Derita Pahlawan (Devisa) Banyak sekali pahlawan kita yang satu - TopicsExpress



          

Derita Pahlawan (Devisa) Banyak sekali pahlawan kita yang satu ini memberikan pengorbanan kepada Negara, tapi bisa dipertanyakan apa penghargaan dari Negara atas pengorbanan mereka? Kebanyakan TKI yang dikirim ke Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Hongkong dan Singapore. Tetapi akibat Indonesia sering sekali mengekspor TKI yang akan dijadikan tenaga kerja rumahan. Membuat Negara-negara tersebut kurang menghargai harkat martabat kewarganegaraan yang disandang oleh para TKI. Sangat memilukan memang, tetapi inilah kondisi saat ini. Terbukti dari permasalahan penyebaran iklan yang dimalaysia Indonesian maids now on sale. Fast and easy application. Now your housework and cooking come easy. You can rest and relax. Deposit only RM 3,500 price RM 7,500 net,” demikian tulisan dalam iklan tersebut (vivanews). Dimana TKI Indonesia didiskon 40%, dan iklan ini seperti bentuk penghinaan terhadap bangsa Indonesia. Aceh juga termasuk salah satu daerah penyumbang TKI terbanyak yang ilegal maupun legal. Ini disebabkan angka pengangguran yang tinggi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2012, pengangguran di Aceh semakin melonjak mencapai 164.400 orang. Pertumbuhan ekonomi di Aceh hanya mampu mencapai 5,11%. Suatu persentase angka yang jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu mencapai 6,3% (IDEAS, 8 Mei 2012). Ditambah lagi nilai mata uang yang tinggi dimalaysia dibandingkan mata uang Indonesia membuat masyarakat aceh berbondong-bondong mengadu nasib kesana. Namun apakah nasib para TKI Aceh itu berbeda dengan TKI asal daerah lain? Tidak ada satupun yang dapat menggaransi masalah yang satu ini. Derita Mereka seperti tidak “sah” rasanya jika panggilan seorang pahlawan tidak merasakan penderitaan. Seperti halnya para TKI yang disandangkan menjadi “pahlawan devisa” juga mengalami penderitaan yang teramat perih bahkan tidak manusiawi. Bayak sekali kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh TKI di luar negeri seperti halnya disiksa oleh majikan, tidak diberi makan, tidak digaji bahkan ada yang mengalami penganiayaan sampai menyebabkan kematian. Seperti kejadian bulan April 2012 lalu, ada tiga TKI asal Indonesia ditembak mati lalu jenazahnya di otopsi. Setelah dipulangkan ke Indonesia, ternyata banyak sekali jahitan yang didapati oleh keluarga duka pada tubuh almarhum. Dan dari pengakuan salah satu keluarga ternyata bola mata TKI tersebut tidak ada. Ini mengundang kecurigaan beberapa LSM jika para TKI sekarang ini sudah menjadi korban penjualan organ tubuh. Ditambah lagi seperti di singapore angka kematian TKI terbanyak disebabkan kecelakaan kerja. Majikan menyuruh para pembantunya berkerja untuk membersihkan jendela apartement yang kemungkinan bisa di lantai sepuluh, dan banyak sekali kematian terjadi dikarenakan arena kerja yang tidak aman. Apalagi sampai tidak ada alat yang membantu dalam kemudahan dan kenyaman kerja pada arena yang berbahaya. Dan seharusya ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk memberi keamanan kerja bagi TKI. Ditambah lagi para TKI tidak diberikan waktu libur oleh majikannya. Para TKI bukanlah sebuah robot yang mampu berkerja sampai duapuluh empat jam karena mereka punya batasan kemampuan juga. Dan seharusnya pemerintah dapat bertindak tegas dalam mencanangkan peraturan memberikan libur kepada para pekerja kepada Negara yang mempunyai TKI. Peran Pemerintah Pemerintah dalam menanggapi permasalahan ini terlihat kurang serius, bisa terlihat dimana permasalahan ini selalu terjadi terus berulang-ulang. Upaya selama ini terlihat gagal. Banyak sekali pemerintah membuat kerjasama dalam mencari perlindungan hukum untuk para TKI di luar sana. Tetapi selalu