Shouting Love at You Part Terakhir sebelumnya terima kasih banyak - TopicsExpress



          

Shouting Love at You Part Terakhir sebelumnya terima kasih banyak untuk sang penulis Metropolizt yg ceritanya udah dua kali saya post di fp saya,semoga gk berhenti nulis cerita yg lebih wow.n utk para member admin yg paling admin sayangin,admin mo minta maaf kalo part terakhir ini tidak terlalu memuaskan kalian,n thanks of course ;( Part 20 Suasana bandara cukup hiruk pikuk dengan adanya rombongan Mario yang berjumlah 30 orang. Apalagi hampir semua anggotanya terdiri dari ibu-ibu arisan yang gemar menggosip dan berbagi cerita. Hanya 7 orang saja yang berjenis kelamin laki-laki di antara pesertanya. Dari ketujuh orang itu, hanya dua yang bukan suami-suami mereka, kedua orang itu adalah Faiz dan Reza. Reza saat ini disuruh Faiz untuk mengkonfirmasi kedatangan mereka pada ketua rombongan atau tour leader. Sementara Faiz sedang diajak berbincang oleh dua orang ibu-ibu yang menanyakan kabar kedua orang tuanya. Pembicaraannya ternyata bukan hanya itu saja, tapi melebar ke hal-hal yang sensitive dan mengusik pribadi Faiz. Mereka menanyakan apakah Faiz sudah mempunyai kekasih atau belum, karena mereka tahu kalau Faiz belum juga menikah hingga saat ini. Mereka ingin menjodohkan anak-anak mereka jika Faiz masih belum mempunyai kekasih. “ saya sudah punya tante, dia di Surabaya sekarang” jawab Faiz sekenanya “ yaaa, beneran tuh Iz? “ “ beneran tante, kalo gak percaya datang aja ke Surabaya ” “ trus kapan diresmikannya?” “ nanti tan, tunggu restu orang tuanya dulu” “ lho kok, emangnya belum direstui?” “ yaa belum sih tan, maklum beda suku jadi masih belum bisa goal” Dalam hati Faiz tersenyum dengan jawabannya itu. Dia tak mengira bisa lihai mengelak dari pertanyaan mengganggu ibu-ibu ganjen tersebut. Beberapa meter dari letak berdirinya Faiz sebenarnya ada Mario yang sedang memperhatikannya. Namun karena diajak bicara terus –terusan maka Faiz masih belum sadar dengan keberadaan Mario itu. Padahal Mario sedang berniat untuk menghampirinya untuk menyapa. *** Mario sangat senang sekali bisa melihat wajah Faiz lagi di hadapannya. Sudah setahun pas dia tak bertemu apalagi kontak dengan kekasih idaman hatinya tersebut. Dia sangat merindukan Faiz ada di sisinya. Ingin rasanya Mario berlari ke arahnya dan langsung memeluknya. Tapi tiba-tiba hanya dalam hitungan detik Mario malah berpikir lain. Dia mengurungkan niatnya dan berbalik arah ke belakang. Mario menjauhkan langkahnya dari Faiz yang masih asyik mengobrol. Dalam hati ia berkata, “ aku yakin itu Faiz, …. tapi kalo ku samperin dia sekarang, kemungkinan dia akan menolak ketemu bahkan malah pergi menghindar,…ku gak mau dia menghilang lagi tuk kedua kali…, mending aku check apa bener ada namanya di list rombongan yang dipegang si Aryo, kalo bener, aku bisa menyapanya di pesawat nanti ” Mario kemudian menghampiri Aryo yang juga tour leader. Dia memegang daftar nama rombongan yang akan ikut tour ini. Di sampingnya masih ada Reza yang sedang berbicara dengan Aryo. Mario berpikir akan menanyakan langsung saja pada temannya Faiz satu ini. “ mmh mas, boleh saya tanya?” kata Mario pada Reza “ tanya apa ya mas ?” sahut Reza dengan mata yang berbinar melihat tampang Mario yang begitu