chelsea tertawa geli mendengar ucapan cindai. Cindai orangnya - TopicsExpress



          

chelsea tertawa geli mendengar ucapan cindai. Cindai orangnya memang aneh, lucu dan kalau sudah nggak suka banget dengan orang lain ia pasti benar-benar menunjukannya. Seperti tadi, cindai memanggil rafli dengan panggilan raf-raf, sedangkan untuk gilang ia panggil gil-gil mendok. Lucu banget kan si cindai? Ia pun nggak suka sama rafli sma gilang hanya karena mereka berdua adalah sohibnya bagas. Orang yang paling menyebalkan. “Percaya aja deh sama marsha sma angel. Mereka kan juga udah janji untuk tidak dekat-dekat dengan rafli sma gilang ,” ujar chelsea. Tepat saat Chelsea selesai berucap, dua bola matanya menangkap sosokmarsha sma angel yang mulai berjalan menuju ke tempat mereka sekarang. “Nah, benerkan. Lihat tuh, marsha sma angel udah ke sini,” sambung chelsea. cindai melihat ke mulut kantin, memang benar apa yang dibilang chelsea. Marsha dan angel memang tengah berjalan menuju ke tempat ia duduk, bahkan kini marsha melambaikan tangannya ke arah dirinya. cindai pun membalas lambaian tangan itu. Cindai masih menatap ke mulut kantin, tanpa sengaja pandangan matanya jatuh pada seseorang yang nggak mau dia lihat. Orang yang paling nyebelin bagi dirinya. “OMG, kenapa dia lagi,” gumam cindai. Karena merasakan kalau bgaas juga menatap dirinya balik, cindai segera mengubah arah pandangnya dan kembali konsen pada semangkuk baksonya. ******** bagas bersama ketiga sohibnya, yaitu gilang ,rafli,dan difa tengah berjalan menuju kantin. Setelah bermain basket lumayan lama, ada kali sekitar dua puluh menit, rasa lapar menerjang mereka. Selama perjalanan menuju kantin keempatnya tampak asyik bercerita. Dapat terlihat dari tawa mereka. Saat tiba di mulut kantin, alias lorong untuk menuju area kantin. Tanpa sengaja mata bagas menangkan dua bola mata bening yang selama ini selalu memancarkan aura kemarahan yang sangat amat besar terhadap dirinya. Namun sebaliknya, bagas bukannya takut terlebih-lebih lagi merasa cindai sungguh mengerikan, bagas malah tersenyum manis sekali. Tetapi sayangnya, orang yang harusnya menerima senyum itu malah telah memalingkan wajahnya. “Dasar nenek lampir. Tapi elo selalu menggemaskan. Tunggu gue,” gumam bagas. Ia tidak sadar kalau dirinya tidak sendirian saat ini. Tentu saja gumamannya itu mengundang perhatian ketiga sohibnya. “cindai lagi, gas?” tanya gilang dengan alis terangkat sebelah. “Siapa lagi sih, lang yang tiap hari jadi korban jahilnya si Pesek ini. Cewek lain mah kagak ada yang berani menentang bagas,” rafli menjawab dan kemudian ia terkekeh pelan. bagas mengangguk tanda setuju. “Lo bener, raf. cindai emang berbeda. Lo bertiga nanti liat gue ya. New mission. Yang kemaren udah basi,” ujar bagas. “Dasar lo, gass. Ada-ada aja. Anak orang tuh, main asal jahilin aja, lo,” ucap Gilang dan gelang-geleng kepala. “Dia terlalu menarik,gilanag . Apapun reaksinya, dia selalu menggemaskan,” balas bagas dan ia menelusuri memori di kepalanya tentang ekspresi-ekspresi wajah cindai . Difa yang sendari tadi diam karena sibuk memperhatikan