Siapa Penikmat Subsidi BBM? Subsidi BBM selama ini katanya - TopicsExpress



          

Siapa Penikmat Subsidi BBM? Subsidi BBM selama ini katanya dinikmati orang kaya. Itu bunyi satu spanduk ‘kampanye’ pemerintah yang dipasang di pinggir jalan. Masih banyak lagi spanduk yang mengkampanyekan alasan pemerintah menaikan harga BBM subsidi. Sementara spanduk yang menolak kenaikan harga BBM pelan dan pasti dicopoti satu per satu. Ini upaya pemerintah membentuk mind set publik agar bisa menerima kenaikan harga BBM. Apakah benar demikian adanya? Sejak akhir 2012 pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono memberi sinyal harga BBM harus naik. Hal itu tidak bisa dihindari. Alasannya: mencegah defisit anggaran. Subsidi BBM memang memakan porsi besar dalam APBN kita. Tahun ini subsidi BBM naik jadi Rp308 triliun di APBN kita. Plus subsidi energi menjadi Rp356 Triliun. Jumlah yang luar biasa besar. Pertanyaannya: untuk siapa subsidi BBM yang besar itu? Benarkah dinikmati rakyat? Apa itu bukan menjadi bancakan kepentingan kelompok-kelompok tertentu? Subsidi BBM terjadi karena biaya produksi BBM lebih besar daripada harga jual BBM. Akibatnya ada kerugian yang ditutupi pemerintah dan Pertamina. Pertamina diberi tugas untuk menyediakan BBM RI. Namun produksi BBM RI kecil. Pertamina banyak untung namun tidak ada uang. Untuk meningkatkan produksi harus ekploitasi. Biayanya tak sedikit. Potensi minyak kita masih bisa dipacu hanya jika dilakukan eksploitasi. Sayang keuntungan Pertamina yang besar itu (2012 sekitar Rp25,89 triliun) sama sekali tidak digunakan untuk ekspoitasi, melainkan malah dipakai pemerintah sebagai utangan public service obligation (PSO). Tanpa ekspolitasi produksi minyak kita tidak akan naik. Produksi minyak RI tiap tahun makin menurun. Produksi minyak RI tertinggi 1.3 juta barel terjadi belasan tahun yang lalu. Sekarang angka resmi hanya 860 ribu barel per hari. Target APBNP 2013 adalah 1,24 juta barel. Angka yang amat optimistik di tengah berbagai masalah yang menimpa dunia migas nasional. Disisi lain, konsumsi BBM semakin meningkat. Sekarang mencapai 1.4 juta barel per hari. Untuk rumah tangga, transportasi, listrik, pabrik dan lain-lain. Kilang minyak yang ada tak bisa mengolah minyak mentah menjadi minyak produk. Sebagian besar kilang minyak Indonesia hanya untuk mengolah minyak impor jenis light sweet oil. Tidak untuk minyak mentah Indonesia yang heavy oil. Akibatnya Pertamina harus impor minyak. Tugas ini dilimpahkan kepada anak perusahaan Pertamina yang bernama PT Pertamina Energy Trading (Petral). Berkantor di Hongkong dan Singapura. Meski hanya anak perusahaan BUMN, Petral ini luar biasa besar. Mengimpor minyak ratusan triliun per tahun. Tahun 2012 sekitar Rp300 triliun. BBM yang diimpor Petral ada 2 jenis: minyak produk (gasoline dan diesel) dan minyak mentah (crude oil). Tahun 2011 saja Petral impor 200 juta barrel minyak produk dan 66.42 juta barel minyak mentah. Ini bisnis yang gurih dan lezat. Semakin tinggi konsumsi BBM Indonesia semakin besar impor Petral. Petral beli minyak dari produsen atau broker dunia, dijual ke Pertamina lalu pemerintah yang membayar senilai asumsi APBN. Uang yang dipakai adalah uang rakyat. Asumsi APBN 2013 adalah USD100 per barrel, dan diubah dalam APBNP 2013 menjadi USD108. Harga minyak dunia hari-hari ini ada di kisaran USD98,65 per barel. Bahkan untuk Agustus turun menjadi USD 97,95. Ini jika mengacu harga acuan dunia. Dalam kenyataannya, dunia jual beli minyak punya banyak standar harga. Sumber minyak dunia masih banyak. Antara lain negara-negara Timur Tengah, Venezuela dan Rusia. Produksi mereka rata-rata harganya di bawah bursa minyak dunia resmi. Sebuah info menyebut soal penggelembungan (mark up) gila-gilaan yang dilakukan Petral dan Pertamina. Saat itu harga Russian Oil cuma USD425 per metrik ton atau sekitar kurang dari Rp 4.300 per liter. Melalui Petral angka tersebut di-mark up USD300 sehingga menjadi USD725. Lalu oleh Pertamina ‘disempurnakan’ mark up-nya menjadi USD950. Angka inilah yang kemudian disebut sebagai harga pasar yang mengharuskan adanya istilah subsidi tersebut. Jika hal itu benar, bayangkan, berapa besar margin keuntungan dari pembelian jutaan metrik ton minyak itu? Siapa yang menikmati? Ini satu masalah besar. Petral telah eksis sejak Orde Baru. Selalu tak terpisahkan dengan kekuasaan. Memainkan peran penting dalam jual beli minyak RI. Menikmati selisih (margin) dari tiap transaksi selama lebih dari tiga dasawarsa. Padahal, secara usaha, Petral hanya broker. Mengapa Pertamina harus membeli minyak dari Petral? Kenapa Pertamina tidak langsung membeli ke sumber, yang pasti harganya lebih murah daripada Petral. Berkantor di Hong Kong dan Singapura artinya lepas dari kewajiban pajak dan badan hukum Indonesia. Wajar jika Pertamina, sebagai induk Petral, dituntut transparan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Petral menikmati komisi besar, yang pada gilirannya mengalir kepada pihak-pihak tertentu yang dekat dengan kekuasaan. Misterius dan tak tersentuh. Begitu lah Petral. Menteri BUMN Dahlan Iskan pernah menyatakan akan membubarkan Petral. Namun hingga kini masih bercokol. Beberapa kalangan melaporkan dugaan korupsi Petral ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Belum terdengar lanjutan kasusnya. Badan Pemeriksa Keuangan harus berani mengaudit proses mark up yang diduga terjadi dalam pembelian minyak. Pernah ada penyelidikan internal Pertamina, namun hasilnya tidak sampai ke publik. Pertamina adalah perusahaan publik. Publik memiliki hak untuk mengetahui apa yang terjadi dengan penggunaan anggaran rakyat. Dalam hal ini anggaran subsidi BBM. Di tahun politik ini adalah wajar bila publik khawatir BUMN-BUMN yang strategis menjadi sapi perahan dari para pemain politik. Terlebih lagi kekhawatiran publik terhadap Pertamina yang merupakan BUMN pengelola aset strategis bangsa ini. Sinyalemen pemerintah SBY bahwa subsidi BBM dinikmati orang kaya memang benar. Lebih spesifik lagi: dinikmati broker dan mafia minyak Indonesia. Namun apa yang telah pemerintah lakukan untuk menindak mafia minyak, penyelundupan, pencurian minyak kita? Hanya kasus-kasus kecil yang diproses. persatuanindonesia.or.id/artikel/137-siapa-penikmat-subsidi-bbm
Posted on: Sat, 24 Aug 2013 10:03:22 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015