TEX KHUTBAH IDUL ADHA DI UIN SUNAN KALIJAGA 1434 - TopicsExpress



          

TEX KHUTBAH IDUL ADHA DI UIN SUNAN KALIJAGA 1434 H Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh. Jamaah solat Idul Adha yang diberkahi Allah Peristiwa agung hari ini bermula dari sejarah perjalanan Nabi Ibrahim (as) tentang Ketauhidan universal yang dianut seluruh umat manusia. Ketauhidan yang menjiwai kehidupan nabi Ibrahim sangat implementatif karena keimanan itu mampu merubah sikap, perilaku, dan mendorong umat manusia untuk merubah kehidupan sosialnya menuju kehidupan yang lebih berkeadaban. Implementasi nilai-nilai ketauhidan Ibrahim berada pada titik puncaknya dalam peristiwa besar pengurbanan Nabi Ibrahim (as) melalui “prosesi penyerahan” Nabi Ismail (as) putra tercinta satu-satunya kepada sang Pencipta dengan penuh ketulusan, kepatuhan dan keimanan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Totalitas ketulusan nabi Ibrahim As dalam menyerahkan miliknya yang paling berharga yakni si buyung Ismail, bersambut dengan rahmat-Nya kemudian Alloh mengganti dan menebus pengurbanan yang sangat agung itu dengan seekor domba besar yang menjadi pertanda diterimanya kesetiaan nabi Ibrahim dalam menjalankan perintah-Nya Saat ini, kita merayakan Idul Adha di tengah-tengah perjuangan keras bangsa Indonesia untuk menundukkan gempuran gelombang egoisme yang menjangkiti sebagian besar masyarakat Indonesia. Egoisme selalu akan menjadikan diri dan kelompoknya sebagai acuan utama dalam penentuan kebijakan, dan pelaksanaan tindakan dengan menafikan keberadaan kelompok lain. Menguatnya egoisme diri atau kelompok akan berakibat pada memudarnya etos kerjasama dan kerja bersama untuk kepentingan bangsa yang lebih besar sehingga akan mengikis solidaritas sosial. Penyakit ini akan menjebak seseorang atau kelompok dalam lingkaran angan-angan, sikap dan tindakan yang hanya memikirkan diri sendiri atau kelompok. Bahkan demi kepentingan sempit itu, orang atau kelompok lain bisa-bisa disingkirkan. Demikian pula, egoisme akan menjadikan komunikasi dan dialog sesama anak bangsa sangat terganggu, karena yang berkembang justu menguatnya klaim kebenaran sepihak, dengan menganggap diri sendiri selalu benar dan orang atau kelompok lain pasti selalu salah. Egoisme semacam itu, sampai derajat tertentu memunculkan kelompok-kelompok yang tidak memiliki komitmen keindonesiaan dan kesetiaannya terhadap NKRI. Kondisi semacam itu, merupakan lahan subur berkecambahnya kekerasan di tengah-tengah masyarakat dengan merebaknya tawuran antar pelajar yang terus muncul di berbagai tempat , bahkan para Mahasiswa yang menjadi simbol intelektualitas ikut terlibat dalam mata rantai kekerasan antar sesama atau dengan pihak lain yang menganggu kepentingan subyektifnya dengan mengatas namakan demokrasi dan kebebasan hak asas manusia. Jargon-jargon global yang diusung tersebut, sesungguhnya hanyalah sebuah kamuflase guna menutupi egoisme kelompok untuk memaksakan kehendaknya ditengah-tengah kehidupan bangsa yang penuh dengan kebhinekaan . Adalah sangat tragis, bangsa yang dahulunya dikenal sangat santun, memiliki keramahan dan toleransi sangat tinggi yang terkandung dalam petatah-petitih leluhur seperti sitik edhing, sepodo podo,ngono yo ngono ning ojo ngono , kemudian tergusur oleh keangkuhaan primordialisme kesukuan, egoisme kelompok ataupun politik partisan dengan mengesampingkan kepentingan umum untuk hidup berdampingan sesama anak bangsa. Di sisi lain, maraknya kontestasi /persaingan antar aliran agama terlihat semakin keras dan kehilangan etika keagamaannya dalam