menggoda “ mas itu gantiin bapak dan ibu Gunawan ya?” “ iya bener mas ” “ oh gitu, emangnya kenapa mereka ?” “ bapak Gunawannya lagi gak enak badan beberapa hari ini, makanya dia nyuruh anaknya tuk gantiin” “ oh … jadi mas anaknya?” “ bukan, saya temen anaknya, anaknya itu ada di sana, yang pakai kaos putih berkerah itu lho ” “ oh itu,… namanya Faiz bukan ?” “ iya, … kok tau?” “ oh berarti bener dia temen lama saya, soalnya mirip ” “ ya udah samperin aja mas mumpung ketemu di sini, ato biar saya aja yang ajak dia ke sini” “ gak…gak usah, biar aja, biar nanti di pesawat saya sapa dia, saya mau kasih surprise ke dia” “ ooh gitu, … okelah kalo begitu” sahut Reza dengan mengulum senyum “ eit tapi tolong ya mas, rahasiakan ini, jangan bilang-bilang sama dia, biar nanti surprisenya jadi” “ oke..oke mas, tenang aja” Beberapa menit kemudian, rombongan sudah siap semua, orang-orang yang tadinya belum datang, kini sudah lengkap semua. Aryo dan Agus dua orang tour leader mengajak rombongan untuk check in ke dalam. Sementara itu Mario menghilang dari kerumunan rombongan, dia beralasan akan mengurus administrasi semua rombongan di dalam. Reza dan Faiz mengiringi rombongan dari belakang. Mereka tak ingin berbaur terlalu dekat dengan ibu-ibu penuh gossip itu. Dari sekedar chit chat basa-basi singkat tadi, Faiz sudah bisa menyimpulkan bahwa mereka akan sangat cerewet sepanjang perjalanan nanti. Maka itu Faiz memilih untuk berjalan di belakang mereka saja. “ eh Iz, gw mo tanya, hati lo deg-degan gak ?” tanya Reza “ deg-degan ? enggak, emangnya kenapa?” “ mmh kayaknya bakal ada sesuatu yang mengejutkan buat elo ntar nih” “ mengejutkan? Maksudnya apaan sih, gw gak ngerti” “ tunggu aja ntar di dalam pesawat. Seseorang yang super keren, super oke, super ganteng bakal dateng ke elo” Faiz menghentikan langkahnya. “ super keren, super ganteng siapa sih?” “ mmh ada deh…” “ lo mo bilang gak, kalo enggak gw bakal batalin tour ini nih, gw gak suka kalo lo udah main sembunyi-sembunyian kayak gini, gw trauma tau gak?!” “ ya..gw gak tau Iz namanya siapa, gw lupa tanya dia tadi” “ trus dia siapa, ketua rombongan ato peserta juga ?” “ kayaknya sih peserta juga deh, soalnya bajunya gak sama kayak ketua rombongan yang lain” “ trus mana orangnya sekarang, lo tunjuk” Reza lantas celingak celinguk ke depannya, dia mencari sosok Mario yang tadi mewanti- wantinya tuk jangan bilang ke Faiz. “ emm gak ada Iz, kemana ya?” “ yang bener, coba lo liat lagi” “ ya udah sih, ntar juga lo ketemu sama dia di pesawat” “ gak ah,… gw gak mau kalo gak jelas kayak gini, gw gak mau dikejut-kejutin, gw mending batal deh” “ yaa jangan donk Iz, masa gw batal ngeliat Thailand, ayo doonk, mumpung gratisan nih, kapan lagi dapet yang kayak begini, lagian emang lo gak penasaran sama orangnya” “ ya penasaran, tapi gw mau liat dulu siapa orangnya !” “ ya itu berarti lo ikut aja, kalo lo gak ikut malahan gak bisa ketemu sama dia lah, gimana sih lo?!” Ide Reza langsung diiyakan oleh hati Faiz, dia juga penasaran siapa yang dimaksud oleh temannya yang satu ini. Faiz berpikir itu pasti bukan Mario yang seorang guide, karena kata Reza dia adalah peserta tour juga. Faiz jadi bertanya-tanya apakah itu teman arisan Mamanya atau bukan. “ Iz…ayo cepet, tuh yang lain udah