YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ! Makna cinta Cinta Dan Rahmat - TopicsExpress



          

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ! Makna cinta Cinta Dan Rahmat Allah 1.) Layak mendapatkan cinta-Ku bagi orang yang saling mencintai karena-Ku. Orang yang saling mencintai karena-Ku(di hari kiamat) akan ditempatkan di menara dari cahaya, tempat yang diingini oleh para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada (Shahih jami) 2.) sesungguhnyha Alloh ta’ala berfirman pada hari kiamat: Mana orang yang saling mencintai karena kebesaran Ku, hari ini Aku akan menaungi mereka pada saat tidak ada naungan selain naungan-Ku (HR muslim) 3.) Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman maka cintailah seseorang hanya karena Alloh (HR Muslim) 4.) Abu hamzah , anas bin malik ra. menerangkan bahwa rasulullah saw bersabda, “tidak sempurna iman seseorang diantara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (HR bukhari dan muslim) Rahmat Alloh 1. Dari umar bin khathab ra ia berkata ; beberapa orang tawanan dihadapkan kepada rasulullah saw , tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung mencari anaknya, setiap ia melihat anak kecil dalam rombongan tawanan itu diangkatn dan disusuinya. Kemudian rasulullah saw bertanya; Apakah kamu berpendapat bahwa perempuan ini akan melemparkan anaknya ke dalam api ? Kami menjawab; Demi Alloh tidak; beliau bersabda; Alloh lebih sayang kepada hamba-Nya melebihi sayangnya perempuan itu kepada anaknya (Hr Bukhari dan muslim) 2. Dari abu hurairah ra. ia berkata ; rasulullah saw bersabda; tatkala Alloh menciptakan makhluk, ia menulis pada suatu kitab,, kitab itu berada di sisiNya di atas “Arasy, bertuliskan ; Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku (Hr Bukhari dan muslim) 3. Dari Abu hurairah ra. ia berkata ; saya mendengar rasulullah saw bersabda; Alloh telah menjadikan rahmat itu seratus bagian. sembilan puluh sembilan ditahan disis- Nya, satu bagian Ia turunkan ke bumi, dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi sampai binatang itu mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya; Dalam riwayat lain dikatakan rasulullah saw bersabda; sesungguhnya Allah mempunyai seratu rahmat dan ia menurunkan satu di antaranya itu untuk jin, manusia binatang dan serangga. dengan satu rahmat itulah mereka saling menyayangi dan dengan satu rahmat itulah binatang buas mempunya rasa kasih sayang terhadap anaknya. Adapun rahmat yang sembilan puluh sembilan . Alloh menyimpannya untuk diberikan pada hari kiamat, sebagai rasa sayang terhadap hamba-hambaNya (Hr Bukhari dan muslim) Dalam perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, ‘Ilm, ‘Ishq, Wujud, Shuhud. ‘Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. ‘Ishq adalah cinta, tahap kecerdasan berikutnya menuju manifestasi; karena itu kecerdasan dan cinta sama unsurnya. Benda-benda seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali suatu persepsi kecil tentang cinta yang ada di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi di antara hewan dan burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka dapat menunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta dalam aspek apapun. Kata cinta, dalam bahasa Inggris ‘love’, dalam bahasa Sanskrit ‘Lobh’, berarti keinginan, hasrat. Cinta adalah hasrat untuk menyadari sesuatu yang dicintai. Karena itu, Shuhud, realisasi cinta, merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa. Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan sebutan: kehendak, keinginan, hasrat, kebaikan, suka, dan lain-lain. Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu, pada saatnya akan membuat sesuatu itu mengungkapkan rahasianya, sehingga manusia dapat mengetahui bagaimana cara mengembangkan, mengendalikan, dan memanfaatkannya. Tak seorang pun dapat mengetahui seseorang, sebesar apapun keinginannya untuk tahu, kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca mata? Karena itulah kita mengagumi semua yang kita cintai, dan kita buta terhadap kebaikan orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata kita tak dapat melihat kebaikan mereka. Seseorang atau sesuatu yang kita cintai mungkin mempunyai keburukan pula, tetapi karena cinta melihat keindahan, kita hanya melihat kebaikan itu. Kecerdasan sendiri dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta. Ketika cahaya cinta telah dinyalakan, hati menjadi transparan, hingga kecerdasan jiwa dapat melihat melaluinya. Namun sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya untuk mengalami hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan. Seluruh alam semesta diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya. Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari cinta kita sejauh yang disadari oleh tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih banyak merasakan cinta dan perhatian! Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota keluarga. Anjing Nabi Yusuf telah memberi makan kepada tuannya ketika beliau berada di dalam sumur sampai beliau ditemukan oleh orang yang berjalan melalui tempat itu. Dikisahkan, kuda seorang Arab yang tewas di medan perang tetap menungguinya selama tiga hari, menjaga mayatnya dari burung pemakan bangkai, sampai ia ditemukan kawannya. Tetapi manusia, yang memiliki kecerdasan terbanyak, memiliki cinta terbanyak secara alamiah. Semua ini menunjukkan bahwa ciptaan telah berevolusi dari mineral ke tumbuh-tumbuhan, dari tumbuh-tumbuhan menjadi kehidupan hewan, dan dari hewan ke manusia, berupa perkembangan cinta secara bertahap. Para Sufi berkata bahwa alasan penciptaan adalah karena Yang Mahasempurna ingin mengetahui diri-Nya, dan melakukannya dengan membangkitkan cinta dari sifat-Nya dan membuatnya menjadi obyek cinta, yang merupakan keindahan. Dengan makna ini, para darwis saling menghormati satu sama lain dengan berkata, “Ishq Allah, Ma’bud Allah” — ‘Allah adalah cinta dan Allah adalah [kekasih] yang dicintai.’ Seorang penyair Hindustan berkata, “Hasrat untuk melihat kekasih membawaku ke dunia, dan hasrat yang sama untuk melihat kekasih membawaku ke surga.” Karena cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan, maka, bila manusia tahu bagaimana cara memberikannya kepada dunia di sekelilingnya sebagai simpati, sebagai kebaikan, pelayanan, ia memberi kepada semuanya makanan kepada setiap jiwa yang lapar. Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan pasti. Cinta selalu dapat dikenal di dalam gagasan, ucapan, dan perbuatan orang yang mencintai, karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan kehalusan. Hati yang terbakar oleh api cinta cenderung untuk melelehkan setiap hati yang dijumpainya. Cinta menghasilkan pesona pada pecinta sehingga sementara ia mencintai seseorang, semua mencintai pecinta itu. Magnetisme cinta dijelaskan oleh seorang penyair Hindustan: “Mengapa tidak semua hati dilelehkan menjadi tetesan-tetesan oleh api yang dipelihara hatiku sepanjang hidupku? Karena sepanjang hidup aku meneteskan air mata derita karena cinta, pecinta berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata.” Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, “Aku akan membuatmu menjadi pemancing manusia.” Jalaluddin Rumi berkata: “Setiap orang tertarik kepadaku, untuk menjadi sahabatku, tapi tak seorang pun tahu apa di dalam hatiku yang menariknya.” Cinta itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak penting, dalam suatu cara cenderung ke arah cinta; karena itu tak seorang pun di dunia yang dapat disebut sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba di dunia, orang berperan dalam semua kualitas tanpa cinta. Andai tidak, kita pasti sudah pahit, cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang dan memeluk kita. Mencintai, memuja seseorang yang berhubungan dengan kita baik dalam hal kelahiran, ras, kepercayaan atau hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti magnet, kadangkadang kita melihat seseorang dan merasa, “Mungkin aku telah mengenalnya.” Kadang-kadang kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling mengenal. Semua ini berkaitan dengan ‘pasangan jiwa’. Hati yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada berbagai macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal perlu lebih banyak waktu dan lebih banyak api cinta untuk memanaskannya, setelah panas ia akan meleleh dan dapat dibentuk menurut kehendak ketika itu, namun kemudian menjadi dingin kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh ketika bersentuhan dengan api, dan bila mempunyai sumbu ideal, ia akan mempertahankan api itu hingga lilin habis terbakar. Ketiga, hati dari kertas yang dapat menyala dengan cepat ketika bersentuhan dengan api dan berubah menjadi abu dalam sekejap. Cinta itu seperti api. Nyalanya adalah pengorbanan, apinya adalah kearifan, asapnya adalah keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang muncul dari pengorbanan. Bila api cinta menghasilkan nyala, ia menerangi jalan, dan semua kegelapan lenyap. Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi, dan bila bekerja di dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah yang paling emosional, dan yang paling emosional adalah yang paling bernafsu, sesuai dengan dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api, nyala api, dan asap. Cinta adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh. Cinta pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan. Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat surgawi; dan bila demi nafsu, ia bersifat duniawi. Bila cukup murni, cinta ini tentu dapat menghilangkan gagasan tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan bagi anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta kepada anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta, tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia menjadi orang-orang pilihan Allah. Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula terpusat pada diri sendiri. Muhammad s.a.w. ditanya seseorang, “Cinta siapa yang lebih besar, cinta anak-anak kepada orang tua mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?” Beliau menjawab, “Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu hari orang tuanya akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua mereka.” Orang itu bertanya, “Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?” Nabi menjawab, “Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena surga terletak di bawah kakinya.” Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal. Alkisah, Shirvan Bhagat adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya yang sangat tua, hingga tak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada pelayanan anak lelaki satu-satunya. Shirvan begitu berbakti kepada mereka hingga ia mengorbankan kebebasan dan kesenangan hidup agar dapat melayani mereka. Dengan lembut ia memenuhi setiap panggilan mereka, dan dengan sabar menghadapi semua kesulitan yang berkaitan dengan ketuaan mereka. Suatu hari, orang tua itu berkata bahwa mereka sangat ingin berziarah ke Kashi. Anak yang saleh itu seketika menyetujui kehendak mereka, dan karena pada saat itu belum ada kendaraan, mereka pergi berjalan kaki. Ia membuat keranjang, memasukkan orang tuanya ke dalamnya, mengangkutnya dengan punggungnya, dan menempuh perjalanan ribuan mil melalui hutan, pegunungan, dan sungai-sungai. Ia menempuh perjalanan itu berbulan-bulan, tetapi sebelum sampai, nasib malang menimpa. Atas perintah orang tuanya, Shirvan meletakkan keranjangnya di tanah dan pergi untuk mengambil air. Ketika berada di dekat sungai, ia terkena panah Raja Destaratha, yang sebenarnya diarahkan kepada seekor kijang. Mendengar teriakan manusia, Raja itu datang kepadanya, dan menangis sejadi-jadinya. Ia berkata, “Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untukmu?” Shirvan berkata, “Aku sedang sekarat. Aku hanya punya satu keinginan, yaitu memberi air kepada orang tuaku; mereka haus karena terik matahari.” “Hanya itu? Aku akan melakukannya dengan senang hati sebagai tugas pertamaku.” Shirvan berkata, “Bila tuan ingin melakukan yang lain, maka rawatlah mereka dan pastikan bahwa mereka dibawa ke Kashi, meskipun aku ragu apakah mereka akan hidup lebih lama setelah aku pergi.” Raja itu pergi, membawa air di tangannya dan memberikannya kepada orang tua itu tanpa mengucapkan sepatah kata, khawatir mereka tidak akan mau minum bila mendengar suara orang asing. Orang tua itu berkata, “Hai anakku, sepanjang hidup, kami tak pernah melihatmu sedih. Ini adalah pertama kali engkau memberi kami air tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu memberi kami hidup baru.” Raja Destaratha menangis, dan menceritakan kematian Shirvan. Mendengar itu, mereka tak dapat lagi hidup untuk menikmati air itu. Mereka hanya hidup karena anak mereka, mereka menarik napas dalam, berkata “Oh, anakku Shirvan”, dan meninggal. Kisah di atas menjadi tradisi di India, dan ada pengikut dari tradisi itu yang membawa keranjang di pundaknya ke mana-mana, mengajarkan kebaktian dan pelayanan kepada orang tua. Bila cinta dipusatkan pada satu obyek, ia adalah cinta. Bila diarahkan ke beberapa obyek, ia disebut kasih. Bila seperti kabut, ia disebut nafsu. Bila cenderung kepada moral, ia adalah kebaktian. Bila diperuntukkan bagi Allah, Yang Mahaberada dan Mahaperkasa, yang merupakan Keberadaan Total, ia disebut cinta ilahi, pecinta itu disebut suci. Tiada daya yang lebih besar daripada cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam hati. Orang berkata, “Ia berhati lembut, ia lemah,” tetapi banyak orang yang tidak tahu kekuatan apa yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seorang serdadu bertempur di medan perang demi cinta kepada rakyatnya. Setiap pekerjaan yang dilakukan dalam cinta, dilakukan dengan seluruh daya dan kekuatan. Khawatir dan alasan, yang membatasi daya, tak mampu melawan cinta. Seekor induk ayam, meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk melindungi anak-anaknya. Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai. Daya cinta menyelesaikan semua urusan dalam hidup sebagaimana daya dinamit yang mengalahkan dunia. Dinamit membakar segala sesuatu, demikian pula cinta: bila terlalu kuat ia menjadi roda pemusnah, dan segalanya menjadi salah dalam hidup pecinta. Itulah misteri yang menjadi penyebab penderitaan hidup seorang pecinta. Namun, pecinta itu mengambil manfaat dalam kedua kasus. Bila ia menguasai keadaan, ia seorang penguasa (master). Bila ia kehilangan semuanya, ia orang suci. Cinta mengatasi [berada di atas] hukum, dan hukum berada di bawah cinta. Keduanya tak dapat dibandingkan. Yang satu dari langit, yang satu dari bumi. Bila cinta mati, hukum mulai hidup. Maka, hukum tak pernah menemukan tempat bagi cinta, demikian pula cinta tak dapat membatasi diri dengan hukum; hukum itu terbatas, dan cinta itu tak berbatas. Seseorang tak dapat memberi alasan mengapa ia mencintai orang tertentu, karena tiada alasan bagi segalanya kecuali cinta. Waktu dan ruang berada di dalam genggaman cinta. Perjalanan ribuan kilometer terasa hanya beberapa meter dalam kehadiran orang yang dicintai, dan beberapa meter terasa ribuan kilometer tanpa kehadirannya. Satu hari berpisah dalam cinta sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun bersama kekasih terasa hanya sehari. Bila ada pengaruh yang melindungi di dunia ini, itu tak lain dari cinta. Dalam segala aspek kehidupan, ke mana pun kita mencari perlindungan, motifnya selalu cinta. Tak seorang pun dapat mempercayai suatu perlindungan, betapa pun besarnya, kecuali perlindungan yang diberikan oleh cinta. Kalau seorang raksasa menakuti seorang anak kecil, anak itu akan berkata, “Aku akan katakan kepada ibuku.” Daya kekuatan manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan perlindungan cinta yang diberikan ibu kepada anaknya. Cinta dapat menyembuhkan lebih dari apa pun di dunia. Tak ada sesuatu seperti sentuhan seorang ibu ketika anaknya menderita sakit. Tak ada penyembuh yang lebih baik daripada kehadiran orang yang dikasihi bila seorang pecinta sakit. Bahkan anjing dan kucing pun disembuhkan dengan sedikit sentuhan cinta. Untuk membaca pikiran, untuk mengirimkan dan menerima pesan telepati, orang mencoba proses-proses fisik dengan sia-sia. Andai mereka tahu bahwa rahasia semua itu berada di dalam cinta! Seorang pecinta mengetahui semuanya: kesenangan, kesedihan, pikiran dan imajinasi orang yang dicintainya. Tiada ruang atau waktu yang menghalanginya, karena arus telepati secara alami terjadi antara pecinta dan kekasihnya. Imajinasi, pikiran, mimpi dan visi seorang pecinta, semuanya mengungkapkan segala sesuatu tentang obyek yang dicintainya. Meditasi, yang merupakan rahasia setiap pencapaian dalam hidup, dan faktor terpenting dalam semua aspek hidup, terutama dalam jalur agama dan mistisisme, merupakan bal yang alami dalam cinta. Orang tanpa cinta akan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam jalur ini, dan akan selalu gagal untuk memusatkan pikiran mereka pada satu obyek. Tetapi cinta memaksa pecinta, menahan visi tentang kekasihnya di depan pandangannya. Maka pecinta tak perlu berkonsentrasi dalam pikirannya. Cintanya sendiri adalah konsentrasi yang memberinya penguasaan atas semua hal di dunia. Pecinta itu mencapai cintanya dan daya konsentrasi sekaligus. Bila ia tak mencapai obyeknya, maka ia terangkat ke atasnya. Dalam kedua kasus, pecinta itu memperoleh upahnya. Seseorang bertanya kepada Hazrat Syaikh Abul Hasan as Syadzili, dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah yang disebut minuman Cinta? 2. Apa gelas piala Cinta? 3. Siapa sang peminum? 4. Apakah rasa minumannya? 5. Siapakan para peminum sejati? 6. Apakah rasa segar minuman? 7. Apakah yang disebut mabuk Cinta? 8. Apa pula sadar dari mabuk itu? Hazrat Syaikh Abul Hasan as Syadzili menjawab : Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih. Gelas pialanya adalah kelembutan yang menghubungkan ke bibir-bibir hati.Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung kepada orang-orang istemewa seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang saleh. Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya. Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa. Rasa minuman adalah rasa dibalik orang yang terdendam rindunya ketika hijab diturunkan. Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta itu, sejam dua jam. Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai ke urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik minuman yang melimpah itu. Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya. Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan, di hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih berganti, lalu kembali pada dzikir dan ketaatan, tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan berbagai ragam kadar yang ada, itulah yang disebut sebagai waktu sadar cinta, ketika pandangannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertambah. Mereka berada di bintang-bintang pengetahuan, berada di rembulan Tauhid, untuk menjadi petunjuk ketika malam menjadi gulita. Mereka dengan matahari ma’rifat, mencerahi padang harinya. Mereka itulah yang disebut Hizbullah (Pasukan-pasukan Allah) dan ingatlah bahwa Hizbullah itulah yang menang.” (Al-Mujadilah: 22) Hazrat Maulana Syaikh Abdul Qadir al Jilani Anak-anak muridku sekalian…. Ingatlah, sebelum diingatkan, tanpa anda harus diperintah anda mendekat kepada Allah. Bergaullah dengan kalangan ahli agama, karena mereka adalah manusia paling berakal dan mengerti siapa yang paling taat kepada Allah dan siapa paling maksiat padaNya.Nabi saw, bersabda, “Beruntunglah anda…” Artinya anda sangat butuh kepadaNya dan anda cukup bersamaNya. Bila anda bersama Ahlud Din, dan anda mencintainya anda akan merasa cukup, dan hati anda akan lari dari kemunafikan. Karena kaum munafik sesungguhnya hanya suka pamer, tidak ada yang diterima amalnya. Allah tidak menerima bentuk amal anda, rupa amal anda, tetapi Allah menerima apa yang ada dibalik amal anda, hati anda. Jika anda melawan hawa nafsu anda, setan anda, duniawi anda dalam amaliyah anda, Allah akan menerima anda. Berbuatlah kebaikan, Allah akan menerima dari sisi jiwanya. Dan jangan melihat amaliyah anda sedikit pun, karena Allah tidak akan menerimanya kecuali amaliyah itu hanya untukNya, demi WajahNya, bukan untuk wajah makhluk.Celaka anda ini! Anda berbuat baik demi makhluk, tetapi ingin diterima oleh Allah Azza wajalla. Ini sebuah penipuan dari diri sendiri. Tinggalkan kerakusan anda, kesombongan anda, kesenang-senangan anda. Anda harus prihatin, jangan bersenang-senang, sebab anda berada di alam keprihatinan dalam penjara dunia.Nabi Saw senanatiasa bertafakkur, tidak banyak gembiranya, banyak prihatinnya, tidak banyak tertawanya kecuali hanya tersenyum, hanya untuk menyenangkan lainnya. Hati Nabi penuh kerpihatinan dan kesibukan bersama Allah. Jika saja bukan karena para sahabat dan perkara dunia ini, Nabi saw, tak akan pernah keluar dari rumahnya dan tak pernah duduk dengan siapapun.Wahai anak muridku. Jika Khalwat anda benar bersama Allah Azza wa-Jalla Sirrmu akan cemerlang dan hatimu akan jernih. Pandangan anda akan penuh pelajaran. Hati anda akan penuh dengan tafakkur, ruh anda akan membubung menuju Allah Azza wa-Jall, wushul kepadaNya.Memikirkan dunia justru menyiksa dan menghijab. Sedangkan tafakkur tehadap akhirat membuahkan pengetahuan dan menghidupkan hati. Allah tidak memberikan anugerah bagi orang yang tafakkur kecuali pengetahuan mengenai dunia akhirat. Wah! Anda telah menelantarkan hati anda di dunia, sedangkan Allah Azza wa-Jall, telah memberikan segalanya untuk anda. Allah telah menentukan waktu setiap hari bagi anda, dan Allah telah terus menerus melimpahkan rizki pada anda, baik anda mencarinya atau tidak. Ambisi dan kerakusan anda telah membuat anda hina di depan Allah maupun di depan makhluk. Dengan iman yang kurang anda lalu mencari rizki, padahal ketika iman anda bertambah anda tidak perlu mencarinya. Bahkan dengan keparipurnaan dan kesempurnaan iman, anda cukup istirahat dari dunia. Anak muridku, anda jangan mencampur adukkan hal yang serius dengan guyonan. Jika hati anda belum mampu teguh, bagaimana anda bersama khalayak untuk anda baurkan bersama Khaliq, sedang anda berhati ganda dengan dunia? Bagaimana anda bersama Allah? Bagaimana anda bisa mencampuradukkan yang lahir dan yang batin? Yang tak masuk akal dan yang masuk akal, hal-hal yang ada di sisi makhluk dan Khaliq? Betapa bodohnya orang yang melalaikan Khaliq dan sibuk dengan makhluk, berteguh dengan yang duniawi dan alpa pada Allah? Melupakan yang abadi dan bergembira dengan yang fana?Anda bersahabat dengan orang-orang bodoh lalu mereka menularkan kebodohannya pada anda. Sebab, bergaul dengan orang tolol berarti meraih