Setia dalam perkara kecil Syalom sobat muda. Senang bisa share - TopicsExpress



          

Setia dalam perkara kecil Syalom sobat muda. Senang bisa share sesuatu lagi kepada sobat muda semua. Kali ini saya mau share sesuatu yang simpel, sering kita dengar, namun ternyata apa yang kita dengar tersebut belum sepenuhnya kita pahami dengan benar. Sayaingin mengajak sobat muda untuk melihat satu ayat yang sederhana, sering kita dengar, sering kita baca, dan bahkan sering dikhotbahkan banyak orang. Ayat tersebut berbunyi seperti ini. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar” Kebanyakan dari kita ketika membaca ayat ini, mulai menekankan tentang kesetiaan terhadap hal-hal yang kecil yang kita kerjakan. Itu tidak salah, namun beberapa hari yang lalu,saya mendapat suatu pengertian baru tentang hal ini. Beberapa hari yang lalu,saya mendengar seorang hamba Tuhan membahas ayat ini, dan dia mengatakan “kalau sekarang dapat pekerjaan yang gajinya kecil, setia saja, nanti Tuhan pekerjaan dengan gaji yang besar. Kalau sekarang masih karyawan rendahan, setia saja, kerjakan saja dengan setia, nanti Tuhan akan promosikan” Sejenak ketika kita mendengar kalimat tersebut, kita langsung mengiyakan dan mengaminkan pernyataan tersebut. Namun ketika saya sedang mendengarkan perkataan tersebut, tiba-tiba hati saya bertanya “apa itu setia?” Dan tiba-tiba saya teringat dengan kisah seorang supir perusahaan di mana dulu saya bekerja. Ketika itu ada tugas dari kantor untuk pergi ke luar bertemu client, saya sempat berbincang-bincang dengan supir perusahaan yang mengantar saya. Beliau cerita dia sudah mengabdi di perusahaan tersebut selama lebih dari 8 tahun, sejak awal perusahaan ini berdiri. Namun selama 8 tahun, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap hidupnya, terhadap kesejahteraannya, dan jabatannya. Selama 8 tahun, tetap saja supir, dan dia adalah supir yang setia. Namun kalau merujuk kepada perkataan hamba Tuhan tersebut, maka mengapa perkara besar tidak terjadi kepada orang ini? 8 tahun mengabdi kepada satu perusahaan, bukankah ini adalah kesetiaan? Di saat perusahaan ini awal-awal mengalami masalah keuangan, diasatu-satunya supir yang tidak keluar dari perusahaan tersebut. Bukankah dia orang yang setia? Lalu, mengapa dia tidak mengalami perkara yang besar? Bagi sebagian orang yang katakanlah “rohani”, akan dengan gampangnya berkata “mungkin belum waktunyaTuhan, dia harus setia terus, pasti Tuhan akan berikan perkara besar” atau bahkan ada yang berkata “ya dia kan bukan orang Kristen, jadi ayat ini tidak berlaku dalam kehidupannya” Mungkin juga ada dari sobat muda yang katakanlah sudah setia mengerjakan sesuatu, namun sepertinya tidak ada hasilnya. Sudah bertahun-tahun setia dalam jabatan tertentu, namun tampaknya tidak ada perubahan yang signifikan dan setiap orang yang mendengar curhatan kita akan berkata “sabar aja, semua indah pada waktunya” Mungkin ada juga dari sobat muda yang merupakan pelayan youth, pengurus youth bahkan ketua youth yang sepertinya sudah setia dalam pelayanan, namun kok sepertinya tidak terjadi apa-apa, jemaat pemuda ya segitu-segitu aja, pelayanan yah gitu-gitu aja dan setiap orang yang mendengar kita berkata “setia saja, kalau sudah waktunya Tuhan, pasti akan datangkan jiwa-jiwa yang banyak” Beranjak dari rasa penasaran tersebut, saya mencoba mempelajari kembali ayat ini untuk menemukan hidden wisdom yang ada di dalamnya dan saya akan share kepada sobat muda apa yang saya temukan. Pertama-tama, saya menemukan sesuatu yang menarik dengan kata “setia”. Apa sich yang kita pikirkan ketika kita mendengar kata setia? Kebanyakan dari kita berpikir bahwa setia itu adalah suatu tindakan yang melakukan sesuatu secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Misalnya bekerja disatu perusahaan selama 5 tahun atau 10 tahun, maka dikategorikan sebagai karyawan yang setia. Atau dalam hal relationship, kita berpacaran dengan pacar yang sama selam 5 tahun, maka kita dikatakan sebagai pacar yang setia. Ketika kita berpikiran bahwa setia itu diukur dari lamanya waktu melakukan sesuatu, maka kita sedang memiliki pengertian yang salah dengan kata “setia”. Ada banyak karyawan yang saya jumpai yang sudah ‘setia’ dengan perusahaan tersebut, namun gaji naiknya juga standar-standar saja, promosi juga jarang. Namun ada orang-orang baru yang masuk baru beberapa bulan ke perusahaan tersebut, sudah mendapatkan promosi dan kenaikan jabatan yang cepat. Lalu, jika begitu di manakah fungsi kesetiaan itu? Memang kesetiaan dapat dibuktikan dengan waktu, namun waktu bukanlah poin utama dari kesetiaan.Apa yang kita lakukan dalam jangka waktu tersebut yang menentukan kita orang yang setia atau tidak. Hal ini membawa saya kepada pengertian yang kedua. Ketika saya mencoba mencari tahu bahasa asli dari kata “setia”dalam ayat tersebut, saya menemukan bahwa kata yang digunakan adalah “pistos”yang artinya “dapat diandalkan (reliable), dapat dipercaya (can be trusted/trustworthy)” Ketika saya melihat pengertian tersebut, maka mata hati saya menjadi terang dan dapat menemukan jawaban dibalik rasa penasaran saya tersebut. Sangat menarik bahwa ‘setia’ yang dimaksud dalam terjemahan bahasa Indonesia, dalam bahasa aslinya sebenarnya menggunakan kata ‘dapat diandalkan, dapat dipercaya’. Hal ini mendukung pengertian kita sebelumnya bahwa setia itu bukan diukur dari lamanya, namun dari apa yang kita lakukan selama periode waktu tersebut. Lamanya seseorang mengabdi kepada sesuatu, tidak menentukan kesetiaan orang tersebut. Sebut saja Yudas murid Yesus yang mengikuti Dia sejak awal pelayananNya di bumi, namun saya yakin kita tidak akan menyebut Yudas sebagai seorang murid yang setia. Hal yang sama juga berlaku dalam kehidupan kita. Lamanya kita melakukan sesuatu,mengabdi kepada sesuatu tidak menjadikan kita orang-orang yang setia, namun apakah dalam jangka waktu yang diberikan tersebut kita didapati seorang yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya. Dengan mengerti hal ini,kita akan melihat bahwa sebenarnya ayat yang kita baca sebelumnya di awal adalah benar adanya dan seharusnya bekerja dalam kehidupan kita sehari-hari dan yang menjadi masalah bukan di ayatnya, namun pengertian kita tentang ayat tersebut. Ini mengingatkan saya kepada salah satu ayat yang terdapat dalam amsal yang berkata “tanpa pengetahuan, kerajinanpun tidak baik” Amsal mencoba mengatakan bahwa kerajinan saja, tidak akan membawa kita ke mana-mana. That’s why ada orang yang rajin sich datang ke kantor, tidak pernah absen, rajin melakukan sesuatu terus menerus,namun kerajinannya tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan. Oleh karena itu dengan terus menerus melakukan sesuatu yang sama dalam jangka waktu tertentu tidak akan menjamin kita mengalami perkara-perkara yang besar. Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan untuk mengalami perkara-perkara yang besar? Berdasarkan pengertian dari ayat tersebut,maka ada 2 hal yang dapat sobat muda lakukan. 