memperebutkan porsi kekuasaan politik dan persaingan hegemoni symbol , bukan pada pertentangan subtansi ajaran agama itu sendiri. Hal ini sangat terlihat jelas dengan bermunculannya keompok yang mengusung symbol symbol agama, tetapi prilakunya justru mendistorsi keluhuran agama dan mereduksi subtansi agama menjadi sekedar sebuah komoditas. Wajah Islam yang terbangun selama ini sangat theosentris dan terjerumus kedalam pemahaman sikap-sikap puritan . Kecenderungan ini melahirkan sikap takfiri dan mengurangi kreatifitas kemanusiaan serta tidak menghargai etika ,budaya dan melahirkan penghukuman yang mengarah kepada carakter assasination sehingga mengakibatkan segregasi umat dalam sekat-sekat pemahaman yang dangkal dan picik mengesampingkan etika Islam yang menjadi kekayaan,kekuatan dan kejayaan Islam. Sejarahwan Arnold J. Toynbee mengingatkan :”Suatu bangsa yang tidak mampu merespon perkembangan zaman, lambat laun akan kehilangan identitas nasionalnya . Bangsa yang malang, yang kehilangan jatidirinya itu, niscaya akan menjadi budak bangsa lain. Ia akan terpinggir dari parameter peradaban sejarah dan kemungkinan bangsa itu akan musnah” Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Jamaah solat Idul Adha yang diberkahi Allah. Mengingat dampak negatif penguatan egoisme yang demikian besar terhadap negara dan bangsa, umat Islam sebagai bagian terbesar bangsa, memikul tanggung jawab moral untuk menanggulangi merebaknya sikap dan perilaku yang menyebabkan berkeping-kepingnya komponen umat Islam pada khususnyadan bangsa Indonesia pada umumnya. Sementara itu, peringatan Idul adha yang sarat dengan ajaran solidaritas sosial untuk berbagi dengan sesama baik secara materi maupun aspek-aspek kemanusiaan lainnya terabaikan. Subtansi ajaran Idul adha tidak selayaknya direduksi menjadi sekedar pelaksanaan ibadah ritual dalam hiruk pikuk gema takbir secara lisan dan kemeriahan solat berjamaah semata, tetapi kita harus mampu memaknai dan membumikan secara nyata melalui tindakan yang mencerminkan keluhuran yang dicontohkan oleh nabi Ibrahim dan putra Ismail as. لن ينال الله لحومها ولادماؤها ولكن يناله التقوى منكم, كذلك سخرها لكم لتكبروا الله على ما هدكم, وبشر المحسنين. (Dan daging-daging unta dan darahnya (yang dijadikan kurban) itu sekali-kali tidak dapat mencapai (kerelaan) Allah, tapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikian Allah telah menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas hidayah-Nya kepadamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik) Ayat tersebut secara tegas menyatakan bahwa daging dan darah binatang yang kita kurbankan tidak akan pernah mengantarkan kita untuk mencapai ridlo Allah, tetapi keridhaan Alloh Swt, hanyalah melalui ketaqwaan. Oleh karena itu, meskipun kita tidak menyembelih binatang qurban, kita tetap memiliki kuwajiban untuk mengembangkan ketaqwaan melalui pembumian dan penyebaran kebaikan dalam arti yang seluas-luasnya. Dalam konteks itu, kita umat Islam Indonesia, mesti menjadi Ibrahim-Ibrahim masa kini, Ismail-Ismail kontemporer, dan Siti Hajar zaman ini. Jika kita merasa sebagai penerus ajaran nabi Ibrahim, kita wajib meneladani Ibrahim dan keluarganya dalam menekan egoisme, mengembangkan ketulusan, kejujuran, kesungguhan dan kerja keras serta memupuk sikap dan perilaku yang penuh kebersamaan. Sebagai “Khoiro ummah/ummatan wasathon” sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an, tentunya sebutan itu bukan sekedar kebanggaan yang bersifat doktrinal, tetapi umat Islam Indonesia harus mampu mewujudkan harmoni kemasyarakatan sehingga