Terorisme Israel Sampai Kapan? Agen-agen antek Mossad mengakui - TopicsExpress



          

Terorisme Israel Sampai Kapan? Agen-agen antek Mossad mengakui berada dibalik pembunuhan pejuang Palestina Izzuddin Syaikh Khalil, salah seorang pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Hamas di Damaskus, lewat peledakan mobil pribadinya. Aksi terror semacam ini bukanlah hal baru bagi Zionis Israel dan pemerintahnya. Israel sebagai pihak yang lebih unggul atas karunia dari Amerika Serikat dibandingkan dengan negara-negara Arab dalam hal teknologi senjata yang dimilikinya, Israel adalah satu-satunya pihak yang memiliki kader-kader terbaik terlatih untuk melakukan aksi-aksi terorisme terhadap musuh-musuhnya bahkan terhadap sahabatnya sendiri bila menentang kepentingan Israel. Anehnya, Washington dan pemerintahan Presiden Bush yang mengklaim mengusung perang melawan terorisme justru membantu tanpa catatan apapun atas kejahatan dan terorisme Israel terhadap orang-orang Palestina. Sebelumnya Israel telah mengajukan diri untuk memberikan pelatihan kepada anggota pasukan Amerika Serikat di Irak guna melakukan operasi perang gerilya kota, penyerbuan rumah-rumah dalam kegelapan malam untuk mengintimidasi penduduk, menangkap orang-orang yang dicurigai dan (sanksi) pembunuhan massal atas warga sipil. Ada laporan-laporan yang menegaskan bahwa pengajuan Israel ini mendapat sambutan (diterima) oleh Departemen Pertahanan Amerika dan para gubernur baru yang memiliki loyalitas ganda kepada Israel dan Amerika. Dan apa yang kita saksikan akhir-akhir ini berupa aksi-aksi kekerasan dengan menggempur kota-kota Irak tanpa ampun dan belas kasihan dengan menggunakan rudal-rudal dan senjata yang dilarang secara internasional, pembunuhan puluhan warga sipil Irak dan penghancuran rumah-rumah warga yang terjadi setiap hari yang dilakukan pasukan agresor Amerika, itu semua adalah kejahatan yang mencerminkan penerimaan Amerika atas tawaran Israel tersebut. Dan apa yang terjadi di Irak sangat mirip dengan kejahatan para pasukan penjagal Ariel Sharon terhadap orang-orang Palestina. Sejarah dunia modern belum pernah mengenal praktek terorisme baik secara sembunyi maupun terang-terangan seperti yang dilakukan “Israel” ini. Dan negera-negara dunia menghadapi trorisme ini dengan sikap menonton layaknya para penggembira (supporter) tanpa gerakan dan kesadaran atau nurani yang membangunkannya atas pembunuhan orang-orang Palestina tak berdosa. Cara Israel dalam menghadapi musuh-musuhnya dengan aksi terorisme bukanlah hal baru. Namun yang aneh adalah kelemahan Arab meski hanya sekadar mengecam atas pembantaian warga Palestina dan pembunuhan para pemimpinnya. Secara telanjang ibokota negara-negara Arab telah menjadi hahl bagi antek-antek Israel yang menyusup dan berbuat kerusakan di tanah mereka. Orang-orang Suriah menyebut kejahatan pembunuhan terhadap Izzuddian Syaikh Khalil sebagai aksi terorisme dan perkembangan yang berbahaya. Seakan-akan mereka mengungkap untuk pertama kalinya praktek terorisme Israel, bahwa pemerintah Israel tengah menggunakan segala factor dan motif illegal yang tidak manusiawi untuk meningkatkan kekerasan terhadap orang-orang Palestina. Aksi kejahatan pembunuhan ini sendiri terjadi dua minggu setelah ancaman Amerika atas Suriah, serta permintaan bantuan menteri luar negeri yang kala itu bertamu ke sejumlah negera Timur Tengah pada minggu sebelumnya, meminta agar Damaskus mengusir para pemimpin lembaga-lembaga Palestina dari Suriah setelah menuduh pemerintah Suriah – dengan penuh kedustaan – memberi izin kepada sebagian pejuang Palestina untuk