1. Dapat diandalkan dan dapat dipercaya Ketika kita mendengar tentang “perkara-perkara besar”, apa yang ada dalam benak kita? Kebanyakan kita berpikir tentang gaji yang lebih besar, karier yang lebih baik, kehidupan yanglebih layak, posisi yang meningkat dan lain sebagainya. Namun tahukah sobat muda, di balik perkara-perkara yang besar tersebut, ada tanggung jawab dan kewajiban yang besar juga, yang sudah menunggu kita. Gaji yang lebih besar berarti tanggung jawab dan jobdesk yang lebih besar. Posisi yang meningkat berarti ada kewajiban yang lebih berat yang harus kita pikul. Oleh karena itu,penting untuk kita dapat diandalkan dan dapat dipercaya dalam tanggung jawab yang kecil. Saya akan coba bahas satu persatu. Biasanya orang yang dapat diandalkan dan dipercaya, pasti karena dia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. Orang yang dapat diandalkan untuk mengerjakan sesuatu, bukan hanya karena dia rajin dalam mengerjakan hal tersebut, namun juga pasti ia memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Bisa saja skill, pengetahuan ataupun pengalaman dalam bidang tersebut. Tidak mungkin orang lain mengandalkan kita dalam mengerjakan sesuatu yang tidak kita kuasai, tidak kita bisa, tidak kita mengerti. Banyak orang yang berpikir bahwa kalau kita baik,rajin, tidak neko-neko, kita akan diandalkan. Namun kenyataannya tidak demikian. Menjadi orang rajin, orang baik, itu adalah mutlak hukumnya, namun kita harus lebih dari sekedar itu untuk dapat diandalkan. Oleh karena itu, sobat muda mesti mengembangkan sesuatu yang di dalam diri sobat muda yang tidak dimiliki oleh orang lain. Atau cobalah untuk belajar menguasai satu atau dua hal yang penting dalam pekerjaan atau kehidupan sobat muda. Ketika saya kuliah, saya selalu diandalkan teman-teman lainnya untuk menjadi ketua kelompok. Itu bukan sesuatu yang datang dengan tiba-tiba, namun saya melatih diri saya,mengembangkan diri saya tentang bagaimana cara memimpin dan menangani berbagai jenis orang yang ada di dalam kelompok. Ketika saya dapat diandalkan dalam kelompok kecil, maka saya dipercaya untuk memimpin kelompok yang lebih besar,dan inilah bukti bahwa firman Tuhan tersebut digenapi. Hal yang sama berlaku untuk orang yang dapat dipercaya. Dapatkah kita dipercaya dalam melakukan sesuatu yang ditugaskan? Sekali lagi menjadi orang yang dapat dipercaya itu melebih dari sekedar jujur dan rajin. Bagi sobat muda yang sudah bekerja, pasti mengerti bahwa ada banyak karyawan yang jujur dan rajin, namun tidak semuanya dipercaya. Kalau sobat muda adalah mahasiswa, pasti mengerti hal ini. Ada banyak mahasiswa yang rajin dan jujur, namun apakah semuanya dipercaya untuk suatu tugas tertentu? Apakah semuanya dipercaya menjadi asisten dosen? Ketua senat? Pemimpin organisasi kampus? Tidak. Sometimes kita sebagai orang Kristen hidup hanya dengan mengandalkan kejujuran dan kerajinan dan berharap suatu saat, ntah kapan, mujizat Tuhan akan datang dalam hidup kita. Saya banyak menjumpai pemilik perusahaan yang bercerita bahwa ada banyak anak buahnya yang jujur dan rajin namun tidak berprestasi apa-apa. Di suruh ini ga bisa, disuruh itu, ga ngerti dan lain sebagainya dan percaya atau tidak, ada banyak orang-orang Kristen yang seperti itu. Kita percaya bahwa hanya dengan bermodalkan jujur dan rajin, kita bisa berkompetisi dengan orang-orang dunia yang memiliki banyak pengetahuan, informasi dan kreatifitas. Kita sering menggunakan kalimat “kan Tuhan beserta kita” sebagai tameng untuk kita malas meng-upgrade diri kita. Bagaimana mungkin engkau sebagai seorang ketua youth dapat diandalkan dan dipercaya oleh jemaat mu jika engkau tidak bisa membuat ibadah youth mu menjawab kebutuhan jemaat pemuda mu?Bagaimana engkau dapat diandalkan dan dipercaya apabila engkau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk memberikan masukan kepada mereka? Pertanyaannya sekarang,apa yang sobat muda bisa lakukan untuk menjadi dapat diandalkan dan dipercaya? 