erinspirasi dari tulisan tentang Stadion Utama Riau yang menjadi - TopicsExpress



          

erinspirasi dari tulisan tentang Stadion Utama Riau yang menjadi kandidat stadion terbaik dunia tahun 2012….. Stadion adalah infrastruktur vital dalam industri olahraga khususnya sepakbola. Tempat para pelakon sepakbola menunaikan ‘tugas suci’ nya. Di sana terdapat panggung berumput tempat 22 prajurit berebut kemenangan dibawah ratusan atau ribuan tatapan mata yang berharap akan terhibur oleh aksi para seniman bola. Dari lapangan dengan tribun sederhana, stadion berevolusi menjadi landmark yang menjadi ikon sebuah daerah atau kota bahkan negara. Hampir semua stadion di Indonesia milik pemerintah. Dari pemerintah pusat ( SUGBK ), pemerintah provinsi sampai pemerintah kota/kabupaten. Di luar itu beberapa BUMN menjadi perintis stadion dengan kualitas rumput dan drainase terbaik di masanya. Stadion Mulawarman di Bontang dibangun oleh PT. Pupuk Kalimantan Timur untuk klub PS. PKT Bontang ( kemudian dikelola oleh Pemko Bontang menjadi Bontang FC ). Stadion Tri Dharma ( Petrokimia ) dibangun oleh PT. Petrokimia Gresik menjadi homebase PS. Petrokimia Putra dan Persegres Gresik ( kemudian keduanya merger menjadi Gresik United ). PT. Krakatau Steel juga membangun stadion di Cilegon dan kalau tidak salah PT. Pertamina juga punya stadion di Plaju,Palembang. Setelah era Reformasi dimana kekuasaan dan kewenangan kebijakan tidak lagi sentralistik ke Jakarta, pembangunan stadion baru lebih merata. Otonomi daerah memungkinkan Pemerintah daerah menentukan kebijakan sendiri termasuk dalam membangun stadion. Kebijakan pemerintah yang membuka peluang daerah untuk menyelenggarakan event olahraga nasional maupun internasional disambut oleh beberapa daerah yang berambisi mengangkat nama daerah / kota. Daerah yang surplus PAD nya karena melimpahnya SDA seperti Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Riau adalah daerah daerah yang melengkapi sarana olahraga untuk menggelar multi event seperti PON, Sea Games dan beberapa single event. Berbagai Gedung Olahraga ( GOR ) dibangun dan Stadion Utama ( Main Stadium ) dijadikan venue utama sekaligus ikon daerah. Namun di sisi lain setelah event event tersebut selesai, stadion tak ubahnya patung atau tugu yang menganggur. Dana ratusan milyar seolah hanya dipakai sesekali saja tanpa ada kesinambungan. Berikut stadion stadion yang telah dan berpotensi menjadi monumen bisu karena tidak pernah dipakai lagi. 1. Stadion Utama Kaltim atau lebih dikenal dengan Stadion Palaran di kota Samarinda yang diresmikan pada tahun 2008 untuk kegiatan PON di Kaltim. Stadion ini dibiayai dengan APBD Provinsi Kalimantan Timur ( Kaltim ) sehingga menjadi milik Pemprov Kaltim, praktis tidak pernah terdengar dipakai lagi sejak PON lima tahun lalu. Kesebelasan Persisam Putra Samarinda lebih memilih Stadion Segiri yang mungkin lebih dekat dengan pusat kota dan bea sewa yang lebih murah. Tidak pernah terdengar pertandingan internasional dihelat disana. Letaknya dipinggiran kota dan jauh dari bandara menjadi kendala. Salah satu syarat untuk pertandingan resmi FIFA, jarak minimal stadion dengan bandara adalah 100 km (?). Padahal Stadion Palaran sempat disebut lebih megah dari Gelora Bung Karno walaupun kapasitasnya lebih kecil. Bagaimanakah kini kondisinya? Masih