan tempat jalur dan tempat peristirahatan yang menuju ke Kota seperti seperti Barus, Fansur dan Lamuri dari Pasai ataupun Perlak. Dan selain itu, Kerajaan Pasai merupakan tempat pengemba ngan Islam, dan dakwah Islam yang memiliki banyak ulama dari seluruh penjuru dunia. Sedangkan Sultan-Sultan Kerajaan Aceh sangat gemar membahas masalah-masalah agama di istananya, dan disitupun banyak berkumpul sejumlah ulama besar seperti dari Persia, India, Arab dan dari lain-lainnya. Menurut Ayzumardi Azra [8]dalam Jaringan Ulama Nusantara, ia menje laskan bahwa hubungan dakwah yg menggunakan jalur laut pada saat itu sudah terjalin sangat bagus yang berhubungan lintas pulau dan benua, misalnya seperti Jawa-Pasai-Gujarat-Persia-Muscat-Aden sampai Mesir.Sementara di wilayah Aceh yaitu di Jeumpa, lebih mungkin berada sebagai pusat gerakan untuk para ulama-ulama, ketimbang di Champa Kambodia sebagai jaringan ulama dan hal ini sulit karena Kambodia-Vietnam sendiri mengalami iklim tidak kondusif dan tidak stabil yang menguntungkan Islam. Kerajaan Pasai merupakan tempat pusat Islamisasi Nusantara, oleh dasar itu, maka kerajaan Islam Pasai tentunya mempunyai kepenti ngan dalam rangka mengembangkan Da’wah Kerajaan Jawa Majanpahit yang beragama Hindu, krn Kerajaan Majanpahit adalah satu-satunya tan tangan utama untuk pengislaman tanah Jawa. Di Kerajaan Pasai merupakan tempatn berkumpulnya para Ulama dari berbagai latar bela kang dan para cerdik pandai Keraja an Pasai, mereka inilah yang kemudi an menyusun strategi terus menerus untuk menunjukkan ke benaran Isalam ke Kerajaan Jawa-Hindu itu. Salah satu dari satrategi itu adalah, ditempuhlah jalan diplomasi dan dakwah oleh para duta dari Kerajaan Pasai. Maulana Malik Ibrahim/Ibrohim Asmorokondi di percayai sebagai kepala rombongan sekaligus ia utusan senior para Da’i. Strategi lainnya yaitu yang dianggap biak melalui jalur perkawinan, antara Puteri Jeumpa (Dwarawati) dengan Prabu Brawijaya V. Dari hasil perkawinan ini sejarah mencatat bahwa lahirlah Raden Fatah yang kemudian menjadi Sultan Kerajaan Islam Demak pertama, yang kemudian menyadarkan Kerajaan Jawa Majapahit dan kerajaan-kerajaan Hindu lainya. Hubungan satu sama lain di antara para Da’i tsb. Walisongo bisa dilihat sebagai berikut, baik dalam ikatan darah (orang tua dengan anak), pernikahan, maupun dalam hubungan sebagai guru dengan murid: (1).Maulana Malik Ibrahim/Ibrohim Asmorokondi ini, mempunyai Putra tertua adalah Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, dan Maulana Ishak sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku).Maulana Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia. Pasai merupa kan tempat kediaman Maulana Malik Ibrahi/Ibrohim Asmorokondi sang tokoh utama dari gerakan Wali Songo Tahab kedua setelah Ayah beliau Maulan Jamaluddin Akbar, yang berperan dalam pengembangan Islam dan melahirkan para Ulama di tanah Jawa. Mayoritas ahli sejarah menyatakan Maulana Malik Ibrahim lahir di Samarkand atau Persia, sehingga di gelar Syekh Maghribi. Beliau sendiri dibesarkan di Aceh dan menikah dengan puteri Aceh yang dikenal sebagai Puteri Raja Champa, yang juga melahirkan Raden Rahmat (Sunan Ampel). Maulana Malik Ibrahim/Ibrohim Asmorokondi meninggal di Gresik Barat,{dekat Tuban}tahun 1419 M, . (2).Sunan Ampel: atau Raden Rahmat yang dikatakan lahir di Champa yang merupakan Jeumpa-Aceh, kemudian hijrah pada tahun 1443 M ke Jawa dan mendirikan Pesantren di Ampeldenta Surabaya, ia adalah seorang ulama besar, yang tentunya mendapatkan pendidikan yang memadai dalam lingkungan Islami. Sunan Ampel adalah anak dari Maulana