Infrastruktur Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 Sebagai salah - TopicsExpress



          

Infrastruktur Bandara Soekarno Hatta Terminal 3 Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Saat ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari luas wilayahnya.[23] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan Jalan Tol Lingkar Dalam, Jalan Tol Lingkar Luar, Jalan Tol Jagorawi, dan Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok. Untuk ke kota-kota lain di Pulau Jawa, Jakarta terhubung dengan Jalan Tol Jakarta-Cikampek yang bersambung dengan Jalan Tol Cipularang. Selain itu juga tersedia layanan kereta api yang berangkat dari enam stasiun pemberangkatan di Jakarta. Untuk ke Pulau Sumatera, tersedia ruas Jalan Tol Jakarta-Merak yang kemudian dilanjutkan dengan layanan penyeberangan dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni. Untuk ke luar pulau dan luar negeri, Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu: Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng Banten yang berfungsi sebagai pintu masuk utama ke Indonesia. Dari dan ke Bandara Soekarno Hatta, tersedia bus Damri yang mengantarkan penumpang dari dan ke Gambir, Rawamangun, Blok M, Pasar Minggu, Kampung Rambutan, Bogor, dan Bekasi, dll Bandara Halim Perdanakusuma yang banyak berfungsi untuk melayani penerbangan kenegaraan serta penerbangan jarak pendek. Untuk pengadaan air bersih, saat ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai air bersih kepada 44% penduduk Jakarta.[24] Kependudukan Masjid Agung Al-Azhar, Kebayoran Baru !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Demografi Jakarta Jumlah penduduk dari tahun ke tahun Tahun Jumlah penduduk %± 1870 65.000 — 1875 99.100 52.5% 1880 102.900 3.8% 1890 105.100 2.1% 1895 114.600 9.0% 1901 115.900 1.1% 1905 138.600 19.6% 1918 234.700 69.3% 1920 253.800 8.1% 1925 290.400 14.4% 1930 435.184 49.9% 1940 533.000 22.5% 1945 600.000 12.6% 1950 1.733.600 188.9% 1959 2.814.000 62.3% 1961 2.906.533 3.3% 1971 4.546.492 56.4% 1980 6.503.449 43.0% 1990 8.259.639 27.0% 2000 8.384.853 1.5% 2005 8.540.306 1.9% 2010 9.607.787 12.5% Berdasarkan data BPS pada tahun 2011, jumlah penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Agama Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah Islam (84,4%), Kristen Protestan (6,2 %), Katolik (5,7 %), Hindu (1,2 %), dan Buddha (3,5 %)[25] Jumlah umat Buddha terlihat lebih banyak karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)[26] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam agama yang diakui pemerintah. Berbagai tempat peribadatan agama-agama dunia dapat dijumpai di Jakarta. Masjid dan mushala, sebagai rumah ibadah umat Islam, tersebar di seluruh penjuru kota, bahkan hampir di setiap lingkungan. Masjid terbesar adalah masjid nasional, Masjid Istiqlal, yang terletak di Gambir. Sejumlah masjid penting lain adalah Masjid Agung Al-Azhar di Kebayoran Baru, Masjid At Tin di Taman Mini, dan Masjid Sunda Kelapa di Menteng. Sedangkan gereja besar yang terdapat di Jakarta antara lain, Gereja Katedral Jakarta, Gereja Santa Theresia di Menteng, dan Gereja Santo Yakobus di Kelapa Gading untuk umat Katolik. Masih dalam lingkungan di dekatnya, terdapat bangunan Gereja Immanuel yang terletak di seberang Stasiun Gambir bagi umat Kristen Protestan. Selain itu, ada Gereja Koinonia di Jatinegara, Gereja Sion di Jakarta Kota, Gereja Kristen Toraja di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di Sunter, Vihara Theravada Buddha Sasana di Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga memiliki satu sinagoga yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.[rujukan?] Etnis Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang Jawa sebanyak 35,16%, Betawi (27,65%), Sunda (15,27%), Tionghoa (5,53%), Batak (3,61%), Minangkabau (3,18%), Melayu (1,62%), Bugis (0,59%), Madura (0,57%), Banten (0,25%), dan Banjar (0,1%)[27] Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung[28] Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah permukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.[29] Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta. Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina.[28] Etnis di Jakarta pada tahun 1930, 1961, dan 2000 Etnis Tahun 1930 [30] Tahun 1961 [28] Tahun 2000 [31] Jawa 11,01% 25,4% * 35,16% Betawi 36,19% 22,9% 27,65% Sunda 25,37% 32,85% 15,27% Tionghoa 14,67% 10,1% 5,53% Batak 0,23% 1,0% 3,61% Minangkabau 0,60% 2,1% 3,18% Melayu 1,13% 2,8% 1,62% Bugis -- 0,6% 0,59% Madura 0,05% -- 0,57 Banten -- -- 0,25 Banjar -- 0,20 0,10 Minahasa 0,70% 0,70 -- Lain-lain 10,05% 1,35% 6,47% * Catatan: Termasuk Suku Madura di dalamnya Geografi Jakarta berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, di muara Ciliwung, Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan provinsi Banten. Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota. Iklim Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .[32]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).[33] [sembunyikan]Data iklim Jakarta Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun Rata-rata tertinggi °C (°F) 29.9 (85.8) 30.3 (86.5) 31.5 (88.7) 32.5 (90.5) 32.5 (90.5) 31.4 (88.5) 32.3 (90.1) 32.0 (89.6) 33.0 (91.4) 32.7 (90.9) 31.3 (88.3) 32.0 (89.6) 31.8 (89.2) Rata-rata terendah °C (°F) 24.2 (75.6) 24.3 (75.7) 25.2 (77.4) 25.1 (77.2) 25.4 (77.7) 24.8 (76.6) 25.1 (77.2) 24.9 (76.8) 25.5 (77.9) 25.5 (77.9) 24.9 (76.8) 24.9 (76.8) 25.0 (77) Presipitasi mm (inci) 384.7 (15.146) 309.8 (12.197) 100.3 (3.949) 257.8 (10.15) 133.4 (5.252) 83.1 (3.272) 30.8 (1.213) 34.2 (1.346) 29.0 (1.142) 33.1 (1.303) 175.0 (6.89) 84.0 (3.307) 1.655,2 (65,165) Rata-rata hari berhujan 26 20 15 18 13 17 5 24 6 9 22 12 187 Sumber: World Meteorological Organisation [34] Lingkungan Taman Suropati di Menteng, Jakarta Pusat Jakarta merupakan salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun 2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia (dulu disebut Adipura). Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru yang asri dan bersih. Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Permukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah permukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak permukiman kumuh yang belum teratur. Permukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang dibangun secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi antara lain, Tanjung Priok, Johar Baru, Pademangan, Sawah Besar, dan Tambora. Taman kota Jakarta memiliki banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Taman Monas atau Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.[35] Taman Suropati terletak di kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Taman berbentuk oval dengan luas 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu Taman persahabatan seniman ASEAN.[36] Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Di sini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993, taman ini kembali diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.[37] Pemerintahan !Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemerintahan DKI Jakarta Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlaku lagi. Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya memiliki pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri. DKI Jakarta memiliki status khusus sebagai Daerah Khusus Ibukota. DKI Jakarta ini dibagi kepada lima kota dan satu kabupaten, yaitu: No. Kabupaten/Kota administrasi Ibu kota Logo Jakarta COA.svg 1 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu Utara Jakarta COA.svg 2 Kota Administrasi Jakarta Barat - Seal of West Jakarta.jpg 3 Kota Administrasi Jakarta Pusat - Logo Jakpus.jpg 4 Kota Administrasi Jakarta Selatan - Seal of South Jakarta.png 5 Kota Administrasi Jakarta Timur - Logo Jaktim.png 6 Kota Administrasi Jakarta Utara - Jakarta COA.svg Kepala daerah Daftar kepala daerah yang pernah memerintah DKI Jakarta No Foto Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan Keterangan 1 Suwiryo.jpg Suwiryo 1945 1947 Sebagai Walikota Jakarta 2 Daan Jahja.jpg Daan Jahja 1948 1950 Sebagai Gubernur (Militer) Jakarta 3 Suwiryo.jpg Suwiryo 1950 1951 Sebagai Walikota Jakarta 4 Syamsurijal.jpg Sjamsuridjal 1951 1953 Sebagai Walikota Jakarta 5 Sudiro.jpg Sudiro 1953 1960 Sebagai Walikota Jakarta 6 Dr Sumarno DKI.jpg Dr. Soemarno 1960 1964 Periode pertama. 