pada masuk” ajak Reza mengaburkan lamunan Faiz Dengan langkah pelan, akhirnya Faiz memilih untuk masuk ke dalam dan melanjutkan rencana perjalanan tournya ini. Dia masih penasaran dengan orang yang akan memberinya kejutan itu. **** Di Pesawat Faiz duduk tak tenang di sebelah Reza yang sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Kepalanya celingak celinguk ke sana kemari memperhatikan orang-orang yang ada di sekitar tempatnya duduk. Dia mencari wajah- wajah yang familiar dengannya. Siapa tahu orang itu adalah yang dimaksud oleh Reza. “ Reza bilang orangnya super keren dan oke, tapi kalo diliat-liat gak ada yang kayak begitu, semuanya bapak-bapak berkumis yang gak sesuai gambaran” gumamnya dalam hati Jauh di belakang Faiz ada Mario yang juga sedang memperhatikan gerak-geriknya. Dia memperhatikan Faiz sejak awal masuk ke pesawat tadi. Mario berpikir kalau temannya pasti sudah memberitahukannya terlebih dulu soal rencananya tadi, makanya Faiz menoleh ke sana kemari mencari dirinya yang akan memberi kejutan. Mario akhirnya hanya bertahan berdiam diri saja di bangkunya sambil memperhatikan Faiz dari kejauhan. Dia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Faiz di depan. Dia akan mendatangi Faiz jika situasinya sudah tepat nanti. Untuk sementara ini Mario memilih untuk bersembunyi saja dari pandangan Faiz. ***** Bandara Suvarnabhumi Bangkok 3 jam 30 menit perjalanan sudah ditempuh pesawat Garuda Indonesia sejak lepas landasnya di Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Kini pesawat itu telah mendarat dengan selamat di landasan pacu bandara yang tercatat tersibuk ke empat di dunia. Tapi sayang, pesawatnya harus berhenti jauh dari gedung utamanya. Semua penumpang harus menyambung perjalanan dengan shuttle bus yang telah disiapkan. Untuk menuju gedung utama, para penumpang sudah dijemput oleh shuttle bus yang sudah menunggu di bawah pesawat. Para penumpang harus sesegera mungkin menaikinya agar perjalanan dapat segera berlanjut. Aryo dan Agus mengatur rombongan agar tidak tercecer kemana-mana. Mereka menggiring semuanya untuk masuk ke dalam bus. Sementara itu Mario yang masuk paling terakhir di belakang rombongan menutup wajahnya dengan sapu tangan. Dia berharap Faiz tak akan melihat atau mengenali wajahnya jika memakai itu. “ kenapa lo pak ?” tanya Agus yang duduk di barisan depan bus bersama Mario “ gak papa, gw gak suka aja bau bisnya ” “ mual ?” “ iya, gw gak biasa naik bis” “ alah gaya banget sih lo pak” Tiba-tiba tak disangka tak dinyana, Faiz muncul dari arah belakang. Dia berbicara pada Agus yang ia kenal sebagai tour leadernya. Mariopun kaget dan langsung memiringkan badannya kea rah jendela. “ pak, ada obat mual gak, soalnya ada yang mual di belakang ” kata Faiz “ obat mual ? emangnya kenapa ?” tanya Agus sambil merogoh tas kecilnya “ katanya sih bau bis ” “ oh … kalo gitu sama donk kayak temen saya nih” kata Agus sambil menunjuk ke Mario, “ dia juga lagi mual nyium bau bis ” Faiz lalu memperhatikan Mario yang duduk di sebelah Agus. Sekilas Faiz seperti mengenali bentuk tubuhnya dari belakang tapi Faiz tak mau ambil pusing, dia sedang sibuk mengurusi ibu-ibu di belakang. “ nah ini ketemu, yuk kita kasih ke dia” kata Agus “ bapak aja deh yang ke sana, saya mau duduk di sini