sosok lain, tiba-tiba angkat suara. “Gimana ngambil hati cewek galak sih?” bagas, gilang dan rafli langsung melihat ke arah difa . “Maksud lo apaan, dif?” tanya rafli . Belum lagi menjawab, rafli si Sipit langsung menyambar. “Pasti chelsea kan, dif? Sekarang lo udah benci jadi cinta nih?” ledek gilang . “Yeee….emang gue kayak bags sma cindai . Gue mah dari dulu sukanya sama chelsaa. Tapi tuh cewek tomboy, ngeliat gue kayak ngeliat dedemit. Apaan dah,” ujar difa. “Tapi percuma lho. Gue denger dari marsha, kalo kita bertiga minus bagas nggak bisa pacaran sama sahabat-sahabatnya cindai kalau bagas belum minta maaf sama cindai di depan seluruh murid di GNIS ini,” ucap rafli. “Kok lo bisa tahu, raf? Gimana sampai bisa si marsha cerita sama lo?” tanya Agilang yang menangkap kejanggalan. “Ada apa-apanya nih. Pasti,” ucap difa. rafli nyengir kuda. “Gue nembak marsha kemaren, tapi di tolak. Alasannya ya itu. marsha itu orangnya jujur banget. Waktu gue tanya dia suka juga sama gue nggak, dia jawab suka. Tapi dia nggak mau pacaran sama gue, sebelum cindai membolehkan. Alasannya kata marsha, dia nggak mau menghianati cindai soalnya dia udah janji,” jawab rafli l. “Ckckckckckckc…….jadi gitu. Kasihan deh nasib lo bertiga,” ledek bagas. “Ini juga salah lo, kunyuk!” seru difa dan gilang serentak. “Tenang-tenang, lo bertiga lihat aja nanti,” ucap bagas penuh misterius. Kryuukkk……kryuuukkk…….. Tiba-tiba perut di antara mereka berempat ada yang tengah asyik konser. “Siapa tuh? Malu-maluin aja,” seloroh bagas. Dengan tampang tanpa malu sedikit pun difa mengangkat tangannya seperti tersangka maling ayam. “Gue, Bro. lo bertiga sih pake lama. Gue udah laper tau,” ujar difa. “BAGAS KALI,” seru gilang sma rafli bersamaan. “Nggak usah ribut deh, ikut gue,” ujar bagas dan ia segera memasuki area kantin. ******* Seperti yang tidak terduga, ternyata bagas menuju meja yang dihuni oleh cindai dan ketiga sohibnya. Tanpa merasa bersalah apalagi menyadari kalau dia tidak boleh duduk di meja itu terlebih-lebih lagi di samping cindai , bagas malah melakukan hal tersebut. Dengan santainya ia duduk di sebelah cindai.cindai yang notabane-nya duduk paling pinggir deket dinding jadi terkunci. “Hai, cindai sa….yaangg….” sapa bagas dengan nada suara terlalu merdua hingga membuat ketiga sohib cindai ternganga. Yang paling parahnya cindai sendiri. bagaas berhasil membuat gadis itu melotot dan ternganga dalam waktu bersamaan. Difa .rafli .difa melihat tingkah bagas dibuat surprice. bagas memang ajaib. “Boleh kit duduk di sini?” tanya gilang. Pertanyaan gilang berhasil memberikan kembali kesadaran marsha ,angel ,dan chelsea yang tadi tiba-tiba terenggut. “Eh…iya, nggak apa-apa kok,” amgel menjawab. Akhirnya, rafli dan gilang duduk di bangku yang berhadapan denganmarsha dan angel, kecuali difa ia kebagian duduk di sampinga marsha makanya dia manyun abis. difa pun memesan semangkuk mi ayam. “Hei……, ndai. Woi…... cindai nenek sihir mak lampir….” Panggil bagas lagi. Cindai mengerjap-ngerjap. Matanya berkedip-kedip. “Yang ini baru bagas,” batin cindai. “Tadi gue salah dengar,” tambah