adakah rumputnya? . Stadion Palaran Samarinda, Kaltim ( sumber : wikipedia ) 2. Stadion Utama Riau, adalah stadion megah berikutnya yang berpotensi mubazir. Stadion ini menghabiskan biaya APBD Provinsi Riau hampir 900.Milyar (?). Publik sempat berkesempatan melihat kemegahan dan kualitas rumput stadion ketika menjadi tuan rumah Pra Piala Asia U-22. Setelah dipakai untuk PON, stadion ini kembali menganggur karena PSPS Pekanbaru, klub setempat justru tidak berhome base disana. Mereka memilih bertanding dikandang lama mereka Stadion Kaharudin Nasution di Rumbai. Malahan terakhir mereka akan hengkang ke Bangkinang, kabupaten Kampar karena (konon) mendapat investor disana. Rencananya Stadion Utama Riau akan menjadi tuan rumah Islamic Olympic Games. Namun setelah itu nampaknya dia akan merasalan kesunyian dalam kemegahannya lagi. Padahal situs stadionDB dan stadiony.net memasukkan stadion ini sebagai kandidat 10 stadion baru terbaik di dunia tahun 2012. Stadion Utama Riau, Pekan Baru ( sumber foto : Riau Pos ) Diluar dua stadion tersebut stadion stadion baru nampaknya bakal kurang maksimal dalam penggunaan. Stadion Gelora Bung Tomo ( GBT ) di Surabaya meskipun tidak mubazir namun kurang maksimal karena letaknya dipinggiran dan akses jalan serta transportasi yang masih sulit. Persebaya Surabaya hanya sesekali memakainya untuk pertandingan internasional sementara untuk pertandingan reguler mereka kembali ke kandang lama di Tambak Sari yang di pusat kota. Pemerintah provinsi Jawa Timur sebetulnya sempat mengajukan GBT menjadi venue andalan ketika mencalonkan Surabaya sebagai tuan rumah Asian Games 2019 namun gagal karena kalah dengan kota Hanoi, Vietnam. Beaya sewa stadion yang tinggi menjadi salah satu kendala bagi klub profesional sejak dilarang memakai APBD. Diharapkan ada kebijakan khusus sehingga stadion yang dibangun dengan sangat mahal tidak menjadi sia sia. Sebenarnya kondisi seperti ini juga sempat dialami oleh negara lain. Kemegahan Stadion ‘Bird Nest’ ( Sarang Burung ) yang menjadi landmark kota Beijing pun sempat menganggur setelah dipakai untuk Olimpiade 2008. Sejak 2010(?) stadion tersebut menjadi venue untuk laga final Coppa Italia. Begitu juga Olympic Stadion di London yang tahun kemarin menjadi venue utama Olimpiade sampai sekarang belum menemukan penyewa tetap yang menjadikannya sebagai home base. Namun ironisnya ketika di daerah ada yang surplus stadion, di ibukota negera Jakarta terjadi kekurangan stadion bertaraf internasional. Persija Jakarta harus sering terusir dari ibukota karena cuma ada satu stadion yang representatif yaitu SUGBK. Stadion Menteng dan Lebak Bulus telah tergusur. Padatnya pemakaian SUGBK untuk kegiatan non olahraga seperti konser, kampanye sampai kegiatan rohani menjadikan Jakarta krisis stadion yang memang untuk kegiatan olahraga. Kota kota besar ibukota negara biasanya mempunyai minimal dua stadion bertaraf internasional. Lihatlah Kuala Lumpur punya dua stadion bertaraf internasional Stadion Shah Alam dan Stadion Bukit Jalil. Semoga rencana Pemprov DKI membangun stadion di bekas Taman BMW segera menjadi kenyataan. Sehingga dapat mengurangi beban SUGBK yang semakin renta…… Salam olahraga, Laporkan Tanggapi Kompasiana adalah Media Warga. Setiap berita/opini di Kompasiana menjadi tanggung jawab Kompasianer (anggota Kompasiana) yang