aja, takutnya mualnya nular ke saya lagi ” “ oh ya udah kalo gitu, duduk aja di sini ” Setelah itu Agus benar-benar bangkit dari duduknya dan seketika itu juga Faizpun duduk di samping Mario. Mario tersentak dengan kelakuan Agus yang meninggalkan bangkunya itu. Ia gemas karena Agus membiarkan Faiz duduk di tempatnya. Padahal ia ingin bersembunyi dari Faiz. “ duuuh Agus Agus… kenapa pergi sih Gus, ngeselin banget nih anak ” pekiknya dalam hati, “ tapi… mmh gak papa juga lah…sekarang Faiz jadi ada di samping, kalo dia tahu mungkin bakalan melotot ” Faiz melirik kea rah Mario yang masih menoleh ke jendela. Dia merasa orang di sebelahnya bersikap aneh karena berpaling terus dan tak menghadap ke depan bis. Faiz memperhatikan lekuk tubuhnya dan kulit tangannya yang putih berbulu. Faiz teringat pada ciri-ciri badan Mario yang seperti itu. “ mual ya pak ?” tanya Faiz membuka pembicaraan Mario mengangguk “ udah minum obat ?” Mario menggeleng “ mau saya mintain sama pak Agus ?” Mario menggeleng lagi “ udah makan ?” Mario mengangguk kali ini Dijawab hanya dengan anggukan dan gelengan begitu, membuat Faiz malas untuk melanjutkan pertanyaannya. Dia berpikir mungkin orang ini sedang tak mood untuk berbicara. Faizpun akhirnya memilih untuk diam. Shuttle bus akhirnya sampai juga di gedung bandara. Semua penumpang turun dengan teratur dan beriringan. Mereka lantas pergi ke lantai dua untuk mengurus keimigrasian dan pengambilan koper. **** Sejurus kemudian Dari bandara para peserta rombongan menaiki bus lagi untuk pergi ke hotel yang telah dipesan oleh pihak travel agent. Perjalanan bus menuju hotel yang berada di tengah kota membutuhkan waktu 30 menitan. Dengan halangan macet yang biasanya terjadi di jalanan kota Bangkok, bus terhambat hingga 45 menit. Rombongan tiba di hotel pada jam tiga sore. Seluruh rombongan dipersilahkan istirahat dulu di lobby sementara para tour leader mengurusi proses administrasi kamar mereka terlebih dahulu. Mario yang sedari tadi menutup wajahnya dengan sapu tangan, tetap tak mau membukanya kendati sudah berada di dalam hotel. Dia khawatir Faiz akan memergokinya. Hanya dalam hitungan menit, semua kunci kamar sudah diperoleh oleh para peserta. Satu persatu mereka naik ke kamar masing-masing untuk berisitirahat. Begitu juga dengan Faiz dan Reza yang menyeret koper mereka sendiri menuju kamar yang berada di lantai 7. Setelah tiba di kamar, Reza terpukau dengan keindahan kamarnya. “ Wow… keren juga ya Iz, bisa betah deh kalo stay seminggu di sini ” kata Reza “ ah ternyata sama aja kayak di Jakarta, macet “ “ Lho, emangnya lu belum pernah ke sini ?” “ blom” “ kenapa ?” “ ya gak ada yang ngajakin gw” “ duuh kesian amat “ “ dah ah gw mo mandi duluan ya” “ iya, gw mo rebahan dulu deh, pegel banget nih badan” “ dah tua berarti tuh mas” “ haha sialan” **** Malam Malam semakin larut, hiruk pikuk kota Bangkok makin bertambah saja. Orang-orang yang butuh hiburan malam mulai keluar satu persatu dari hotel. Karena berkunjung ke Bangkok tanpa keluar malam serasa mencicipi sayur tanpa garam, hambar terasa. Beda lagi dengan yang dilakukan peserta rombongan, saat ini mereka sedang asyik menikmati jamuan makan malam di restoran lantai bawah. Suasana hening berubah menjadi ramai dan gaduh karena suara dari