cindai dalam hati. Untuk memastikan, cindai menatap bagas lekat. “Ngapain lo ngeliat gue gitu banget, nda? Gue berubah kok,ndai. Tambah ganteng,” ujar bagas dan ia menghadiahkan cindai senyum manisnya. Yang teramat manis. Sekarang cindai beneran yakin, ia yakin seyakin-yakinnya. Refleks cindai memukul lengan bags dengan botol Aqua-nya yang masih berisi setengahnya. Lumayan sakit tuh. “ADAAAAWWWW…..” teriak bagas. “Makanya, gas. Ngomong tuh diseleksi dulu. Nyaho lo,” ledek difa. Dari pada jadi obat nyamuk di antara marsha dan Farli , ia lebih memilih melihat pertengkaran bagas dan cindai. Ditambah lagi chelea yang asyik sendiri dengan handphone-nya. “Lo apa-apaan sih, nda. Sakit lebay,” seru bagas. cindai nyengir. “Gue mau mastiin, elo itu beneran bagassinting buron RSJ apa bukan. Habis lo manggil gue gitu,” ujar cindai. Alis bagas naik turun. “Jadi lo masih nggak percaya kalo gue manggil elo, cindai sayang. Bukannya lo memang suka sama gue, ndai? Kemarin elo bilang kan? Gue juga udah nerima elo jadi pacar tersayang gue,” ucap bagas norak dan ia mengerling genit ke cindai. Kali ini cindai benar-benar merinding. “Idih…..gue?? Suka sama elo?? Inget ya bagas Bross jelek, pesek,cungkring, stress dan nyebil kuadrat, gue suka sama lo kalo hidung lo yang tenggelam itu bisa bangkit alias mancung. Dan itu tidak dan nggak akan pernah terjadi,” ujar cindai dan menunjuk hidung bagas. Difa ,marsha,rafli,chelseai, angel dan gilang tertawa pecah mendengar ucapan Ify. “Lo emang TOP, ndai. Cuma elo yang berhasil menyebutkan nama panjang bgas. Keren, ndai,” puji difa. “Nggak usah malu-malu deh, ndai. Gue pasti terima elo. Gue bakal jadiin elo satu-satunya penghuni hati gue. Jadi Mrs. bagas,” ujar bagas. “Heh bagas jelek?! Gue itu nggak pernah naksir sama elo. Apaan deh lo bilang-bilang gitu. Lo kali naksir sama gue,” bales cindai. “Tuh kan, gara-gara lo semua cindai jadi malu-malu tuh. Ngambek dia. Pergi deh lo berenam, dif,lang ,raf. Kalian juga tuh angel,” ujar bagas pura-pura sangat terganggu. “Yeeee…..gue nggak kali. Kalian aja tuh. Gue udah nyaman dari tadi di sini,” tukas chelsea. Gilang, difa dan rafli sudha berdiri. Begitupun dengan marsha sma angel . Hanya Chelsea yang masih bertahan di posisi duduknya. “Udah deh, chel. Cepetan, ayo kita pergi,” ujara marsha Ia menarik tangan chelsea dna mereka berenam pun benar-benar meninggalkan bagas dan cindai berdua. “Sekarang lo bilang deh, ndai. Kalo lo suka sama gue,” ujar bagas. “Ogah. Eh….sohib-sohib gue mana?” tanya cindai. bagas tersenyum geli dalam hatinya, ternyata cindai tidak menyadari tadi. “Udah pergi. Lo sama gue aja di sini, kita habisin waktu berdua,” ujar bagas. “Kagak pernah. Berdua sama lo itu ibarat di Tartarus, ogah banget gue. Minggir,” tolak cindai langsung. “Lewat aja kalo bisa,” ucap baga lembut. Cindai mengutuk ucapan lembut bagas itu. gimana ia bisa keluar, kalo dia terjepit di antara bagas dan dinding kantin. “Ya Allah, kenapa makhluk di depan hamba ini nyebelin banget…………….” Ratap cindai. Bagas tekekeh geli mendengar ratapan cindai. “Puas lo gue nggak bisa keluar?” “Tentu, cindai