2. Mengembangkan potensi dan menghasilkan sesuatu Ada hal yang menarik pada kata “pistos” ini. Kata ini juga terdapat dalam kisah tentang perumpamaan talenta ketika sang tuan berkata kepada pelayannya “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil,aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Kata ‘setia’ dalam ayat tersebut juga menggunakan kata ‘pistos’. Yang menarik perhatian saya adalah yang dikatakan hamba yang setia adalah hamba yang mengembangkan talentanya dan bukan menguburkannya. Yang dikatakan setia adalah hamba-hamba yang mengembangkan potensi mereka dan menghasilkan sesuatu dari potensi tersebut dan bukan menguburkannya. Makanya ada banya orang yang bekerja kelihatannya rajin,namun dia sebenarnya seperti robot yang masuk jam 8, bekerja seperti biasanya mmelakukan hal yang sama, pulang jam 5, begitu terus setiap hari. Dia tidak sedang mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya, namun sedang menguburkannya dalam formalitas dan rutinitas kehidupan. Ada berapa banyak dari kita yang mungkin saja seperti itu. Saya menjumpai ada banyak ketua pemuda yang kelihatannya ‘setia’, mereka selalu datang paling awal sebelum ibadah dimulai,mereka sharing firman, terus pulang. Begitu terus setiap minggu. Kelihatannya sich rajin dan setia, namun pada kenyataannya jika ia tidak sedang melakukan sesuatu untuk mengembangakn potensinya, maka ia bukanlah orang yang setia, dan wajar jika pelayanannya tidak berkembang dan sama sekali bukan salah Tuhan kalau dia tidak mengalami perkara-perkara besar. Einstein pernah mengatakan bahwa kegilaan adalah melakukan hal yang sama terus menerus namun mengharapkan hasil yang berbeda. Kesetiaan bukanlah berbicara melakukan hal yang sama terus menerus, namun bagaimana mengembangkan sesuatu, meng-improve sesuatu sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik. Jika engkau ‘setia’ dengan cara belajar mu yang itu-itu saja yang terbukti tidak membuat nilai mu menjadi lebih baik, maka melakukan hal tersebut terus menerus tidak akan membawa perubahan apapun dalam nilai-nilai mu. Jika engkau ‘setia’ dengan cara bekerjamu yang biasa-biasa aja, yang terbukti tidak membuat mu mendapatkan promosi,maka memperpanjang cara kerja yang sama tidak akan membuatmu mengalami perkara-perkara besar. Jika engkau ‘setia’ dengan cara pelayanan mu yang terbukti tidak mendatangkan banyak jiwa, maka melakukannya lebih lama tidakakan membuat Tuhan mendatangkan jiwa-jiwa ke tempatmu. Mari kita menyadari bahwa kesetiaan it’s not matter of time, it’s matter of development, improvement that we do to make better result during the period of time. Jika sekarang gajimu kecil, maka setia dengan gaji kecil artinya engkau menjadi orang yang meng-upgrade dirimu menjadi dapat diandalkan dan dipercaya sehingga engkau akan diberikan perkara besar yang akan membuat gajimu bertambah. Jika sekarang engkau hanya karyawan rendahan, maka setia dengan posisi mu artinya engkau mengembangkan potensi yang ada di dalam dirimu, mencari cara-cara kreatif untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik untuk perusahaan, maka perkara-perkara besar akan menghampirimu dan membuat engkau dipromosikan. Jika sekarang engkau adalah ketua youth dengan anggota jemaat 10 ataupun 15 orang, maka setia menjadi ketua youth artinya adalah engkau mengembangkan dirimu, up-grade dirimu, persiapkan diri mu untuk menghadapi jemaat yang banyak yang Tuhan percayakan. Buat dirimu dapat diandalkan dan dipercaya oleh jemaat mu yang ada sekarang. Perbaiki dan ubah pendekatan-pendekatan mu kepada generasi muda, kenali kebutuhan mereka, maka perkara-perkara besar akan Tuhan berikan dalam pelayanan youth mu. Saya berharap ini memberikan insight dan juga inspirasi kepada sobat muda. Mari kita menjadi orang-orang yang benar-benar setia dan mengalami perkara-perkara besar dalam kehidupan kita.
Posted on: Sat, 09 Nov 2013 21:37:18 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015