saja pemerintah kecolongan dalam pelaksanaannya sehingga TKI lagi yang menjadi pihak merugi. Seharusnya pemerintah membuat kerjasama hukum dengan sanksi yang tegas, bahkan memberikan perlindungan yang ketat bagi para TKI yang mendapat ancaman, penganiayaan serta ketidak nyamanan dalam melaksanakan tugasnya. Memberikan pelatihan-pelatihan khusus juga perlu dan melakukan pertemuan dengan KBRI yang ada disetiap Negara guna membahas permsalahan yang mereka hadapi. Selama ini pemerintah terkesan buta dalam setiap isu permasalahan yang dihadapi oleh para TKI. Saatnya sekarang ini pemerintah untuk membuka mata dan mendengar dengan baik serta menjadi pelaksana yang tepat dalam menyelesaikan segala permasalahan oleh TKI. Perhatian khusus jelas dibutuhkan oleh merkeka para TKI tetapi perlakuan khusus apakah sudah diberlakukan kepada mereka? Seperti halnya memberikan pelatihan pemahaman hukum, pelatihan pengantisipasian terjadinya kekerasana dan jika terjadi melapor kemana. Terkadang para TKI bukannya tidak mau melaporkan tetapi tidak tahu melaporkan kemana ,apalagi ada penekanan mental yang dirasakan olehnya. Sangat diharapkan perhatian khusus serta perlakuan khusus pula patut diberlakukan demi kesejahteraan mereka. Hapus “Perbudakan” Terselubung Transaksi kerjasama dalam mempekerjakan para TKI seakan-akan tidak ada harganya lagi. Seperti kejadian “TKI on sale” dimana iklan ini seakan-akan menjadikan para TKI barang yang sekarang mudah didapatkan sehingga dapat diberikan diskon dan harga yang murah untuk mempekerjakannya. Ditambah lagi di Singapore dimana TKI dipajang ditengah-tengh mall dengan menggunakan seragam yang rapi utnuk menarik para pelanggan. Serta dengan posisi seperti “pajangan” yang hendak dijual, ini seperti tergambarkan pada masa perbudakan dizaman Rasulullah SAW. Diamana para budak yang hendak dijual dipajang seperti barang yang akan dijual dan boleh memilih mana kualitas yang baik dan tidak. Tetapi berbedanya disini hanya sebutannya saja “Tenaga Kerja” tetapi perbudakan dalam setiap kerja mereka rasakan. Di singapura para TKI dipekerjakan hingga lembur dengan upah minimum tidak ada penambahan. Dimana mereka intruksikan untuk mengerjakan pekerjaan rumah hingga larut malam tetapi gaji tidak ditambah, malahan ada yang dipotong gajinya dengan alasan yang tidak jelas. Ditambah lagi tidak adanya libur dalam satu minggu bahkan dalam satu bulanpun mereka tidak dibenarkan untuk libur. Disinilah terjadi “perbudakaan” yang terselubung. Perbudakan seperti inilah yang harus kita hapuskan, kita harus membela hak-haknya para TKI dikarenakan perlakuan yang acap kali tidak layak mereka dapatkan sama sekali. Maka dari itu menyandang title pahlawan sangatlah tidak “mudah” apalagi pahlawan devisa Negara. Dimana penderitaan yang mereka rasakan tidak jauh bebeda dari apa yang dirasakan oleh pahlawan kita terdahulu. Penganiayaan, pelecehan seksual, penjualan organ tubuh, pembunuhan bahkan perbudakan sekalipun banyak dialami oleh TKI yang bisa kita ambil kesimpulan mereka pantas dalam menyandang kata “Pahlawan Devisa.” Tetapi tidak dalam artian pemerintah hanya duduk diam melihat penderiataan yang mereka alami dengan alasan mereka sudah menjadi pahlwan. Itu tida bisa, karena keamanan dan kenyaman bagi para TKI merupakan sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar. -ty0-
Posted on: Wed, 26 Jun 2013 04:22:48 +0000

Trending Topics



body" style="min-height:30px;">
Today is one of the most influential men I have ever had placed in
Has anyone noticed how much crime has picked up since
207493762708185">#TheInsight of the day: Albert Einstein, one the greatest
Openings in Doha, Qatar - all interested candidates may apply to
Friday, September 20, 2013 The United States’ National POW/MIA

Recently Viewed Topics




© 2015