terbangun kerjasama sosial yang sinergis untuk menanggulangi pelbagai pathologi sosial maupun dalam menata masa depan bangsa Indonesia. Dengan menghadirkan diri sebagai pribadi-pribadi yang meneladani nabi Ibrahim, Ismail, dan sayyidatina Hajar alaihumus shalatu wassalam semestinya umat Islam harus dapat menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jama’ah Ied yang berbahagia. Al-Qur’an menegaskan bahwa, parameter ketaqwaan tidak diukur dari besarnya hewan qurban yang disembelih ataupun intensitas ritual lainnya tetapi ketaqwaan harus tercermin dalam karakter dan prilaku yang mencerminkan kemusliman secara utuh baik jsebagai mahluk personal maupun mahluk sosial. Subtansi taqwa dijelaskan oleh al-Qur’an dalam firman Alloh Allah SWT : Hai orang-orang yang beriman, ber¬taqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kali¬an semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingat¬lah akan nikmat Allah kepada kalian keti¬ka kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermu¬suh-musuhan, maka Allah melunakkan hati kalian, lalu menjadilah kalian, ka¬rena nikmat Allah, orang-orang yang ber¬saudara; dan kalian telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah mene¬rangkan kepada kalian ayat-ayat-Nya, agar kalian mendapat petunjuk. Ayat tersebut menjelaskan ciri-ciri penting bagi mereka yang disebut bertaqwa dengan sebenar-benarnya dan mereka yang akan memperoleh petunjuk-Nya didasarkan atas parameter-parameter autentik keagamaan yang lebih religious dan humanis. Tipikal masyarakat yang bertaqwa adalah masyarakat yang memiliki karakter sosial sebagaimana rincian berikut : 1. Berpegang pada tali/ajaran Alloh, Keadaan umat Islam saat ini terasa sangat menyedihkan. kemunduran secara fisik dan intelektual terjadi dimana-mana karena mayoritas mereka hidup dibawah garis batas kemiskinan mutlak dan terjangkiti mental attitude yang tidak sehat dalam merespon arus modernitas. Jargon-jargon kembali kepada Al-qur’an justru memunculkan berbagai kelompok gerakan Islam yang ingin mengembalikan zaman keemasan Islam seperti pada masa Rosululloh dan ulama salaf dalam bentuknya yang sangat formalistik dan terkesan narsistik menyebabkan kesempurnaan ajaran Islam tentang kemanusiaan semakin jauh dari kenyataan. Kesulitan terbesar untuk menampilkan wajah kemanusiaan yang menjadi inti ajaran Islam pada era global saat ini, justru datang dari kalangan pemeluk agama yang terus terlibat dalam pertikaian panjang dan dendam menyejarah inter dan antar kelompok-kelompok agama baik pada tingkat lokal, regional, nasional bahkan internasional. Islam menempatkan manusia pada kedudukan kemahlukan tertinggi dalam penciptaannya sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an sebagai ahsanit taqwiim. Manusia dikaruniai kelebihan oleh Alloh berupa organ tubuh yang lengkap dan saling melengkapi, kemudian disempurnakan dengan akal budi serta perasaan yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri manusia yang seolah-olah tidak ada batasnya. Existensi manusia mendapat penghargaan final sebagai ciptaan Alloh yang paling dimulyakan sebagaimana dalam surat al-Isro’ ayat 70 : “ Dan pastilah sungguh benar-benar kami mulyakan anak cucu-cucu Adam ” Jika kita cermati ayat tersebut diatas terdapat 3 (tiga) suku kata stressing berupa Lam taukid, yang artinya pastilah, Harfut taukid yaitu lafal Qod yang artinta sungguh-sungguh dan diperkuat dengan kata kerja berbentuk Pasten/fi,l madhi dengan tasydid yang menunjukkan makna taukid/stressing juga. Ayat tersebut diatas merupakan dasar yang paling final menyangkut jaminan Islam terhadap persoalan kemanusiaan. Manusia - siapapun – harus dihormati hak-haknya tanpa boleh dibatasi oleh perbedaan bersifat fisik ataupun non fisik. Semua manusia memiliki hak hidup, hak berbicara dan berpendapat, dan hak lainnya yang dijamin oleh 5 prinsip perlindungan dalam Islam. 