Malik IbrahimAsmoro kondi dengan Putri Raja Champa. Putri Raja Champa adalah wanita asal Jeumpa-Aceh. Sunan Ampel kemudian kawin dengan putri Tuban bernama Nyai Ageng Manila, dari perkawinannya ini beliau memperole h 4 orang anak: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), maulan Qosim Hasyim Syarifuddin (Sunan Drajat), Putri Istri Sunan Kalijaga. kemudian Sunan Ampel wafat pada tahun 1425 M. (3)Sunan Bonang: atau Raden MaulanaMakdum Ibrahim, kemudian masyarakat Jawa lebih mengenal dengan sebutan Sunan Bonang, ia adalah seorang putera dari Sunan Ampel. Sunan Bonang mendapat pendidikan agamanya pada ayahnya sendiri yaitu Sunan Ampel. Sunan Bonang daerah tugas dakwah-Islamisasi semasa hidupnya adalah terutama di wilayah Tuban dan sekitarnya (Jawa Timur), dan ia dikenal seorang ulama semasa hidupnya yang gigih dan giat sekali menyebarkan agama Islam. Sunan Bonang juga mendirikan pondok pesantren di daerah Tuban, di pasantren ini pula ia mendidik serta menggembleng kader-kader muda Islam yang kemudian merekalah yang akan ikut juga menyiarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa. konon beliaulah yang menciptakan gending Dharma serta berusaha mengganti nama-nama hari nahas (hari sial) menurut kepercayaan Hindu, serta Sunan Bonang mengantikan juga nama-nama dewa Hindu dengan nama-nama malaikat dan nama nabi-nabi.Di masa hidup nya, beliau juga termasuk orang yang membantu berdirinya kerajaan Islam Demak. serta ia ikut pula membantu mendirikan Masjid Agu ng di kota Bintoro Demak. Pada ma sa hidupnya Sunan Bonang pernah belajar ke Pasai. Pada saat itu di Pasai terdapat perguruan tinggi Islam, dengan kata lain Sunan Bona ng juga alumni perguruan tinggi Islam yang sudah berkembang pesat di Aceh. Sekembalinya dari Pasai, Sunan Bonang memasukkan pengar uh Islam ke dalam kalangan bangsa wan dari keraton Majapahit, serta mempergunakan Demak sebagai tempat berkumpul bagi para murid-muridnya. Sunan Bonang juga adalah yang memberikan pendidikan Islam kepada Raden Patah putera dari Brawijaya V, dari kerajaan Majapahit, dan menyediakan Demak sebagai tempat untuk mendirikan negara Islam. hal ini terlihat dari kepintaranya yang tampak dalam tatanegara, dan Sunan Bonangpun rupanya tercapai cita-citanya (impian) atas terbangunnya kerajaan Islam di Demak. Sunan Bonang diperkirakan lahir pada tahun 1465 M,serta meninggal dunia pada tahun 1525 M.dimakamkan Di Tuban Kota. (4).Sunan Giri: lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Maulana Malik Ibrahim memiliki seorang Putra tertua yang terkenal sebagai ulama besar di Pasai, bernama Maulana Sayid Ishaq. Maulana Sayid Ishaq inilah sekaligus ayah dari Sunan Giri (Raden Paku). Maulana Sayid Ishaq ayahnya (Sunan Giri) itu awalnya tinggal di Jawa kemudian pergi ke Pasai-Aceh dan ia tidak kembali lagi ke tanah Jawa, maka Raden Paku atau Sunan Giri kemudian diambil sebagai putera angkat oleh seorang wanita kaya yang bernama Nyi Gede Malok a. Dalam Babad Tanah Jawa, disebut bernama dengan Nyai Ageng Tandes atau Nyai Ageng. Sunan Giri mendapat pendidikannya dari Raden Rahmat Pamannya sendiri.