7 Pak Henk.jpg Henk Ngantung 1964 1965 8 Dr Sumarno DKI.jpg Dr. Soemarno 1965 1966 Periode kedua. 9 Ali Sadikin.jpg Ali Sadikin 1966 1977 10 Tjokropranolo2.jpg Tjokropranolo 1977 1982 11 R Soeprapto1.JPG Soeprapto 1982 1987 12 Wiyogo Atmodarminto 1987 1992 13 Soerjadi Soedirdja.jpg Soerjadi Soedirdja 1992 1997 14 Sutiyosodki.jpg Sutiyoso 6 Oktober 1997 7 Oktober 2007 15 Fauzi Bowo.jpg Fauzi Bowo 7 Oktober 2007 7 Oktober 2012 * Fadjar-panjaitan-5.jpg Fadjar Panjaitan 8 Oktober 2012 15 Oktober 2012 Plt. Gubernur[38] 16 Gubernur DKI Jokowi.jpg Joko Widodo 15 Oktober 2012 sedang menjabat Perwakilan DPRD DKI Jakarta 2009-2014 Partai Kursi Lambang Partai Demokrat Partai Demokrat 32 Lambang PKS PKS 18 Lambang PDI-P PDI-P 11 Lambang Partai Golkar Partai Golkar 7 Lambang PPP PPP 7 Lambang Partai Gerindra Partai Gerindra 6 Lambang Partai Hanura Partai Hanura 4 Lambang PAN PAN 4 Lambang PDS PDS 4 Lambang PKB PKB 1 Total 94 DKI Jakarta memiliki 21 perwakilan di DPR (dari tiga daerah pemilihan) dan empat orang untuk DPD. Keempat anggota DPD untuk periode 2009-2014 adalah H. Dani Anwar, Drs.H. A.M. Fatwa, H. Djan Faridz, dan Pardi.[39] Selain itu Berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2009, DPRD Jakarta memperoleh total 94 kursi yang didominasi oleh Partai Demokrat (32 kursi), PKS (18 kursi) dan PDI-P (11 kursi).[40] Mayoritas dari anggota ini adalah wajah baru (70/94, sekitar 74%), dengan proporsi anggota perempuan 27/94 (meningkat dari periode sebelumnya, 11/56).[41] Kedutaan besar Lihat pula: Daftar kedutaan besar di Jakarta Di Jakarta terdapat 77 kedutaan besar negara-negara sahabat. Sebagian besar kedutaan ini terletak di kawasan bisnis Jakarta. Beberapa kedutaan besar negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Besar Australia dan Kedutaan Besar Filipina. Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut. Pendidikan Lihat pula: Daftar perguruan tinggi swasta di Jakarta DKI Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-AC sampai yang sederhana. Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti Singapura dan Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur, Kolese Kanisius, Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini. DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai universitas terkemuka, antara lain : Universitas Indonesia Universitas Negeri Jakarta Universitas Bina Nusantara Universitas Bakrie Universitas Pancasila Universitas Kristen Krida Wacana Universitas Kristen Indonesia Universitas Pelita Harapan Universitas Multimedia Nusantara Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Universitas Trisakti Universitas Atma Jaya Universitas Tarumanegara Universitas Gunadarma Universitas Budi Luhur Universitas Mercu Buana Universitas Indonusa Esa Unggul Sekolah Tinggi Teknik-PLN Universitas Al Azhar Indonesia Universitas Bunda Mulia Universitas Borobudur Universitas Jayabaya Universitas Darma Persada Universitas Islam Djakarta Universitas Pembangunan Nasional Universitas Khrisnadwipayana Institut Sains dan Teknologi Nasional dan masih banyak lagi institut, universitas maupun sekolah tinggi lainnya Pariwisata Monumen Nasional yang berdiri di tengah Lapangan Merdeka Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup baik di Indonesia. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jakarta, pemerintah mengadakan program Enjoy Jakarta. Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara diantaranya adalah Taman Mini Indonesia Indah, Pulau Seribu, Kebun Binatang Ragunan, dan Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman bermain Dunia Fantasi dan Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga memiliki banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Diantaranya adalah Museum Gajah, Museum Fatahillah, dan Monumen Nasional.[42] Disamping tempat wisatanya yang memadai, saat ini di Jakarta telah tersedia sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.[43] Hampir semua jaringan hotel kelas dunia telah membuka gerainya di Jakarta, seperti JW Marriott Jakarta, The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.
Posted on: Sat, 19 Oct 2013 02:34:19 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015