sayang….” Goda bagas. Buuuukkk….kembali botol Aqua menimpuk bgaas. Kali ini di bahunya. Bukannya marah dengan cindai, tapi bgaas tertawa. Ia tertawa lantaran melihat ekspresi wajah cindai yang tengah cemberut. Pipinya mengembung, matanya berkilat kesal, tangannya terlipat di depan dada. Awalnya sumpah cindai senang sekali bahkan hampir meloncat-loncat saat ia mendapatkan kabar dari Mamanya kalau mereka akan mempunyai tetangga baru. Tetangga baru mereka itu akan menempati rumah Pak De Jarwi yang sudah kosong sejak sebulan yang lalu. Sebenarnya cindai sempat sedih saat Pak De Jarwi memtutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Garut. Alasannya sih masuk akal dan bisa di terima, soalnya Pak De Jarwi ingin menikmati masa tuanya di tempat yang tenang dan menyenangkan, tentunya saja sehat. Dan kampung halaman merupakan tempat yang paling tepat untuk alasan yang telah diajukan. Mengingat Pak De Jarwi yang begitu baik dan sangat menyenangkan, juga ramah. Cindai membayangkan kalau tetangga barunya itu nanti adalah orang yang ramah, baik dan tentu saja menyenangkan. cindai berharap kalau dia akan bisa akrab dengan tetangganya itu nanti. Di tambah lagi kalau tetagganya nanti memiliki anak. Kalau bisa sih yang masih kecil, cindai kan ingin punya teman. Tapi, yang seumuran juga nggak apa-apa deh. cindai berharap kalau anak tetangganya itu nanti menyenangkan, baik dan lucu tentunya. Kan cindai suka sama yang lucu-lucu. Bayangkan saat bermain bersama anak tetangga barunya itu sudah terangan jelas di otak cindai. Wajahnya pun berseri-seri. Senyum manis tak ketinggalan untuk terbentuk di wajahnya. “cindaiii…….cepetan. Kita bantu-bantu dulu tetangga baru itu. Mereka lagi angkat-angkat barang,” panggil Tante Nina, Mama cindai. “IYA MAMA…..CINDAI TURUN NIH,” balas cindai dengan teriakan. Tak lama kemudian terdengar bunyi sepatu yang menyentuh lantai dan menimbulkan suara tuk….tuk…tukk…. tentu saja itu berasal dari sepatu cindai. Tante Nina memperhatikan penampilan putri tunggalnya itu. Selalu saja, memkai baju kaos –seperti kelonggaran– dan celana jeans panjang serta sepatu kets. Padahal Cuma ke tetangga sebelah. “Kenapa pakai sepatu, ndai?” tanya sang Mama heran. cindai nyengir kuda. Menampilkan sederet gigi putihnya yang dilapisi behel. “cindai cuma nemu sepatu di kamar sih, Ma,” jawab cindai. Mama geleng-geleng kepala. Ini nih tingkah cindai yang sulit sekali untuk diubah. Sering kali meletakan barang di sembarangan tempat. “Cepet ganti jadi sandal aja. Sendal kamu di garasi. Cepet ambil,” perintah Tante Nina pada putrinya itu. cindai langsung berlari ke belakang menuju garasi rumahnya. Ia bermaksud menuju garasi melalui pintu belakang. Ternyata mamanya sudah menunggu di teras rumah. “Ayo kita berangkat, Ma,” ajak cindai yang sudah mengenakan sandal. Tante Nina tersenyum dan segera berjalan keluar rumah menuju rumah tetangga baru mereka dengan menggandeng tangan sang Buah Hati. *********************** “Sore, Jeng,” sapa Mama cindai saat tiba di halaman rumah tetangga baru mereka itu. Kedua ibu-ibu itu sudah sibuk cipika-cipiki. “Sore