::Tips Nulis:: MEMBANGUN NARASI (BAG 4.) Oleh Afifah - TopicsExpress



          

::Tips Nulis:: MEMBANGUN NARASI (BAG 4.) Oleh Afifah Afra _______________________________ LATAR Baik, kemarin saya sudah sedikit membahas soal penokohan. Iya, cuma ‘sedikit’, soalnya jika ingin lebih detilnya, sebaiknya Anda langsung bergabung di FLP terdekat, ops! Biar sedikit ‘nyambung’, kembali saya ingatkan tentang rumus alur versi Novakovich ya. Kata beliau, Alur = Tokoh + Setting. Jika kemarin sudah membahas tentang tokoh, sekarang saya akan bahas soal setting. Kenapa di subjudul saya sebuat LATAR? Masalahnya Sahabat, ternyata setelah saya klik di KBBI Online, kata SETTING belum masuk. Jika kita konsekuen dengan bahasa Indonesia, mari kita gunakan saja kata LATAR, okay? Jika kemarin saya masih menggunakan setting, kan jelas alasannya, saya baru-baru saja mengecek di KBBI Online, hehe. Si tokoh, baik protagonis maupun antagonis, tentu mendiami sebuah tempat, waktu, kondisi sosial budaya dan berbagai varian latar lainnya. Itulah yang sering disebut sebagai LATAR. Dalam KBBI, Latar dimaknai sebagai keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra. Beberapa tokoh, misalnya Kenney (1966) menjelaskan bahwa latar adalah elemen fiksi yang menunjukkan di mana dan kapan terjadi peristiwa. Sebagaimana kita tahu, pada sebuah latar, pasti terdapat dinamika yang beraneka ragam. Kultur yang ada, kondisi alam, berjalannya waktu, dan semua varian latar itu menciptakan ‘konsekuensi-konsekuensi’ tersendiri bagi tokoh yang mendiaminya. Bahkan, bisa jadi latar itu ternyata berpengaruh besar terhadap ‘kehidupan’ si tokoh. Oleh karenanya, latar menyumbang ‘bahan baku’ dalam penyusunan alur secara signifikan. Interaksi antar tokoh dengan setting, akan menghidupkan konflik. Bahkan, dalam beberapa cerita, ada para penulis yang dengan ‘berani’ membuat konflik, benar-benar tokoh vs setting belaka. Tak ada tokoh vs tokoh. Yang paling terkenal adalah Cast Away, film yang dibintangi oleh Tom Hanks. Film ini menceritakan seorang karyawan yang terdampar di pulau yang sepi setelah melakukan penerbangan di Pasifik bagian selatan. Berbagai konflik ‘melawan’ setting, dihadapi seorang diri. Sebagaimana tokoh, kedetailan alur juga akan ‘memperindah’ dan dalam kasus tertentu, menjadi punggung dari alur itu sendiri. Penggarapan alur yang baik, akan berefek pada kualitas konflik. Karena konflik adalah intisari dari sebuah cerita, berarti hal itu juga akan memberi sumbangan besar terhadap kualitas cerita itu sendiri. Maka, tak heran jika untuk mendapatkan latar yang benar-benar kuat, beberapa penulis melakukan riset secara kuat. Salah satu contoh penulis yang risetnya kuat adalah Camilla Gibs. Untuk membuat novel Sweetness in The Belly, Camilla Gibs yang juga P.Hd ilmu sosiologi dari Harvard University, selama 2 tahun menetap di Ethiopia, tinggal bersama Kaum Sufi Harary, yang memang menjadi latar dari novel tersebut. Jadi, Anda bisa bayangkan, bagaimana kualitas sebuah novel yang risetnya hanya sekadar googling, apalagi kopi paste di Wikipedia. Mungkin untuk bisa total melakukan riset, kita akan kesulitan jika mengikuti apa yang telah dilakukan Gibs. Melakukan studi pustaka dengan memadai, mencari buku-buku yang benar-benar bagus, membaca secara mendalam, wawancara dengan para ahli, akan membantu kita mendapatkan serangkaian latar yang ‘membumi.’ BERSAMBUNG
Posted on: Thu, 19 Sep 2013 02:53:52 +0000

Trending Topics



criminal. First, no one wants to
SHED LiTtLe T was just iced by Carlos, who has whacked a total of
Someone said life is what happens while we waiting around for
Econscious EC3052 Ladies Short Sleeve T Shirt. Black Friday Cyber
Prophecy 43, Part 1 I AM GOD THE POTTER YOU ARE MY CLAY! MY
A couple was wedded in front of the Kwan Dai Temple at the
Permission to sound stupid Nigeria is the worst country in the
My Apologies for being away so Long my Internet has been down but

Recently Viewed Topics




© 2015