Danone Nations Cup: Humor pun Diberi Poin London - Tahun ini - TopicsExpress



          

Danone Nations Cup: Humor pun Diberi Poin London - Tahun ini adalah edisi ke-14 festival sepakbola untuk anak-anak usia 10-12 tahun bertajuk Danone Nations Cup. Tak cuma kemampuan di atas lapangan, bahkan selera humor pun akan dihargai di sini. DNC pertama kali dihelat pada tahun 2000, digagas oleh Danone, perusahaan nutrisi yang bermarkas utama di Prancis. Kontestan adalah tim terbaik dari kompetisi nasional di negara masing-masing, yang kemudian dipertemukan dalam final dunia (grand world final). Tahun ini kota tuan rumah final itu adalah London, Inggris, dari 5-7 September 2013. Sejak Selasa (3/9) lalu ke-32 tim peserta termasuk Indonesia, mengikuti karantina di Surrey Sport Center, Guildford, Surrey, London. Mereka baru akan bertanding pada hari Kamis ini, sebelum keesokan harinya pindah lokasi ke kawasan Wembley, karena final kompetisi akan dihelar di Stadion Wembley pada hari Sabtu. Pemain terbaik dunia tiga kali, yang sudah selama satu dekade menjadi brand ambassador DNC, Zinedine Zidane, akan menghadiri final tersebut. Turnamen ini hanya diikuti oleh anak-anak usia 10-12 tahun, atau yang lahir antara 1 Januari 2001 sampai 31 Desember 2002, baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah total pemain yang per tim adalah 12 orang, walaupun yang turun ke lapangan setiap pertandingan adalah sembilan (termasuk kiper). Pertandingan dilakukan di lapangan seluas 60 x 45 menit, atau kira-kira setengah dari lapangan ukuran standar internasional. Ukuran gawang juga lebih kecil, yaitu 6 x 2,1 meter. Durasi pertandingan adalah 20 menit, tanpa pindah sisi lapangan, kecuali partai final yaitu 2 x 10 menit. Walaupun satu grup hanya terdiri dari empat tim-- Indonesia di Grup H bersama Jerman, Republik Irlandia dan Belgia --, tapi semua tim akan memainkan sampai enam pertandingan, termasuk di Stadion Wembley. Sebabnya, selain untuk mencari pemenang, penentuan peringkat kontestan akan dihitung dari hasil total pertandingan mereka. Selain itu juga akan dipilih tim yang berhak membawa pulang trofi Fair Play Award. Yang menarik, kriteria fair play tak cuma dari urusan kartu kuning atau kartu merah di lapangan pertandingan. Setiap perilaku positif, seperti kekompakan tim, sikap saling menghormati, atau mengundang tawa alias lucu, pun akan diberi poin tersendiri. Pelatih pun akan "diawasi" gerak-geriknya dalam mengarahkan anak-anak buahnya. Dalam pengamatan detiksport, ada seorang pelatih yang sempat memberi instruksi dalam nada cukup tinggi, tapi kemudian diingatkan panitia supaya tidak terlalu keras alias galak, padahal timnya masih anak-anak. "Ini berlaku untuk semua orang yang terlibat di dalam tim: pemain, staf pelatih dan manajer tim. Pokoknya semua attitude kita dinilai. Kalau buang sampah sembarangan misalnya, nilai kita minus. Kalau kita selalu bersalaman atau berpelukan dengan tim-tim lain, itu dapat poin," tutur Gistang Nababan, manajer tim Indonesia. Fair Play Award semacam ini disebut pihak DNC sebagai apresiasi pada hal-hal yang baik, dan tidak melulu soal menghukum perilaku yang buruk (seperti dimaksudkan dari kartu kuning dan kartu merah dalam sebuah permainan sepakbola). Nah, Indonesia pernah memenangi Fair Play Award ini, yaitu pada edisi tahun 2003, yang merupakan partisipasi pertama anak-anak "Merah Putih". M.T.A
Posted on: Thu, 05 Sep 2013 07:38:11 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015