juga, Jeng,” balas Tante pemilik rumah baru itu. “Saya Nina, ini anak saya cindai,” ujar Mama cindai memperkenalkan diri. cindai mengangguk dan tersenyum dan kemudian menyalami Tante tersebut. “Saya Manda, Jeng,” balas Tante Manda. “Ngomong-ngomong, Jeng. Ini baru angkat barang ya? Suaminya mana nih?” tanya Mama. “Dasar kepo banget nih, Mama,” rutuk cindai dalam hati. Kesel juga dong. Kok mamanya jadi kepo gini, baru juga kenal. “Suami saya masih dinas di luar kota, Jeng. Kita ngobrol ke dalem aja. Biar petugas aja yang angkutin barang-barangnya,” ajak Tante Manda ramah. cindai seneng banget. Ternyata tetangganya ini ramah. Wah, coba ada anaknya. Kan bisa main bareng, pikir cindai. “Duh jadi ganggu nih, Jeng Manda. Kita bantu-bantu dulu baru ngobrol,” tolak Mama cindai sambil tersenyum. “Nggak apa-apa kok, Jeng,” balas Tante Manda. “Aduh…..nggak enak, Jeng. Biar saya sama cindai angkat barang satu kardus dulu baru kita ngobrol,” ucap Tante Nina yang kemudian menghampiri mobil yang berisi barang-barang dan mengangkut kardus berwarna coklat berukuran sedang dan diikuti oleh Tante Manda. Saat melihat cindai yang hanya menonton saja, Tante Nina melotot kepada anaknya itu. “cindai…..cepet angkat kardus yang tinggal satu itu,” perintah Mamanya. cindao mengangguk pasrah. Tidak mungkinkan dia bisa menolak?? Lagian ia juga ingin menampilkan sosok postifnya, biar dibilang anak yang berbakti dan memenuhi butir-butir Pancasila. “Iya, Ma,” jawab cindai patuh dan segera menuju ke mobil. “Tante duluan ya, ndai. Nanti kamu masuk saja. Ada anak tante juga, lho. Dia seumuran kamu, sedang ada di lantai atas. Katanya milih-milih kamar sih, tapi nggak balik-balik,” ucap Tante Manda sebelum ia berjalan bersama mamanya menuju bagian dalam rumah. cindai mengangguk. Bayangan memiliki teman yang menyenangkan memenuhi otak dan hatinya. Kesenangan yang sudah di depan mata membuat cindai semakin berbunga-bunga. Kali-kali aja tetangga barunya ini nanti akan membawa pencerahan bagi cindai dari kesebelannya pada teman sekelasnya yang sableng itu. Yang setiap hari tak pernah absen menganggu ketenangannya. Di sekolah aja cindai selalu bertanya-tanya. Berapa sih harga ketenangan?? Saat melihat kardus yang berada di dalam mobil pengangkut itu mata cindai kontan melebar dan terakhir melotot. Dua gerakan refleks bergantian. Melebar dan melotot. Yang benar saja, kardus itu ukurannya besar. Sebesar ukuran kardus tivi 29 ins. Yang benar saja coba?? Masa dirinya yang langsing ini mengangkut kardus yang beratnya bisa melebih berat tubuhnya sendiri. Bagaimana bisa?? Dengan wajah kesal dan bibirnya manyun, cindai mengakut kardus tersebut. Ia berjuang langkah demi langkah untuk membawa kardus yang sungguh menyialkan tersebut. Jarak dari gerbang menuju dalam rumah tidak begitu jauh. Belum sampai satu kilometer kok, tapi cindai berhenti sebanyak sepuluh kali. “Lama banget bawa kardusnya,ndai,” tegur Mama cindai saat menyadari kedatangan anaknya itu. cindai menunjuk kardus yang ia bawa dengan dagunya. “Berat sih, Ma. Beratan itu kardus deh daripada cindai,” sungut cindai. Tante