(Sunan Ampel). Dalam masa pendidikan itulah Raden Paku bertemu dengan Maulana Makdum Ibrohim, puteranya Sunan Ampel yang bergelar Sunan Bonang.Suatu ketika, Sunan Ampel memerintahkan kepada Maulana Makdum Ibrohim dan Raden Paku untuk pergi menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Dalam perjalanan menuju ke tanah Suci itu, mereka singgah terlebih dahulu di Pasai-Aceh untuk menuntut ilmu pada para ulama di tempat tersebut. Raden Paku yang kemudian bergelar Syekh Ainul Yaqin dan nama Aslinya memang Maulana Muhammad ‘Ainul yaqin, dan nama ibunya ialah Embah Dewi Sekar Dadu,dari silsilah ini-lah yang banyak menurunkan para Pejabat dalam pemerintahan RI,bahkan Belu m ada Presiden Indonesia yang buka n silsilah ini,hingga sekarang tahun 2013 M,ini,baik dari Kesultanan Jateng, dari Jatim,Jabar,yang terbanyak dari arah Mataram Islam. Bila tdk dari arah dirinya sendiri,ka dang dari Pasanagn Hidupnya, [9]beliau mengadakan tempat berkumpul di pondok pesantrennya di Giri, dari itu beliau dijuluki Sunan Giri. Dimana murid-muridnya terdiri pada orang-orang kecil (rakyat jelata). Kontribusinya dalam hal bidang lain misalnya, ia adalah ulama yang mengirim utusan (murid 2 nya) ke beberapa wilayah di luar Jawa. murid-muridnya itu di delegasi kan misalnya ke Bawean, Kangean, Ternate, Haruku kepulauan Maluku, dan Madura.Kalimanatan,bahkan Beliau sering berkunjung ke Kaliman tan, dan memang Amatlah besar kontribusi belaiu,jika kita melihat dari kegiatan yang beliau lakukan. Sunan Giri ketika meninggal dunia dimakamkan di atas bukit Giri (Gresik). Dan kemudian pasca beliau (Setelah Sunan Giri) meninggal dunia, berturut-turut digantikan oleh yang lain seperti Sunan Dalem, Sunan Sedam Margi, Sunan Prapen. & (5).Sunan Drajad:atau Syarifuddin lahirpada tahun 1470 M. adalah seorang putera dari Sunan Ampel, (Sunan Drajad adalah cucunya Maulana Malik Ibrahim/Ibrohim Asmorokondi yg dari Pasai). Nama Sunan Drajad ketika kecil yaitu Raden Qosim, Sunan Drajat juga adalah ikut pula mendirikan kerajaan Islam di Demak dan menjadi pendukung yang setia, daerah dakwahnya di Jawa Timur dan ia terkenal seorang waliullah yang berjiwa sosial. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. (6).Sunan Muria: Dilahirkan dengan nama Raden Prawoto Umar Said atau Raden Said. Menurut beberapa riwayat, dia adalah putra dari Sunan Kalijaga yang menikah dengan Dewi Soejinah, putri Sunan Ngudung Troloyp Trwulan/Jumadil kubro Tsani. Nama Sunan Muria sendiri diperkirakan berasal dari nama gunung (Gunung Muria), yang terletak di sebelah utara kota Kudus, Jawa Tengah. Sunan Muria seringkali menjadi penengah, takala konflik internal di kerajaan Kesulta nan Demak muncul (1518-1530), Ia dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah. solusi yang di tawarkanyapun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juana hingga sekitar Kudus dan Pati. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. (7).Sunan Kudus: adalah cucu dari Usman Haji yang berasal dari Aceh. Ibu Sunan Kudus adalah adik kandung Sunan Bonang. Sunan Kudus dilahirkan dengan nama Ja’far Shadiq dan Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550. Pada tahun 1530, Sunan Kudus mendirikan sebuah Mesjid di desa Kerjasan, Kudus Kulon, yang kini terkenal dengan nama Masjid Agung Kudus. Sekarang Masjid Agung Kudus berada di alun-alun kota Kudus, Jawa Tengah. Dalam upaya untuk menghormati penganut agama Hindu, Sunan Kudus pernah meminta kepada masyarakat pada masanya untuk tidak memotong hewan kurban sapi dalam perayaan Idul Adha dan menggantikannya dengan kerbau, pesan untuk menggatikan sapi dengan kurban kerbau ini masih banyak didapati berlangsung pada masyarakat Kudus hingga saat ini. Sunan Kudus pernah menjabat sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, dan dalam masa pemerintahan Sunan Prawoto, dia menjadi penasihat bagi Arya Penangsang. Selain sebagai panglima perang untuk Kesultanan Demak, Sunan Kudus juga menjabat sebagai hakim pengadilan bagi Kesultanan Demak. (8).Sunan Kalijaga: Lahir sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatik ta diperkirakan telah menganut Islam Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Mas Sahid. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman. Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Pemahaman cenderung “sufistik berbasis salaf” bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih jiwa kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, ia sangat toleran pada budaya lokal. Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan singkretis dalam mengenal kan Islam. (9).Sunan Gunung Jati: Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar, dan Syekh Jamaluddin Akbar sendiri adalah yang berasal dari Aceh. Dengan kata lain, Sunan Gunung Jati adalah cucunya dari Syekh Jamaluddin Husain Akbar. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah diperkirakan lahir sekitar tahun 1448 M. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah, sebagai Soko Guru karena ke ‘Alimannya dari semua Wali songo pada Masanya,anak pertamnya bernama Fattahillah. [10]Fatahillah dikenal juga sebagai ulama yang pemberani dalam perperangan, ia mengusir Portugis dari pelabuhan perdaganga n Sunda Kelapa, dan kemudian memberi nama daerah tersebut deng an nama “Jayakarta” yang berarti Kota Kemenangan. Kemudian berubah lagi namanya menjadi Jakarta yang kita kenal sbg Ibu Kota negara saat ini. Fatahillah adalah seorang ulama yang kemudian pergi meninggalkan Pasai menuju Mekah, ketika daerah tersebut dikuasai oleh Portugis. Pada saat Fatahillah kembali ke Pasai, ternyata Pasai masih dikuasai oleh Portugis sehingga ia menuju ke Demak pada awal abad ke 15 M, Demak dimana pada masa itu pemerintahan Raden Trenggono. Kemudian Fatahillah dinikahkan dengan salah seorang adik Sultan Trenggono. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa, Fatahillah pergi ke Mekkah selama tiga tahun untuk memperdalam ilmu agama. Kedatangan Fatahillah ke Jawa pada saat itu disambut sangat baik oleh Sultan Demak (Pangeran Trenggono ). Kemudian Sultan Demak memberi kan dukungan penuh kepada Fatahillah untuk merebut Sunda Kelapa dan Banten dari kerajaan Pajajaran yang bersekongkol dengan Portugis, dan Fatahillah mendapat kemenangan. Pada tahun 1527 M, dan atas prestasi besar yang di perolehnya itu maka ia diangkat menjadi Adipati Sunda Kelapa oleh Sultan Demak. Kemudian pada tanggal 22,Juni 1527 Fatahillah mengubah nama Bandar Sunda Kelapa menjadi nama Jayakarta. Inilah cikal bakal awal berdirinya kota Jakarta sebagai ibu kota Negara Republik Indonesia. Dan setelah di telusuri dengan seksama dan sangat teliti dan Hati-Hati,barulah kita Tahu,bahwa para Wali songo Yang Era Awal hingga terakhir,semuanya mempunyai Faha m Tauhid Ahlus Sunnah Wal Jamaa h Asy’ariyah Wal Maturiyyah, dan Thoriqoh Yang Beliau ‘Amalkan ada lah Thoriqoh SYATHORIYYAH,dan THORIQOH NAQSYABANDIYAH. Dan setelah ditelusuri perdaearah : Ternyata Banyak sekali keturunan- keturunan Para Wali Songo utk Daerah Jawa,walaupun nasabnya ad a yang keperempuan namun tetap arahnya benar-benar kearah para Te tuanya yang bernama Wali Songo, Bahkan banyak pula yang tdk tahu silsilah Bersambungnya,Cuma setelah di cek nama kakek dan buyutnya ternyata benar bersambun g kepada salah satu diantara waliso ngo,Cuma kepaten obor,Bahkan dari banten yang tahab awal saja sudah sangat banyak,dan pada umumnya mempunyai istri lebih dari satu,sehi ngga mempunyai keturunan yg bany ak,dari beberapa perkawinan inilah yg menjadikan sangat banyak silsilah yang bersambung kpd walisongo tsb, perkmbangan anak mudanya yg turu n kemasyaraka itulah akhirnya nyata sejarah berrsambung ke arah buyut buyut mereka ya itu wali songo