kesia-siaan. Bergaullah dengan orang mukmin yang yakin, yang mengamalkan ilmunya. Karena orang beriman seperti ini, betapa baiknya mereka, betapa kuatnya perjuangan mereka dalam melawan hawa nafsunya. Dalam konteks inilah Rasulullah saw, bersabda: “Kegembiraan orang berimaan pada wajahnya, prihatinnya ada dalam qalbunya.” Itulah kekuatan si mukmin ini, hingga mampu mengekspresikan kegembiraan di hadapan para makhluk, sementara ia mampu menyembunyikan keprihatinannya, antara dirinya dengan Allah Ta’ala. Sepanjang hidupnya ada keprihatinan, banyak merenungnya, banyak menangisnya pada Allah, sedikit tertawanya, dan itulah Nabi saw, bersabda: “Tak ada kegembiraan bagi orang mu’min kecuali bertemu Allah Azza wa-Jalla.” Orang beriman menutupi keprihatinannya dengan kegembiraannya. Fisiknya bekerja di dunia, batinnya bersama Allah Ta’ala. Fisiknya untuk keluarganya, batinnya untuk Tuhannya Azza wa-Jalla. Ia tak pernah mengumbar keprihatinan jiwanya kepada keluarganya, isteri dan anaknya, tetangga-tetangganya, bahkan kepada siapa saja dari khalayak makhlukNya, karena ia mendengarkan ucapan Nabi SAW. : “Raihlah pertolongan atas persoalan kalian semua melalui cara merahasiakan (masalah)”. Ia senantiasa menyembunyikan apa yang ada di dalam batinnya. Seandainya saja ada yang keceplosan, itu pun tetap ia ungkapkan dengan metafor, lalu ia tutupi, dan ia mohon maaf atas apa yang terungkap. Anak-anak muridku…. Jadikan diriku sebagai cerminmu. Jadikan diriku sebagai cermin hati dan rahasia batinmu, sebagai cermin amaliahmu! Kemarilah mendekat kepadaku, anda akan melihat apa yang ada di dalam dirimu, sesuatu yang tidak bisa anda lihat ketika kalian jauh dariku. Jika anda punya hajat seputar agamamu, anda harus dekat denganku, karena aku tidak akan pernah menyembunyikan agama Allah Azza wa-Jalla. Tak ada yang harus malu menyangkut agama Allah Azza wa Jalla. Karena anda selama ini berada dalam pelukan kemunafikan. Tinggalkan duniamu yang ada di rumahmu, mendekatlah kepadaku. Karena saya berdiri di pintu gerbang akhirat. Bersamalah denganku dan dengarkan kata-kataku, dan amalkanlah sebelum maut menjemputmu. Masalahnya bagaimana membangun rasa takut kepada Allah. Bila kalian tidak punya rasa takut padaNya, kalian tidak aman di dunia dan di akhirat. Sedangkan rasa Cinta dan Takut itu datang dari Allah juga untuk anda yaitu mengenalNya dengan sesungguhnya. Karena itu Dia berfirman:“Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya adalah para Ulama’”Tak ada yang takut penuh cinta kecuali para Ulama yang mengamalkan ilmunya, yang mengamalkannya dan memang mengetahuinya. Bahkan mereka tidak meminta balasan dari Tuhannya, kecuali hanya ingin WajahNya dan mendekatiNya, hanya ingin CintaNya, bersih dari hijab dan rentangan jarak. Mereka tidak ingin pintuNya tertutup bagi mereka, dunia hingga akhirat, bahkan tidak ingin tertutup ketika ada pada selainNya. Dunia bagi suatu kaum, dan akhirat juga bagi suatu kaum. Allah Ta’ala juga bagi suatu kaum, yaitu kaum yang keyakini imannya, yang ma’rifat dan mencintaiNya, yang bertaqwa dan khusyu’ kepadaNya, yang senantiasa prihatin hanya demi Dia. Suatu kaum yang yang takut penuh cinta kepadaNya, walau mata fisiknya tak memandangNya, tetapi hatinya selalu memandangNya. Bagaimana tidak takut setiap saat Allah mengurus semuanya, merubah dan mengganti, menolong dan menghinakan ini dan itu, menghidupkan ini dan mematikan itu.“Allah tidak ditanya apa yang Dia lakukan, tetapi merekalah yang akan ditanya (apa yang mereka lakukan)”. Ya Tuhan, dekatkan diri kami padaMu, dan janganlah Engkau jauhkan diri kami dariMu. Dan berikanlah kami kebajikan dunia dan kebajikan Akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka. Syaikh Ahmad ibn Atha’ilah as Sakandari “Manakala makhluk Allah membuatmu merasa gentar maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah hendak membukakan pintu kemesraan denganNya kepadamu”. Kemesraan Ilahiyah terkadang muncul ketika seseorang menghadapi kegentaran dengan sesama makhluk yang membuatnya lari kepada Allah, dengan menggantungkan masalahnya kepada Allah Ta’ala dan pada saat rasa butuhnya begitu menguat maka ia dapatkan kemesraan kepada Allah secara total. Al-Qadhy Abdurrahim al-Qusyairy ra, mengatakan: “Kemesraan adalah kegembiraan rahasia jiwa, tanpa terlibatnya hati dalam urusan makhluk. Kemesraan adalah kehidupan hati dengan kemuliaan qurb (kedekatan). Kemesraan adalah sejuknya kehidupan dengan keleburan kedekatan padaNya. Kemesraaan adalah ekstase pada Sang Kekasih dengan tanpa mengintaiNya. Kemesraan di bawah wushul