TIDAK BERBUAH PASTI DITEBANG Ada dua tragedi besar kemanusiaan - TopicsExpress



          

TIDAK BERBUAH PASTI DITEBANG Ada dua tragedi besar kemanusiaan dicatatkan oleh Lukas dalam Injilnya. Pertama; peristiwa orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan (Luk. 13:1) dan kedua; peristiwa delapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam (Luk. 13:4). Kedua peristiwa itu memang sangat mengerikan. Yang pertama terjadi karena kejahatan Pilatus, membunuh orang Galilea secara keji dan kedua, peristiwa atau musibah akibat runtuhnya menara dan menimpa mati delapan belas orang yang berada di bawahnya. Peristiwa atau tragedi kemanusiaan dalam bentuknya yang lain pasti lumrah terjadi dan bisa dialami oleh sipapun di muka bumi ini. Hal-hal seperti itu selalu menghiasi perjalanan hidup manusia yang dipenuhi dosa. Belum lupa dari ingatan kita kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Hitler yang membunuh tidak kurang enam juta orang Yahudi dan kebrutalan regim Polpot yang membinasakan jutaan orang. Belum lagi berbagai bencana alam seperti tsunami, gunung meletus, banjir bandang, gempa bumi, kecelakaan pesawat, dan sebagainya. Dengan terjadinya berbagai tragedi mengerikan seperti itu kita sering bingung dan bertanya; mengapa hal itu terjadi? Banyak orang menyimpulkan, bencana dan musibah disebabkan oleh dosa dan kesalahan seseorang. Sebuah kesimpulan subyektif, tidak akurat, tendensius dan dilandasi pikiran negatif. Orang-orang demikian berfikir hanya mereka yang berdosa saja akan mengalami kejadian sial dan naas, sedang mereka tidak. Hanya karena belum gilirannya tertimpa musibah dan bencana, mereka menganggap dirinya benar. Sebuah kesimpulan yang keliru. Orang benar memang akan dijagai Tuhan. Tetapi orang benar dan merasa benar adalah dua hal yang sangat berbeda. Orang-orang merasa diri benar pasti berpikiran demikian. Kembali kepada catatan Lukas. Oleh laporan dari orang-orang yang merasa benar, Yesus justru mengecam mereka: Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mengalami nasib itu? Tidak! Kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian. (Luk. 13:2-3). Tidak bisa dipungkiri, bencana dan musibah adalah peristiwa yang sangat menyedihkan. Tuhan memberi kehidupan kepada manusia dengan maksud dan tujuan tertentu yang dikehendaki-Nya, bukan untuk mengalami musibah dan bencana. Tetapi manusia yang hidupnya menyimpang dari kehendak Tuhan adalah hidup yang sia-sia. Tidak ada jaminan bagi orang yang hidup tidak sesuai kehendak Tuhan. Kejadian terburuk dan mengerikan bisa saja menimpa siapapun yang hidupnya tidak berbuah dan bermanfaat. Tidak ada jaminan apapun bagi orang-orang yang tidak menuruti kehendak Tuhan. Sekarang hidup tetapi sedetik, semenit dan sejam kemudian bisa sirna dan binasa dengan cara mengerikan. Itulah hukum rohaninya. Untuk lebih menjelaskan kebenaran tersebut, Yesus membuat perumpamaan dalam perikop selanjutnya. Supaya lebih jelas, bacalah firman Tuhan di bawah ini: Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini: Seorang mempunyai pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya, dan ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, tetapi ia tidak menemukannya. Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma! Jawab orang itu: Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah; jika tidak, tebanglah dia! (Luk. 13:6-9). Dari perumpamaan ini beberapa prinsip kebenaran bisa ditemukan: 1) Tuhan memberi kehidupan kepada manusia dengan tujuan untuk melakukan kehendak-Nya. Hal itu digambarkan dengan istilah berbuah. Tidak melakukan kehendak-Nya berarti membiarkan dirinya tidak berbuah. 2) Hidup manusia yang tidak memberi buah, yaitu tidak melakukan kehendak-Nya, pasti ditebang karena tidak berguna orang itu hidup. Orang kristen pun pasti ditebang jika tidak berbuah. Cara menebang bisa bermacam-macam. Beberapa di antaranya melalui tragedi, musibah, bencana, penyakit, dan lain sebagainya. Tuhan tidak menghendaki manusia mengalami semua itu. Dia menghendaki supaya semua orang selamat. Tetapi sudah menjadi hukum-Nya jika orang-orang yang tidak berbuah, cepat atau lambat, pasti ditebang. 3) Tugas orang percaya, sebagai pengurus manusia adalah memohonkan dispensasi supaya pohon yang belum berbuah tidak ditebang dan supaya kepada mereka diberi kesempatan hidup. Orang-orang percaya mempunyai tugas untuk melayani siapapun selagi mereka masih hidup. Para pelayan Tuhan (pengurus) harus terus optimis dan berharap orang-orang yang dilayani bisa berbuah. Jika tidak, apa boleh buat, ditebang saja. Selagi masih ada kesempatan layanilah orang-orang lain dengan bersemangat dan serius. Cangkullah tanah sekitar pohon dan berilah pupuk supaya pohon bisa berbuah. Garaplah tanah hati orang-orang yang Anda temui dan berilah pengharapan yaitu pupuk supaya subur dan akhirnya hidup orang-orang yang dilayani berbuah yaitu melakukan kehendak Tuhan.
Posted on: Fri, 18 Oct 2013 06:47:40 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015