di Jawa,setalh di lacak oleh bebrapa Mahasiswa IAIN,dimulai oleh Maha Siswa dari Malang Riset di Mulai pada 1972,dan IAIN lainnya mengiku ti,maka di ketahui bahwa keturunan Walisongo,Mulai dari Banten,Jakart a,Bogor,sukabumi,Cianjur,Bandung,Karawang ,Tasik,Cirebon,Indra Mayu,Majalengka, Subang,Garut, Ciamis,dan daerah lainnya di Jawa Barat, Juga di jawa tengah,Solo Jogja,sema rang,Berebes,Cilacap,demak,kudus,kebumen,wonosobo,magelang,dan lainnya, Jawa timur,surabaya sendiri,gersik, lamongan,tuban,bojonegoro,kediri, jombang, Ponorogo,belitar,Tulungagung,Pasuruan,sidoarjo,bangil,Jember,Banyuangi,Situbondo,Lumajang, Bondowoso, Probolinggo,Malang,Sumenep,Pamekasan, Sampang dan Bangkalan, dan Lain2 daerah baik jawa barat,jawa tengah dan jawa timur,yg belum di sebutkan semuanya,sangat banyak keturunan para Beliau yg silsilahnya bersambung keatas,adalah Wali songo,kadang kepaten obor,hanya tahu nama kakeknya/neneknya.mere ka tdk tahu bahwa buyutnya adalah cucu dari antara para wali songo, yang di kacaukan saat Penjajahan Belanda Menjajah Ibu Pertiwi ini, yang sejarahnya diambil alih oleh KOLONIAL saat itu,banyak yg petani lugu,pedangang,pengusaha, ABRI,Ajengan,Yai,tokoh2,Namun Bisa kita LIHAT Pada Umumnya Fitrahnya sangat kuat,Cinta kepada Kebaikan-kebaikan Agama,walaupu n dirinya Belum mampu melaksanak annya,Kebanyakan Sosial Kemasya rakatannya sangat Tinggi utk Rakyat Jelata,dan sangat Cinta Tanah Air, bila di akumulasi dari semuanya, kurang lebih,56 persen dari total Pen duduk Jawa Masih bernasab ke dian tara para walisongo tsb,dan yang 47 persen adalah Muslim,dan yang 9 persen NONMUSLIM,ini karena ke tidak tahuannya,dan itu terjadi sejak Penjajahan Belanda,bahwa buyut-bu yutnya adalah diantara para walisongo yg demikian banyak itu, smg menjadi Pelajaran Bagi kita,utk meniru cara berjuang dan memperta han akidah kita,secara Alam Jawa sebagaimana sesepuh kita dengan cara yang sangat Luwes dan Lembut serta sopan dan santun yang tinggi dalam beradaptasi dengan Lingkungan dan tradisi Perdaearh, kita usahakan sekemampuan kita utk MELESTARIKAN PERJUANGAN SESEPUH KITA SENDIRI,SMG DI KABUL OLEH SANG PENCIPTA, AAMIIN, Boleh di Shar dan di Copas oleh Anda,barangkali anda termasuk salah satu keturunan Para Beliau2. WALLOOHU A’LAMU BISH SHO WAAB, Bibliografi: Anwar, Rosihan,Kerajaan Islam Samudra Pasai, Harian Kedaulatan Rakyat, (Yogyakarta: 15 Maret 1988) Arifin, Abdul Hadi,Malikussaleh Reinterpretasi Penyebaran Islam Nusantara, (Lhokseumawe: Unimal Press, 2005) Azra, Ayzumardi,Jaringan Ulama Timur Tengah Dan Kepulauwan Nusantara Abad 17 Dan Abad Ke 18,(Bandung: Mizan, 1994). Jakup, Ismail,Sejarah Islam di Indonesia, (Jakarta: Widjaya) [1]Lihat : “Kerajaan Islam Samudra Pasai ” H. Rosihan Anwar, Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 15 Maret 1988 [2]Christiaan Snouck Hurgroje adalah Orientalis Belanda yang pernah mempelajari Islam sampai pergi ke tanah Arab, dan ia tiba di Jeddah pada tanggal 28 Agustus 1884. Dalam upayanya itu ia berpura-pura memeluk agama Islam (menggati namanya menjadi Abdul Gaffar) untuk kelancaranya mengali informasi kelemahan umat Islam, di Mekkah. Atas saranya itu pemerintah Hindia Belanda menerapkan divide et impera(politik adu domba) di Nusantara khususnya di Aceh untuk memecah perjuangan umat Islam. [3]Sir TS. Raffles adalah Gubernur Jendral Hindia Belanda dari Kerajaan Inggris yang juga seorang peneliti sosial, dalam bukunyaThe History of Java Juga dari berbagai Informasi yang ada disetiap Robithoh Wali Songo.
Posted on: Mon, 15 Jul 2013 20:34:42 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015