dan di atas angan.” Diantara Jalan Kemesraan adalah rasa mencekam yang muncul akibat interaksi dengan sesama makhluk yang menimbulkan berbagai masalah dalam hidupnya, sehingga hamba lari dari makhluk menuju Allah Ta’ala. Wujud pelariannya bukannya ia anti terhadap makhluk, tetapi hatinya sama sekali tidak berkait dengan mereka, hanya kepada Allah Azza wa-Jalla. Terkadang manusia enggan melepaskan bebannya dalam jiwanya, dengan berbagai alasan keluhan, rasa jengkel, rasa dendam, rasa gelisah, yang sengaja dipeliharanya, padahal Allah menunggu para hambaNya untuk segera datang kepadaNya. Beliau melanjutkan:“Sepanjang (manakala) dirimu mengucapkan keinginan (melalui doa) sesungguhnya Allah hendak memberimu anugerah.” Namun ungkapan itu sebagai wujud dari ubudiyah, berdoa dalam rangka meraih rasa butuh kepada Allah Ta’ala. Doa sebagai pertanda, bahwa anugerah Allah bakal tiba, dimana kehendak anda didahului oleh KehendakNya. Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Rasulullah saw, bersabda: “Siapa yang di izinkan dirinya untuk berdoa kepadaNya, maka pintu-pintu rahmat dibukakan padanya, dan tak ada yang lebih dicintai oleh Allah dari pada memohon kepada Allah ampunan dan kesejahteraan.” Karena itu sebagai hamba harus berdoa, karena berdoa itu pertanda turunnya anugerah. Sekaligus menjaga rasa butuh kita kepada Allah, bukannya memaksa Allah mengikuti selera kita, karena hakikatnya kehendak Allah menurunkan anugerah itu lebih dahulu ketimbang doa kita. Syaikh Hafizh as Syirazi Alih-alih popularitas Hafizh di Timur, informasi terpercaya tentang detil detil kehidupannya kurang lengkap. Para sarjana bahkan tidak sepakat tentang tanggal kelahiran dan kematiannya. Dia mungkin dilahirkan sekitar tahun 1320, dan meninggal sekitar tahun 1388-1389, yang secara kasar sama dengan pujangga besar yang menulis dalam bahasa Inggris, Geoffrey Chaucer. Nama lahirnya adalah Syamsuddin Muhammad. Dia memilih nama Hafizh (“pengingat”) sebagai nama panggilan ketika dia mulai menulis puisi; julukan ini diberikan kepada seseorang yang hafal seluruh isi al-Qur’an, tampaknya dia pun memang demikian. Hafizh lahir di Syiraz, sebuah kota indah di Persia selatan, kota yang selamat dari serangan serangan invasi bangsa Mongol dan Tartar selama periode sejarah yang keras dan rusuh. Dia menghabiskan hampir seluruh hidupnya di kota taman yang berbudaya ini. Kehidupan awal semua tertoreh dalam benak untuk menolong dan mengajarkan sang darwis Dalam tari, romansa dan doa. Hafizh tidak memiliki kehidupan yang mudah atau menyenangkan. Dia adalah anak bungsu dari tiga laki-laki dalam keluarga miskin. Ayahnya penjual batu bara yang meninggal ketika Hafizh berusia belasan tahun. Untuk menyokong keluarga, Hafizh bekerja sebagai pembantu penjual roti pada siang hari dan bersekolah pada malam hari, dengan menggunakan sebagian gajinya untuk membayar biaya sekolah. Selama bertahun tahun, dia menguasai mata pelajaran mata pelajaran dari sebuah pendidikan pertengahan “klasik”: hukum al Qur’an dan teologi, tatabahasa, matematika dan astronomi. Dia juga menguasai kaligrafi, yang selama berabad abad jauh sebelum percetakan ditemukan, merupakan bentuk seni yang sangat tinggi. Kaligrafi Islami aslinya dikembangkan sebagai sebuah seni suci untuk melanggengkan dan mengagungkan alQur’an, pesan Tuhan. Karena seni yang menggunakan ilustrasi gambar dilarang oleh hukum agama, kaligrafi mencapai sebuah tingkatan kehalusan dan nilai ekspresi. Hafizh adalah seorang perancang sketsa yang terampil dan kadang kadang bekerja sebagai seorang penyalin naskah profesional.. Pendidikan awal yang dienyam Hafizh hakikatnya mencakup pujangga pujangga besar Persia: Sa’di asy-Syirazi, Fariduddin Aththar, jalaluddin Rumi dan lain-lain. Puisi adalah seni nasional di Persia, semacam opera di Italia. Bahkan di Iran modern, orang orang pada kelas sosial tertentu mengenal pujangga pujangga besar, berdebat penuh semangat tentang pujangga pujangga favorit mereka dan mengutip mereka secara terus menerus dalam percakapan harian. Di Persia masa abad pertengahan, seni puisi dianggap serius dan dihargai demikian tinggi. Amir amir lokal dan gubernur-gubernur provinsi mempekerjakan pujangga pujangga kerajaan untuk menciptakan syair syair epik yang memuja kebesaran mereka. Ketika sang penguasa sangat terkesan dengan sebuah komposisi, sang pujangga terkadang ditempatkan pada sebuah tempat yang layak dan dihadiahi emas. Pujangga Kerajaan Seorang pujangga adalah seseorang yang mampu menuangkan cahaya ke dalam sendok. Hafizh memiliki sebuah bakat puitis alami. Bahkan