ibu-ibu arisan yang tak mau mengecilkan suaranya sedikitpun. sepertinya gosip telah menjadi makanan mereka sehari-hari. Sampai pukul setengah 9 an, hanya dua orang saja yang belum kelihatan batang hidungnya untuk makan malam. Mereka adalah Faiz dan Reza , mereka belum muncul juga di lantai bawah. Mario yang menunggu-nunggu kedatangan mereka sedari tadi khawatir mereka akan telat datang ke resto. “ Yo, si Reza sama …si …Faiz belum turun juga ya?” tanya Mario “ belum kayaknya pak, daritadi belum kelihatan” “ tapi kamu udah bilang ke mereka kalo dinnernya sekarang ?” “ sudah pak, berkali-kali malah” “ trus udah di telpon ke kamarnya?” “ udah pak, tapi gak diangkat” “ mereka pamit keluar gak ?” “ gak sih pak, soalnya kalo ada yang keluar hotel saya tahu ” “ hemmm..kemana ya mereka, apa mungkin masih tidur ?” “ bisa jadi” “ kalo begitu coba kamu cek Yo ke kamar, bilang waktunya tinggal dikit lagi, restorannya mau tutup, saya juga mau ngisi perut dulu nih ” “ oke pak, saya ke atas dulu ” sahut Aryo sambil berbalik badan Tapi baru beberapa langkah berjalan Faiz dan Reza tiba di resto, mereka terengah-engah karena berlari-lari. “ pak Aryo…aduh…sory-sory, kita telat makan malamnya gak ?” tanya Reza ngos-ngosan “ belum pak, tapi cepat ya, bentar lagi tutup lho ” “ oke… tapi..” Faiz menatapi meja-meja resto yang semuanya hampir terisi penuh, dia bingung harus duduk di mana., “ kayaknya kita gak kebagian tempat deh pak ” “ gak kebagian? Emmm…oh itu, tempati aja punya saya, di situ ada bos saya juga yang lagi makan” “ oh gitu, ya udah oke, makasih ya” “ Iz, elo dudukin dulu gih tempatnya, takut di serobot orang, biar gw duluan yang ambil makanannya ya?!” “ iya iya sana, gw tau cacing-cacing elo kagak kuat nahan lapar ” Sementara Reza mengambil makanan , Faiz menuju meja yang dimaksud oleh Aryo tadi. Dari belakang, Faiz melihat seorang laki-laki yang berpenampilan keren sedang duduk di kursi meja tersebut. Faiz langsung bisa mengenali siapa laki-laki yang sedang asyik menyantap makanan tersebut. “ mmh.. itu laki-laki yang ada di bus tadi ternyata, jadi itu bosnya pak Aryo ya ?!” ucapnya dalam hati. Faiz semakin dekat melangkah kea rah Mario. Dia tak sadar kalau sebentar lagi malamnya akan berubah drastis setelah ini. “ permi..si….” Faiz tercengang melihat wajah orang di hadapannya, dia membelalak dan membeku seketika. “ Aa… !!” jantungnya serasa mau copot “ Faiz…!” sahut Mario sambil bangkit dari duduknya., “ Faiz…!” Keduanya terkejut dengan apa yang ada di hadapan mereka. Mereka tak menyangka bisa bertemu secara kebetulan seperti ini. “Aa ngapain di sini??" " aku...aku ...kan bareng rombongan kamu Iz" " hah...yang bener ??, kok aku gak tau sih..." " yaa itu karna aku sembunyi dari kamu" " sembunyi?? kenapa A?" " takut kamu ...menghindar Iz" Faiz terdiam “ emm...silahkan…silahkan, duduk Iz.. ayo jangan malu-malu ” kata Mario sambil memberikan kursi pada Faiz “ iya trima kasih A….” Faiz lalu duduk di kursi yang diberikan oleh Mario. Tapi tatapan Faiz masih saja tertuju pada Mario. Dia masih belum bisa percaya bisa menemukan Mario di tempat yang jauh dari Jakarta seperti ini. Jauh di meja prasmanan, Reza memperhatikan Faiz dan Mario. Dia menaruh curiga dengan sikap Mario yang memperlakukan Faiz begitu special. Sampai-sampai