2. Tidak bercerai berai. Sejarah adalah bukti yang paling nyata untuk menujukkan bahwa perpecahan telah melemahkan bahkan menghancurkan umat Islam. Sejarah juga telah merekam berbagai tragedi perang saudara yang memilukan antar umat Islam yang penuh dengan pertumpahan darah karena masing-masing kelompok merasa paling benar karena fanatisme buta. Ribuan nyawa mati sia-sia oleh fatwa-fatwa sesat yang mengatas namakan agama. Dalam surat al-Anfal ayat 46 Alloh memperingatkan dengan tegas sebagaimana firman-Nya : وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu saling berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu akan menyesal dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfâl: 46) 3. Bergaul dengan kelembutan hati. Agama memiliki intensitas reaksi yang sangat tinggi dan jangkauan area yang tidak terbatas dengan klaim-klaim kemutlakan yang kadang tidak dapat menerima bantahan dari perspektif lain. Otoritas agama yang sedemikian kuat dan eksesif, apabila berada ditangan orang yang tidak bertanggung jawab akan berubah menjadi kekuatan yang sangat menghancurkan, karena hakekat agama tidak pernah mengajarkan kekerasan tetapi justru mengajarkan keselamatan. Kekerasan dengan dalih agama senyatanya adalah penyalah gunaan agama yang dilatari oleh kepentingan politik, ekonomi dan kepentingan subyektif lainnya. Pencegahan kekerasan atas nama agama tidak boleh dengan cara-cara kekerasan, tetapi harus tetap mengacu kepada kaidah fiqh yang mengatakan Adh-dhororu la yuzaalu bi adh-dhorori bahwa ; kerusakan tidak dapat dihilangkan dengan cara yang merusak. Dengan kelembutan Islam disebarkan luaskan secara damai pada masa Rosululloh Saw sebagaimana para wali menyebar luaskan Islam di Nusantara, bahkan dengan para penentang yang memusuhinya Rosululloh Saw selalu menghadapi dengan lemah lembut . Itulah pesan agung ajaran al-Qur’an yang termaktub dalam surat Ali Imron ayat 159: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ الله لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ القلب لاَنْفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(Ali Imran: 159) 4. Membangun ukhuwah. Perintah Alloh sangat jelas bahwa nikmat Allah berupa persaudaraan sesungguhnya bagian yang tidak terpisahkan dari iman dan takwa, takwa tidak akan sempurna tanpa ukhuwah dan ukhuwah pun tidak akan bermakna tanpa dilandasi dengan takwa. Manakala ukhuwah lepas dari kendali iman dan takwa maka yang menjadi perekatnya adalah kepentingan pribadi, kelompok, kesukuan maupun hal-hal yang bersifat material yang sesungguhnya bersifat semu dan sementara. sabda Rasulullah dalam sebuah hadist Riwayat Imam Thabrani dan Mu’az Bin Jabal “Alangkah idealnya jika kelompok yang sedang berseteru dan bermusuhan, berlomba-lomba saling mendahului untuk melakukan silaturahmi dan saling mendoakan, sambil berjanji pada diri pribadi masing-masing untuk tidak mudah diadu domba dan diprovokasi dalam kedengkian “. Kehidupan yang dilandasi oleh spirit ukhuwwah itulah yang dicontohkan oleh Rosululloh Saw dalam membangun soliditas antara kaum Muhajirin dan Anshor. Mereka bersedia untuk saling mendahulukan kepentingan saudaranya diatas kepentingan diri sendiri meskipun dirinya dalam situasi yang sangat kritis. Nabi bersabda: Artinya: “perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mencintai, saling belas kasihan dan saling mengasihi yaitu seperti satu badan yang apabila satu anggotanya merasakan sakit maka anggota badan yang lain juga akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan panas“ (HR. Muslim dari An-Nu’man bin Basyir ra.) Dan di hadits lain Nabi bersabda: Artinya: “seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan yang saling mengokohkan satu dengan yang lain“ (HR. Muslim) Saat ini ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan sehingga kewajiban untuk membangunpersatuan seolah-olah telah terlupakan. Kehangatan persaudaraan semakin menipis karena desakan desakan materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Al-Qur’an memang memberikan peluang kepada ummat manusia untuk bersilang pendapat dan berbeda pendirian. Tetapi al-Qur’an sendiri sangat mengutuk percekcokan dan pertengkaran. perbedaan seharusnya dapat melahirkan hikmah, baik dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis serta membangun semangat mencari tahu sesuai dengan anjuran memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan, perbedaan itu justru seringkali melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya karena ketidaksiapan untuk memahami cara berpikir yang lain, atau karena keengganan menerima perbedaan sebagai buah egoisme yang tidak sehat. lebih celaka lagi, apabila potensi konflik itu telah dipengaruhi variabel-variabel politik dan ekonomi seperti apa yang saat ini tengah dialami oleh bangsa kita yang semakin lelah ini. Ikatan ukhuwwah sesama Muslim semakin pudar oleh kepentingan kekuasaan, Kehangatan persaudaraan pun semakin menipis karena desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana ketidak akraban yang cenderung membawa kepada suasana batin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah. Demikianlah, ukhuwah kini telah menjadi barang mahal yang sulit dinikmati secara bebas dan terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan dapat terwujud apabila masyarakat sudah mampu memiliki dan menghayati prinsip-prinsip tasamuh (toleransi), sekaligus terbuka untuk melakukan tausiyah (saling mengingatkan). Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Sidang jamaah solat Idul Adha yang dirahmati Allah Dalam kesempatan yang penuh barokah ini marilah kita berdoa semoga segenap warga bangsa senantiasa dianugerahi kejernihan hati, kebeningan nurani, ketajaman akal dalam memrawat , mengokohkan persaudaran sesama warga bangsa pada umumnya dan sesama muslim khususnya sehingga Indonesia akan lestari dan menjadi negara maju, berkeadilan, damai dan makmur. Demikian pula, pemerintah Indonesia adalah pemerintahan yang bersih, dan berorientasi kepada kepentingan rakyat dan bangsa. Kita juga berdoa semoga rakyat Indonesia sejahtera lahir dan batin, serta mampu menciptakan dan mengembangkan peradaban monumental yang memberikan sumbangan signifikan bagi kehidupan yang lebih manusiawi dan bermoral. اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات, الأحياء منهم والأموات, إنك سميع قريب مجيب الدعوات. أللهم اجعل بلدتنا إندونسيا بلدة طيبة أمنة مطمئنة يأتيها رزقها رغدا من كل مكان. اللهم لا تدع لنا فى مجلسنا هذا ذنبا إلا غفرته ولا دينا إلا قضيته ولا هما إلا فرجته ولاعسرا إلا يسرته ولا حاجة من حوائج الدنيا والأخرة إلا قضيتها يارب العالمين. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار, وصلى الله على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلم, والحمد لله رب العالمين. Oleh.KH.Abdullah Muhaimin
Posted on: Mon, 21 Oct 2013 13:29:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015