ketika masih kecil, dia mampu mengembangkan puisi-puisi tentang apa pun dalam segala bentuk dan gaya. Ketika berusia 20 an, sebagian puisi cintanya mulai menyebar di Syiraz, dan dia segera diundang untuk berpartisipasi dalam perkumpulan puisi di kerajaan. Dia mendapatkan perlindungan dari penguasa baru dan kaum bangsawan. Salah satu penyandang dana baginya mendirikan sebuah perguruan agama dan menawarkan posisi guru kepada Hafizh. Demikianlah, selama usia usia muda, dia mengabdi sebagai pujangga kerajaan dan pengajar di perguruan tinggi. Dia menikah dan setidaknya memiliki satu anak. Mata pencaharian Hafizh tergantung terutama kepada patronase. Setiap orang memang mengagumi kecemerlangan karya sastranya, tetapi puisinya dengan berani mendukung gagasan gagasan yang menerjang bid’ah yang memunculkan banyak musuh di kalangan ortodoks yang memasukkan namanya pada “daftar hitam” ketika mereka memegang tampuk kekuasaan. Secara periodik, dia jatuh dan kehilangan pekerjaan, baik di kerajaan maupun di perguruan tinggi. Dia kadang kadang mampu mempergunakan keahliannya sebagai seorang penyalin naskah untuk menyokong keluarga sampai penghasilannya membaik. Meskipun demikian, setidaknya sekali dia dipaksa untuk meninggalkan Syiraz. Selama beberapa tahun dia tinggal sebagai orang buangan, kerapkali tersungkur dalam kemiskinan yang dahsyat. Akhirnya, sebuah rezim baru yang lebih toleran mengizinkannya untuk kembali ke rumah dan mendapatkan pekerjaannya. Selama periode hidup yang panjang dan tak mapan ini, awalnya anak laki-lakinya meninggal dunia dan kemudian istrinya. Sebagian sarjana menghubungkan banyak sekali syairnya yang terasa menyayat, perpisahan dan kehilangan dengan peristiwa ini. Ketika menginjak usia 60, Hafizh menjadi terkenal sebagai seorang pujangga. Sekelompok murid dan kawan berkumpul di sekitarnya, dan dia melayani mereka sebagai guru dan konsultan sampai kematiannya yang tenang di usia 70. Dia dimakamkan di salah satu tempat favoritnya, di kaki sebuah pohon Cypress yang ditanamnya sendiri di sebuah kebun mawar dekat Syiraz. Selama 500 tahun makamnya, yang dikelilingi kebun mawar, menjadi pusat ziarah dan penyegaran bagi ribuan orang. Meskipun demikian, pada awal abad ke12, makam itu tercerai berai. Kemudian tahun 1925, makamnya dibongkar dan dibentuk dengan struktur bangunan baru oleh pemerintah Persia, selanjutnya kebun mawarnya perlahan lahan dipulihkan. Pengaturan ini diawali dan sebagian didanai oleh seorang tokoh spiritual kontemporer dari India yang mencintai Hafizh, Avatar Meher Baba. Guru dunia modern ini seringkali mengutip kuplet kuplet Hafizh untuk mengilustrasikan diskusi diskusinya sendiri tentang prinsip prinsip spiritual. Meher Baba menjelaskan bahwa puisi cinta Hafizh mengandung semua rahasia jalan spiritual karena masalah pokok spiritualitas adalah Cinta. Puisi Hafizh Selembar Undangan Ilahi Engkau telah diundang untuk menemui Sang Sahabat. Tak seorang pun mampu menolak Undangan Ilahi. Hanya dua pilihan tersisa untuk kita sekarang: Kita penuhi undangan Tuhan, bergegas untuk Menari, Atau dibawa di atas usungan menuju bangsal Nya. Engkau Tak Perlu Lagi Berlaku Gila Engkau tak perlu lagi berlaku gila Kita sernua tahu kau begitu pintar memerankannya. Sekarang beristirahatlah, sayangku, Dari semua kerja keras yang engkau lakukan Membawa luka kepada jantung dan mata manismu. Tajamkan matamu pada cermin gunung yang bening Lihatlah sang Pejuang Purba yang Indah itu Lalu tengoklah unsur unsur Ilahi Yang selalu engkau bawa dalam kalbumu Lakukanlah sampai ia mengalirkan Semesta dengan Kehidupan suci Yang telah begitu lama Dan bergabung denganmu Selamanya Bersama segala Wujud bersama Tuhan! Kita Mesti Bicara tentang Masalah Ini Sesosok makhluk cantik hidup dalam liang yang engkau gali. Ketika malam menjelang kusebar buah dan benih Dan kupasang bejana bejana kecil anggur dan susu Di samping gundukan tanahmu yang lembut, Dan aku seringkali berkidung. Tetapi masih saja, duhai sayangku, Engkau tidak menampakkan diri. Aku telah jatuh cinta pada seseorang yang sembunyi di relung dirimu. Kita mesti bicara tentang masalah ini Kalau tidak,tak ‘kan kutinggalkan engkau sendiri Imajiku yang Cemerlang Suatu hari mengakulah matahari, aku hanyalah sebuah bayang. Kuharap aku bisa menunjukkanmu Cahaya Pijar yang Tak Berbatas Yang telah memerangkap imajiku yang cemerlang! Kuharap aku mampu menunjukkanmu, Ketika kau kesepian atau dalam kegelapan, Cahaya yang MenakjubkanWujudmu sendiri!
Posted on: Wed, 11 Sep 2013 03:17:54 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015