Faiz diberikan kursi layaknya seorang putri. “ jadi yang mau kasih kejutan di pesawat tuh Aa ya ?” tanya Faiz “emm.. iya Iz. bener, tapi aku batalin, karna aku pikir waktunya gak tepat" " trus yang tepat kapan emangnya, sekarang ?" " ya enggak juga, maksud aku di tempat yang romantis gitu , kayak di Phuket" " haha romantis?? ya akhirnya bocor juga kan sekarang" " haha...iya" " jadi Aa bosnya pak Aryo ya ?!” “ iya bener, aku ngiringi anak buahku ke sini, sekalian juga itung-itung refreshing, penat sama Jakarta ” “ oooh… jadi travel agent ini punya Aa?” “ emm let’s say begitu lah ” Keduanya lalu terdiam. “ eem ..so, ... kamu mau makan apa Iz, biar aku yang ambilin ? “ “ biar aja A, nanti aku yang ambil sendiri” “ harus sekarang lho Iz, bentar lagi restonya mau nutup” “ oh ya udah, aku ke sana sebentar, Aa…tolong jagain dulu tempat duduknya” “ oke sip, I’ll wait here” Faiz lalu beranjak menuju meja prasmanan. Dalam hatinya, ada perasaan bahagia bisa bertemu lagi dengan Mario pada saat yang tak ia duga-duga seperti ini. “ hai pak, udah selesai makannya ?” tanya Reza yang sudah sampai di meja makan “ udah” jawab Mario “ emm… bapak keliatannya akrab banget sama si Faiz ya?!” “ hah?? iya, memangnya kenapa ya?” “ hehehe enggak…gapapa, penasaran aja” kata Reza berlagak misterius Mario bingung dengan arah pembicaraan Reza “ penasaran apa maksudnya ?” “ gaaak, never mind, lupain aja, gak penting kok” sahut Reza sambil menyuap makanannya “ kurang asem nih orang, maunya apa lagi??!” keluh Mario dalam hati Sebelum Mario menjawabnya lagi, Faiz sudah kembali ke meja. “ lho kok cepet amat, mana makanannya??” tanya Mario “ gak ah, ini aja udah cukup, aku lagi gak mood buat makan” “ nanti kamu malam-malam lapar, susah lho cari makanan halal di sini” “ gapapa, nanti tinggal cari toko fried chicken” “ haha bisa aja ngelesnya kamu” *** Beberapa menit kemudian Mario dan Faiz duduk santai di lobby hotel. Mereka berbincang ringan melepas kerinduan. “ so, gimana kabarmu Iz?” “ baik A… jauh lebih baik daripada setahun yang lalu” Mario menunduk “ pasti itu karna aku ya?!” Faiz tak mau menjawab “ udah sepantasnya kalo aku memohon maaf sama kamu Iz, aku udah banyak bikin dosa sama kamu” “ ah udahlah A, jangan diungkit lagi cerita lalu, aku juga udah lupain itu semua, aku udah ikhlasin, aku ikhlas kalo kamu bahagia ” “ kamu emang orang yang baik Iz” " Aa juga.." Mario memegang tangan Faiz. " A...jangan A, nanti diliat orang" " aku kangen kamu Iz.." " iya..tapi jangan di sini pegang-pegangnya" " aku gak mau pegang, aku liat wajah kamu aja udah cukup, aku cinta kamu Iz...sangat " Faiz diam “ oh ya, ngomong-ngomong gimana kabar keluarga Aa, udah punya momongan ?” tanya Faiz mengalihkan pembicaraan “ huff...udah…namanya aku kasih Arjuna” “ wow, nama yang gagah sekali, mudah- mudahan segagah bapaknya nanti” “ aku bukan bapak kandungnya Iz” “ maksudnya ?” “ dia anak… hasil hubungan Angel dengan laki- laki yang tak bertanggung jawab.” “ hah…maksudnya gimana A, coba jelasin” Mario lalu menjelaskan satu persatu perihal ayah kandung Arjuna dan pernikahannya dulu yang terpaksa ia jalani karena sudah terlanjur malu sama keluarga besar. Mario juga menceritakan bahwa Angel sudah tidak ada lagi di dunia ini sejak melahirkan Arjuna 5 bulan