Nina segera melemparkan tatapan menegurnya pada cindai. “Maaf ya, ndai. Berat ya?? Habis itu barangnya anak Tante nggak tahu deh apa isinya,” ucap Tante Manda sambil menuangkan orange juice ke dalam gelas dan melemparkan senyum maklum kepada cindai. “Hehehehe…..nggak apa-apa kok, Tan. Kan udah berhasil cindai bawa. Jadi itu membuktikan kalau cindai itu kuat,” balas cindai sambil tersenyum. Ia juga jadi nggak enak dengan Tante Manda. Masa dirinya sudah membuat ilfeel tetangga barunya yang ketemu sejak tiga puluh menit yang lalu. “Ngomong-ngomong anak tante cewek apa cowok, Te?” tanya cindai dan tetap berdiri diam di tempatnya. “Nanti kamu ketemu kok, ndai. Bentar lagi dia turun. Tadi udah Tante panggil,” ucap Tante Manda dan kini sudah membawa empat gelas berisi orang juice ke meja tempat mama ndai duduk. cindai mengangguk paham. Mungkin saja Tante Manda akan memberinya kejutan. Seorang anaknya yang nanti bisa menjadi temannya, kalau bisa sahabat sih. Orang yang dapat memberikan keceriaan untuk dirinya setelah makan hati dan kesal terhadap si bagas Pesek. Musuh bebuyutannya sekaligus partner hukumannya. Sambil menunggu ‘calon’ sahabat barunya,cindai menatap sekeliling rumah baru tetangganya ini. Ternyata tidak banyak yang berubah, hanya warna rumah ini dan perabotannya saja yang berganti. cindai mengangguk-ngangguk sok paham. Saat melihat ke arah tangga, mata cindai terbelalak kaget. Ia mengucek-ngucek matanya empat kali, namun sosok yang ia lihat di tangga itu benar-benar nyata. Ia pasti salah lihat. Tapi…….kok kayak sungguhan. Icindai memajukan langkahnya untuk melihat siapa yang berdiri di anak tangga terakhir itu. Ternyata memang benar. Tapi…..ihh…..kok bisa sih dia?? Masa dia yang tinggal di sini?? Nggak mungkin deh……nggak…..pasti nggak…..kali-kali aja dia melamar jadi tukang angkut barang, makanya bisa ada di sini. Tapi…..cindai kembali melihat ke arah tangga. Ya ampun…..memang benar dia. Senyum menyebalkan itu cuih……nggak….nggak….nggakk……batin cindai sambil geleng-geleng kepala. Ia ingin sekali kalau sosok yang ia lihat di anak tangga itu. Yang sedang berdiri dengan gaya –berdiri tegap, kedua tangan dimasukan ke dalam saku jeans-nya, yang nggak nahan itu lho, kemeja birunya yang digulung hingga siku dan senyum yang tersetel di wajahnya yang asli, cindai akui memang tampan, tapi tak pernah ia ucapkan di depan umum dan sorot matanya itu seperti biasa sungguh tajam– hanya halusinasinya saja atau nggak Cuma fatamorgana di padang pasir. Aduh….masa sih dia. Nggak mungkin deh, nggak, bantah cindai dalam hati. Kebodohan terulang kembali, ia mengucek-ngucek matanya dan menatap sosok itu lagi. Tidak ada yang berubah, sosok itu masih tetap ada di sana. Kemudian cindai melihat sosok itu tersenyum kepadanya. “IHYAAAAAAAAAAA……..” jerit cindai dalam hati. Ia paling tidak suka melihat senyum itu. Sebel!!! “NGGAK MUNGKIN,” tanpa sadar cindai mengucapkan apa yang ada dibenaknya dengan suara yang lumayan keras. Siapakah itu orang ?????? Bersambunga
Posted on: Fri, 26 Jul 2013 08:15:20 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015