Setiap orang dilahirkan, ditakdirkan berbeda. Ada yang bilang - TopicsExpress



          

Setiap orang dilahirkan, ditakdirkan berbeda. Ada yang bilang kenapa sih kamu cari duit aja kok pake gitu segala? Bikin alat-alat segala lah, bikin usaha yang aneh-aneh lah. Kok ga kayak aku aja kerja jadi PNS. Brangkat pagi jam 8, kadang jam 9 pulang jam 5. Gaji pasti, dapat pensiun, bolos pun dibayar. Tau nga, meskipun aku dikantor kerjanya santai-santai, gaji tetap penuh tgl 1.. Atau ada yang bilang Kenapa ga kayak aku aja kerja di perusahaan bonafit multinasional. Mobil disiapin, rumah disiapin, mau masuk kantor ada yang mbukain pintu, kemana-mana ada yang nyupirin, kerja di ruangan AC ga kepanasan, gaji juga lebih besar dari PNS. Ya meskipun brangkat subuh pulang malem gpp lah, yang penting duit banyak istri ga ngomel2, kebutuhan anak terpenuhi. Tau ga anakku yg umur 3 th aja mainannya uda BB. Yg SMP kelas 3 uda tak kasi mobil SIMnya nembak, hehehe. Ya kamu tau sendiri kalo aku ga kerja sengotot ini, bisa2 aku dipecat sebelum pensiun sama bos ku yang matanya sipit itu. Kalo sampe dipecat, aku kerja dmn dong, mau bisnis pun meskipun modal banyak, tapi ide ga punya. . . Dari 2 percakapan yg sering kita dengar tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa, kita sadari atau tidak, kita akui atau tidak. Kita cenderung melihat apa yang dilakukan diri kita lebih baik daripada orang lain. Atau melihat apa yang dilakukan orang lain lebih rendah daripada diri kita. Atau kita cenderung melihat bahwa sesuatu yang jarang dilakukan orang adalah sesuatu yang jelek, aneh atau kadang memalukan. Dari kecenderungan-kecenderungan tersebut sebenarnya kita tidak menyadari bahwa disitulah letak kebodohan kita. Disitulah letak aroganisme kita. Manusia memang punya kecenderungan untuk menyombongkan dirinya. Jika kita mau meluangkan waktu untuk berpikir sejenak dan memahami arti kata berbeda maka kita akan selalu bersyukur dan berterimakasih ketika kita melihat orang lain melakukan sesuatu yang berbeda dengan kita. Kita dilahirkan di dunia mempunyai dan menjalankan peran kita masing-masing bukan? Itulah yang menyebabkan kehidupan dapat berjalan dan selalu seimbang. Apa jadinya jika semua orang berkeinginan sama, berkemampuan sama? Apa jadinya jika setiap orang selalu berusaha menjadi presiden, pejabat, pebisnis, atau artis. Maka dunia ini tidak ada rakyat, sepi pembeli dan sepi penonton. Oleh sebab itu kita wajib mensyukuri dan berterimakasih ketika ada orang yang berbeda dengan kita. Semakin banyak orang yang berbeda, semakin mudah pula kita untuk menjalani kehidupan, atau memenuhi kebutuhan hidup. Di luar sana, ada petani yang setiap harinya menanamkan padi kita, dan kita lupa berterimakasih. Di luar sana ada tukang sapu jalan yang setiap harinya membuat jalan kita bersih dari sampah dan paku-paku kecil dan kita bahkan mencemoohnya. Bahkan kita sering memandang sebelah mata ketika kita melihat pengemis jalanan, pengamen, atau bahkan pelacur. Apakah Anda menyadari bahwa jika tidak ada mereka, maka di negara ini tidak akan pernah terbentuk departemen sosial yang posisi jabatannya Anda tunggu setiap tahunnya. Iya bukan? Itulah letak kebodohan yang ditutupi kesombongan pada diri kita yang saya maksud di atas. Betapa pentingnya perbedaan di dunia ini dimana kita justru meletakkan kesombongan kita di atas perbedaan itu. Permasalahannya adalah, dimana perbedaan sudah tidak sanggup di jembatani oleh dunia. dimana dunia ini sudah tidak sanggup memberi rumah bagi perbedaan-perbedaan yang ada. Bayangkan, setiap tahunnya berapa miliar orang di dunia yang baru saja lulus menjadi sarjana ekonomi, sosial, atau teknik? Dan hampir di saat bersamaan mereka memperebutkan dari hanya beberapa kursi kosong atau hampir kosong di instansi pemerintahan atau swasta. Sebagian lolos, sebagian lainnya tidak. Lalu kemanakah yang tidak lolos? menjadi apakah mereka? Bagaimana dengan uang taruhan mereka selama ini untuk menebus biaya-biaya SPP sejak kecil dan berharap jadi manusia tertentu dikemudian hari, dan pada akhirnya mereka tidak jadi. Dan ketika kita melihat orang-orang seperti itu, kita sering berbicara di dalam benak ini loh aku, sudah lebih-lebih dari kamu yang tidak ada lebih-lebihnya. Sekali lagi saya tulis bahwa, kita selalu menempatkan kesombongan untuk menutupi kebodohan.
Posted on: Sat, 09 Nov 2013 18:09:42 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015