mengendalikan aksi-aksi kekerasan terhadap Israel dari Suriah. Setelah semua ancaman ini, baik dari Amerika maupun Israel, terhadap Suriah dan para pejuang Palestina yang menjadikan Damaskus sebagai kantor mereka setelah Sharon melarang mereka pulang kembali ke tanah airnya, maka Damaskus harus mengambil sikap sangat waspada dan siaga penuh terhadap wilayah perbatasannya guna mencegah masuknya para mata-mata, para instruktur dan antek-antek yang menjual kewarganegaraan dannurani mereka untuk negera Zionis Israel. Pada tahun 30-an dan 40-an, teroris Israel sebelum berdiri sebagai sebuah negara dan sejak masih sekadar geng-geng mafia, praktek-praktek pembunuhan dan perusakan bukanlah hal baru bagi mereka. Uapaya-upayanya melakukan konspirasi dan menanam bom ranjau bagi kemapanan Arab terkenal di seluruh negara Arab. Israel berinterasi dengan negera-negera Arab dengan perngormatan sangat rendah sekali atas hukum dan supremasi internasional, tanpa peduli dengan moralitas dan etika modern bagi sebuah negara. Percobaan pembunuhan oleh Israel terhadap pejuang Palestina Khaled Misy’al pada akhir 70-an di jantung kota Aman dengan menyuntikan cairan beracun lewat dua orang pentolan intelijen Zionis Israel yang masuk ke Yordania dengan menggunakan passport Kanada masih terlintas nyata di hadapan kita. Sekiratnya bukan kerena kesiagaan penjaga Misy’al yang berhasil menangkap kedua agen Israel, pastilah kejahatan teroris Israel tersebut tidak terungkap. Pemerintah Kanada mengajukan protes atas kejahatan Israel ini dan kala itu pula langsung memutuskan untuk menarik dubes Kanada dari Tel Aviv. Pihak Israel pun mengajukan permohonan maaf secara resmi kepada pemerintah Otawa. Dubes Kanada pun tidak kembali lagi ke Tel Aviv kecuali setelah Israel berjanji agen-agennya tidak akan menggunakan passport Kanada dalam aksi-aksi kejahatan mereka di luar. Dua tahun sebelum aksi kejahatan ini, para agen Mossad Israel melakukan aksi pembunuhan terhadap ahli rudal Kanada Girald Ford setelah ditunggu di pintu apartemennya di Brussel pada tengah malam yang langsung ditembak mati saat itu juga. Kala itu, ahli rudal Kanada ini bekerja sama dengan pemerintah Irak selama masa pemerintahan Sadan Husain untuk mengembangkan jenis Rudal jarak jauh yang dikenal dengan Missil Sober. Dua aksi kejahatan ini menegaskan bahwa sahabat-sahabat Israel sendiri tidaklah aman terhadap aksi-aksi pembunuhan, pembokongan dan pengkhianatan yang dilakukan Israel untuk merealisasikan kepntingan dan tujuan-tujuannya. Dalam menghadapi terorisme Israel ini, negera-negera Arab khususnya yang berhubungan perbatasan dengan Israel harus mengambil langkah-langkah dan sarana-saranaguna mencegah masuknya musuh-musuh ke tanah mereka. Bila kita tidak mampu memerangi Israel dan membalas atas kejahatannya karena kelebihan yang mereka miliki, berupa persenjataan modern dari Amerika, paling tidak menunaikan kewajiban kita menjaga front dalam negeri kita saja dari warga yang beroposisi secara politik terhadap institusi pemerintah bahkan dari musuh-musuh dan mata-mata yang menginjak-injak kehormatan dan supremasi kita. (seto) *) Tulisan ini pernah dimuat di harian al Ahram edisi 12 Oktober 2004.
Posted on: Mon, 21 Oct 2013 02:51:39 +0000

Trending Topics



argin-left:0px; min-height:30px;"> ,.,bu kadarına dayanamayacaksınız ,.,.akp +pkk+usa beraberce
Boko Haram: Don’t label Muslims as criminals —Sultan The
A WOMANS TEAR Why Women Cry
RGU:Union is looking for a student engagement officer. This is a
div>
Fight Amp has played less shows in 2014 than any other year since

Recently Viewed Topics




© 2015