menayangkannya.Kompasiana tidak bertanggung jawab atas validitas dan akurasi informasi yang ditulis masing-masing kompasianer. Siapa yang menilai tulisan ini? 0 Artikel ini belum ada yang menilai. KOMENTAR BERDASARKAN : 3 February 2013 07:55:02 Mungkin bisa niru gubernur sumsel dg jakabaringnya, gak perlu nyewa, tiket disubsidi cuman dua ribu rupiah, bener2 daripada mubazir. Laporkan Komentar 0Balas Juan Caque 3 February 2013 07:59:17 haha…untuk tahap awal boleh juga tuh asal jangan keterusan aja… Laporkan Komentar 0Balas Busroni 3 February 2013 09:08:25 itu bagus kok, kalau jakabaring ramai, maka pemukiman dan ekonomi akan bergeliat di sekitar jakabaring, setelah itu, ketika sekitar sudah ramai maka stadion bisa berpotensi bisnis, itu rencana jangka panjang. stadion lain juga harusnya bisa seperti itu, biar ramai dulu, sekitar situ pemukiman dan ekonomi bergeliat, nah baru setelah ramai di bisniskan. saya kira cara sumsel dengan jakabaring-nya cukup keren Laporkan Komentar 0Balas Aziz Abdul Ngashim 3 February 2013 09:15:29 itulah salah satu kebijakan khusus yg saya maksud bang. drpd jadi proyek mubazir. thanks… Laporkan Komentar 0Balas Busroni 3 February 2013 09:40:20 Gimana kalo stadion yang sepi di jadikan pasar tradisional saja…pasti ramai dan ekonomi bergeliat… Laporkan Komentar 0Balas Andre Pra 3 February 2013 11:31:31 stadion megah tak semegah pretasinya ada apa dengan sepakbola Indonesia, mari kita bertanya pada rumput yang bergoyang Laporkan Komentar 0Balas Ed One 3 February 2013 15:45:53 hehe..rumputnya sudah gak bergoyang lagi bang.. Laporkan Komentar 0Balas Busroni 3 February 2013 13:44:47 kok di riau ya? coba pindah jogja aja,, Laporkan Komentar 0Balas M. Ardian Abimanyu 3 February 2013 15:48:16 di Yogya udah ada Mandala Krida sama Maguwoharjo tho mas? Laporkan Komentar 0Balas Busroni 3 May 2013 18:40:36 Mandala krida itu jogja, klo Maguwoharjo itu di Sleman, klo di sleman selain maguwoharjo ada tridadi, keduanya biasa untuk mengehelat pertandingan liga indonesia.. Laporkan Komentar 0Balas Avansa Naufal Komentar Berikutnya Tulis Tanggapan Anda REGISTRASI | MASUK FEATURED ARTICLE Tiket 6 KA Ekonomi Habis dalam 15 Menit. Kok … Ayfal Nisfa TRENDING ARTICLES Memanusiakan Film Robot “Pacific … Fajar Billy Sandi| 1 jam yang lalu Saya Bukan Cina Bang, Saya Islam … Erri Subakti| 6 jam yang lalu Cinta Laura, Perpanjang Visa Kunjungan WNI … Wnks ويجايا| 7 jam yang lalu Menpora Cup 2013, Ajang Eksploitasi Keringat … Primata Euroasia| 10 jam yang lalu Seriuskah Polda DKI Membantu Jokowi Atasi … Galaxi2014| 10 jam yang lalu INFO & PENGUMUMANKONTAK KOMPASIANA INDEX FREEZ: Apa Makna Mudik Lebaran bagi … Pemenang Kompasiana-World Vision Blog … FREEZ: Apa Persiapanmu untuk Masa … TERAKTUAL INSPIRATIF Kampung Badran Yogyakarta, Dulu Kampung Preman, Kini … Ketika Ayah Tidak Memberikan Restunya Kemana Mama - Papa Vanny Rossyane ? Pengawal Presiden yang Ditegur Sopir TransJakarta “Nyali” Pepih Nugraha Telaga Keheningan Tempat Terindah Melepas Stres Malas Menulis di Kompasiana Kompasiana, Lautan Penulis Hebat Saat Para Pesohor Mengenakan Kaftan, Kapan Mereka … Bukan Pengen Jadi Penulis, Ngompasiana Pengen Sharing dan … BERMANFAAT MENARIK Subscribe and Follow Kompasiana:
Posted on: Fri, 02 Aug 2013 07:29:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015