yang lalu. “ ya Tuhan, tragis sekali nasib Angel ya A?” “ iya kasihan, makanya aku waktu itu mutusin untuk tetap menikah sama dia karena aku gak mau bikin dia malu di depan orang banyak” “ iya….bener A, tindakan kamu seperti laki-laki sejati, jarang ada laki-laki seperti itu di dunia ini zaman sekarang ” “ sekarang aku tanya sama kamu Iz, apa kamu udah berkeluarga?” “ belum, aku masih belum ketemu sama jodoh aku” “ kalo…aku ngajuin diri gimana?” “ haha ngaco aja si Aa, emangnya ada penghulu yang mau nikahin kita ?!” “ ah ada aja kalo di cari…hehehe” Keduanya lalu terdiam “ oh iya Iz, ibu angkatku juga sudah gak ada ” “ inalillahi, udah meninggal A?” “ udah” “ trus sekarang yang tinggal di rumah ibu siapa?” “ ya aku sama Arjuna, kan kakakku masih di Bandung” “ ooh gitu…kapan-kapan boleh main ya?!” “ main apa dulu nih???” “ hahaha ngeres aja pikiran kamu A” “ eh tapi Iz…aku beneran lho sama lamaran aku tadi” “ lamaran yang mana ?” “ itu…mau gak kamu jadi jodoh aku selanjutnya?” “ haha..Aa..Aa..emm liat nanti aja lah, kalo aku udah merasa nyaman lagi sama Aa, aku akan kasih jawabannya” “ mmh oke lah kalo begitu” “ Iz..” “ ya..?” “ besok ikut aku yuk” “ kemana?” “ ke Phuket” “ ke Phuket? Bukannya nanti juga ada jadwalnya ke sana?” “ iya makanya aku mau ke sana duluan sama kamu, aku mau honey moonan sama kamu di sana” “ trus temen aku gimana , ikut juga ?” “ ya biarin aja, dia stay di sini, toh ada ibu-ibu arisan yang bisa nemenin dia” “ hahaha Aa bisa aja, kasian deh dia....tapi emm oke lah, jam berapa berangkatnya?” “ ya jam 6 kita udah ketemu di sini lagi” “ oke sip !!” Tak lama Rezapun datang menghampiri mereka. “ deuuh yang lagi pacaran, berduaan aja gw gak diajak” kata Reza “ maksud lo apa?” tanya Faiz “ gak, gapapa, Cuma becanda sensi banget sih, …udah yuk Iz ke kamar, gw spooky banget kalo sendirian” “ huu dasar penakut lo, badan doank yang gede” “ udah ah , gw dah ngantuk nih” “ A, aku ke atas dulu ya” “ jangan lupa besok” “ oke “ Setelah menjauh “ sejak kapan lo pake acara “Aa Aa an” sama dia, elu jadian ya sama dia ?” bisik Reza sambil berjalan “ Aah bawel lo, dia kan lebih tua dari gw, ya otomatis gw panggil Aa, ngiri aja lu ” **** Keesokan harinya Pagi-pagi sekali Faiz sudah mempersiapkan diri di kamarnya. Dia juga sudah menyiapkan kopernya untuk dibawanya ke Phuket. Di sana dia akan melanjutkan tournya hanya bersama Mario seorang. Mereka akan mengadakan bulan madu untuk mendekatkan hati mereka seperti dulu lagi. Dalam hatinya, Faiz merasa bahagia sekali karena akan menjalani perjalanan pertamanya bersama Mario, laki-laki yang disukainya, menuju tempat yang kata banyak turis adalah tempat yang sangat indah. Tempat itu diyakininya akan membawa kesan indah bagi hubungan keduanya selanjutnya. Sementara itu di ranjang, ada Reza yang masih tidur mendengkur. Posisi selimut dan bed cover sudah berantakan kemana-mana. Dia tidur sangat lelap seperti orang mati. Bahkan aktivitas apapun yang dilakukan oleh Faiz sedari tadi tak membuatnya terjaga sedikitpun. Faiz menulis sebuah surat untuk ditinggalkan di meja. Dia berencana akan mematikan hapenya setelah keluar dari hotel ini. Dia tak ingin ocehan Reza akan mengganggunya nanti. Surat itu hanya berisi pemberitahuan kalau dia akan pergi terlebih dulu ke