tidak bisa tidak, agama yang hari ini hanyalah sebuah warisan dari warisan-warisan jauh sebelumnya, pasti membawa paradoksal, karena tak ada yang terjamin pasti kebenarannya, semua adalah tafsir sehingga, tuntutan untuk tunduk selalu membutuhkan koreksi dan kritik, untuk menghindari pemujaan dan pemutlakan terhadap persepsi dan personal. namun jika dalam pengetahuan ilmiah, tentang kebenaran adalah selalu sebuah dialektika obyektive, sebuah obyektivitas yang tidak tetap atau menggugurkannya sebagai doktrin tunggal, sebagaimana kebenaran hari ini tidak lagi berfungsi untuk esok hari, dengan berbagai kemungkinan situasi yang berkembang dan dialektis. maka kesadaran adalah rasionalitas atau akal, sehingga membangun moral tanpa rasionalitas adalah kesadaran fatal, yang celakanya sering diatasnamakan tuhan, oleh para pengaku pemegang otoritas kebenaran, sebagaimana mereka semua adalah manusia yang sama dengan yang lainnya, manusia yang tidak sempurna dan selalu memiliki keterbatasan. dan dari sinilah kita butuh kebersamaan dan cinta, untuk membangun kehidupan dan kemanusiaan yang lebih baik. tapi apakah cinta itu, dan mungkinkah manusia memilikinya? tentu, manusia memiliki potensi itu. cinta pada definisi terkendalinya hasrat untuk mengerti dll dkk
Posted on: Wed, 07 Aug 2013 22:08:53 +0000
Trending Topics
Recently Viewed Topics
© 2015