Dulu setiap malam 1 Oktober di era Orde Baru, sebagai anak kecil - TopicsExpress



          

Dulu setiap malam 1 Oktober di era Orde Baru, sebagai anak kecil yang punya rasa ingin tahu sejarah.. Saya selalu menantikan diputarnya film G-30 S PKI versi Arifin C. Noer. Film yang rutin diputar di TVRI sejak jam 19.30, setelah Dunia Dalam Berita dan baru selesai lewat tengah malam. Saya kerap menyesal esok paginya apabila tak mampu mengkhatamkan Film " Sadis" itu. Setelah nonton, biasanya pada teman- teman di SD saya akan nyerocos sambil melaknat betapa bejatnya PKI.. Membantai Jendral- Jendral tak berdosa, sambil mengingat adegan sadis seorang gadis Gerwani menyilet salah seorang korban sambil berucap pelan " Darah itu merah Jendral seperti penderitaan rakyat". Betapa memilukan saat melihat Jendral Ahmad Yani diberondong peluru didepan anak bungsunya, saat Catherine, puteri D.I Panjaitan mengusap mukanya dengan darah ayahnya yang tercecer di lantai karna ditembak gerombolan PKI saat berdoa dan banyak lainnya. Selepas itu, biasanya saya akan memuji Soeharto sebagai satu- satunya pahlawan penyelamat bangsa dari kegilaan Komunis. Sambil menyayangkan dan cenderung menyalahkan Presiden Soekarno yg terkesan lalai, peragu dan membela PKI. Namun ternyata, setelah Orde Baru tumbang tahun 1998. Lalu film itu dilarang karna dianggap membuka luka sejarah para korban G 30- S PKI, Serta dibongkarnya kemisteriusan kontroversi siapa dalang utama peristiwa ini.. Saya baru sadar, betapa film ini walaupun punya nilai historis tinggi, tapi tak layak ditonton kecuali untuk sekedar komparasi atau kritik sejarah. Dengan hanya mensentralisasi sumber sejarah G 30 S PKI dari film tahun 80an itu.. Kita tidak akan tahu.. 500 ribu simpatisan PKI yang dibantai Militer dan rakyat antara 1965- 1968 karna tuduhan terlibat Coup. Kita juga tidak akan tahu bahwa Pak Harto meski dianggap bukan pelakunya, tapi terkesan membiarkan penculikan 6 Jendral itu terjadi sambil mengambil peluang melakukan kudeta merangkak terhadap presiden Soekarno melalui Supersemar yang maha misterius itu. Atau juga kita bisa mencium aroma keterlibatan CIA dan NSA dalam peristiwa kelam itu. Hari ini saya dengan bangga menyatakan diri sebagai pengagum Bung Karno yang digambarkan jelek sebagai seorang Komunis di film itu.. Sosok yg lemari bukunya banyak diisi buku-buku Sosialis- Marxis atau kata- kata Soekarno yang menganggap Peristiwa G 30 S Pki sbg riak kecil dalam revolusi sejarah. Sehingga deskripsi ini jelas memojokan Bung Karno di mata rakyat dan berpotensi bisa mengubur jasa besar sukarno buat bangsa ini. Sekali lagi, saya teringat kata- kata dari Milan Kundera " Mari kita berjuang melawan lupa". Saktilah terus Pancasilaku.
Posted on: Mon, 30 Sep 2013 12:02:58 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015