Phuket menemani Mario yang ingin survey tempat. Setelah menaruh surat di atas meja, Faizpun berangkat menuju lobby. Jam di hapenya menunjukkan pukul 05 lewat 50 menit. Artinya masih ada 10 menit lagi untuk memulai perjalanan. Di lobby “ Alo A…udah siap ?” “ udah, kamu udah pamitan sama Reza?” “ udah, pake surat aja, soalnya aku mau matiin hape nanti , aku gak mau dia bawel telponin terus ” “ oh gitu?! Ya udah deh, yuk kita jalan” “ eh bentar A, aku mau ngomong sama bellboy dulu” Faiz menghampiri sang Bellboy dan mengajaknya bicara. Faiz lalu terlihat bersalaman seperti orang yang baru saja mencapai kesepakatan. Dia sumringah dan memberikan sejumlah uang pada bellboy tersebut. “ kamu ngobrolin apa sih sama dia?” tanya Mario “ sini aku bisikin….ssst….ssst….sttt” “ HAHAHA…Faiz, Faiz, bisa jail juga kamu…. ya udah berangkat yuk” “ ayo, siapa takut” “semoga bulan madu ini bisa membuat kita jadi semakin dekat lagi ya ?! ” kata Mario “ amiiin” “ are you ready ??” pekik Mario “ Ready honey” bisik Faiz “ hahaha, come on, let’s go, let’s have fun together “ Akhirnya cita-cita Faiz untuk bisa berjalan lagi bersama Mario terkabul. Perjalanan ke Phuket Island merupakan pilihan yang tepat untuk memulihkan kepercayaan yang sempat terkoyak setahun yang lalu. Di sana mereka bisa berbuat apa yang mereka suka, tidak akan ada orang yang mengganggu mereka. Tidak ibu, tidak bapak, apalagi istri, semua bebas dilakukan tanpa ada sebuah intervensi. Mariopun sangat senang bisa mengajak kekasihnya Faiz pergi berbulan madu. Ini adalah kali pertamanya dia berbulan madu bersama seseorang. Saat bersama Angel dulu, dia tak pernah pergi berbulan madu karena merasa tak punya ikatan batin yang kuat dengannya. Kini dengan Faiz, ikatan batin itu terasa sangat kuat mencengkram setiap lini jiwanya. Faiz sudah seperti jadi bagian dari jiwanya yang tak dapat dipisahkan oleh apapun. Di kamar, Reza memungut secarik kertas dari atas meja. Dia lalu membacanya dengan susah payah karena matanya masih lengket dan perih , tapi dia tetap berusaha untuk melihat tulisan Faiz yang masih samar terlihat. Reza perlahan tersadar dengan tulisan itu. Faiz telah pergi ke Phuket bersama Mario. Dia akan menemui Reza jika rombongan sudah tiba di Phuket 3 hari lagi. Reza kesal karena Faiz meninggalkannya sendirian di kota yang asing ini. Dia menggeram kesal. “ Aaaaaggrh …Faiiiz…rese lu !!, awas lo ya, gw bales kalo ketemu ntar !! ” “ Haiiiiii” ucap seseorang di balik pintu Reza reflek menoleh ke arah pintu, Matanya seketika membelalak melihat sosok campuran sedang berdiri sambil tersenyum di pojokan pintu. Sosok itu memasang wajah nakal dengan memutar-mutar lidahnya seperti ingin menjilati tubuh Reza yang masih tak berbaju. Reza langsung histeris dan berteriak sekencang-kencangnya. “AAAaaaarghhhh Faiiiiizz !!!” *** Hubungan Faiz dan Mario yang sudah membaik lagi sama sekali tak diketahui oleh orang tuanya. Bahkan oleh Reza sekalipun yang ditugasi mengawasi Faiz di Surabaya. Mario yang kini punya usaha travel agent di Jakarta, membuka cabangnya di Surabaya. hal ini dia lakukan hanya karena ingin mendekatkan diri pada Faiz, laki-laki yang ia sayangi. [kesan n pesannya ya!!!]
Posted on: Tue, 20 Aug 2013 15:55:47 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015