“KORBAN” atau “KURBAN” Ini dua kata Indonesia yang - TopicsExpress



          

“KORBAN” atau “KURBAN” Ini dua kata Indonesia yang pantang untuk saling dipertukarkan, karena maknanya berbeda. Dalam bahasa Inggris ‘korban’ disebut dengan ‘victim’ dan ‘kurban’ disebut dengan ‘sacrifice’. Deferensiasi makna ini memang unik, karena sesungguhnya baik ‘korban’ maupun ‘kurban’ kita serap dari kata bahasa Arab; [][].Makna Kurban Kurban dalam bahasa arab berakar kata dari qaruba. Akar kata ini membentuk kata: qurb (dekat), taqarrub (mendekatkan diri) aqriba (kerabat) dsb. Menurut para pakar bahasa Arab, kurban bermakna suatu sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah (lihat: Maani l-Quran). Al-Mawardi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa kurban adalah amal kebajikan yang ditujukan menggapai Rahmat Allah. Sedangkan dalam Mujam Wasith kurban berarti segala bentuk amalan untuk bertaqarrub kepada Allah, baik berupa penyembelihan maupun lainnya. Fakhruddin al-Razi dalam tafsirnya mengutip Sabda Nabi kepada Kab: Wahai Kab! Puasa itu adalah perisai dan shalat itu adalah kurban. Lebih lanjut dalam kitab Hilyatul Auliya dijelaskan sebagai berikut: Shalat adalah kurban dari setiap orang yang bertakwa.” Haji itu adalah bentuk jihad dari setiap orang yang lemah Zakat badan adalah puasa Pendakwah tanpa amalan bagai pemanah tanpa busur. Pancinglah turunnya rizki dengan bersedekah Bentengilah hartamu dengan zakat. Qurb (dekat) yang menjadi derivasi kata Qurban mempunyai arti sebagai kondisi istiqamah yang sejalan dengan perintah Allah, ketaatan dan memaksimalkan waktu untuk beribadah kepada-Nya (Lathaif al-Ilam). Dalam hal ini, Abul Qasim al-Junaid (w.297H) memberi contoh makna qurb sebagai berikut: Ketahuilah! Sesungguhnya Allah mendekati hati hamba-hambaNya sesuai apa yang Dia ketahuhi dari kedekatan hati hamba-hambaNya kepadaNya. Maka perhatikanlah, perihal apakah yang mendekati pada hatimu? Takwa dan Kurban Allah berfirman: Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil: Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa. (al-Maidah: 27) Al-Mawardi dalam tafsirnya menukil pendapat Abdullah bin Umar tentang sebab diterimanya kurban Habil, dikarenakan beliau mempersembahkan harta terbaiknya yang berupa tanaman sebagai kurbannya. Sedangkan ditolaknya kurban Qabil ditolak karena dia bersifat minimalis dalam mempersembahkan hartanya. Maka keikhlasan sebagai ruh takwa adalah kualifikasi diterimanya sebuah kurban. Sebab takwa memiliki makna lahir dan batin. Makna lahiriyah takwa diukur dari sejauhmana seorang hamba memperhatikan batasan-batasan (hudud) yang telah ditetapkan Allah. Sedangkan makna batinnya ditentukan oleh keikhlasan dalam setiap amalannya. (lihat: al-Risalah al-Qusyairiyyah, I/308) ----------------------------------------------- Berita di media massa akan menulis ‘Korban meninggal akibat gempa tercatat sebanyak… orang’ dan tidak ditulis dengan ‘Kurban meninggal akibat gempa tercatat sebanyak 20 orang’. ------------------------------------------------ “Korban akibat korupsi adalah……. Tidak ditulis dengan kata ;Kurban akibat korupsi adalah…. “SIAPA KORBAN PERBUATAN KORUPSI?’ Piramida Kurban Koruptor Kata piramida dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna; [1],bangunan dr batu yg berbentuk limas sbg tempat menyimpan mumi raja-raja Mesir dahulu; [2] bentuk atau bangun yg menyerupai segi tiga sama kaki yg sudutnya yg terbentuk oleh dua kaki itu berada di atas; limas;. Dalam bahasa yang sederhana, pengertiia pertama dari kata piramida basanya dimakna sebagai ‘bangunan berbentuk limas yang menjadi kuburan raja mesir’. Konon, pembuatan piramida selalu memakan korban. Korban dalam pengertian fisik maupun dalam pengertian nonfisik. Dalam pengertian fisik, rakyat jelata dikorbankan menjadi para pembuat piramida tersebut. Kerja paksa atas nama kekuasaan. Dalam pengertian nonfisi, piramida jelas membutuhkan dana besar. Untuk keperluan itu, pajak yang diterapkan atau yang khusus diadakan untuk itu akan dikenakan kepada rakyat. Lagi-llagi, rakyat jelita menjadi sasaran paling lemah. Sebab itu, dapatlah kita katakan bahwa alas dasar piramida dibangun atas korban paling banyak, yaitu rakyat jelata. Koruptor tentu tidak sama dengan raja. Koruptor tidak identik dengan raja, tetapi raja yang korup juga banyak. Di sini kata raja kita didefinisikan secara bebas saja. Koruptor jelas tidak membangun piramida sebagaimana raja Mesir. Hanya, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh koruptor, yaitu mengorupsi harta kekayaan Negara demi kepentingan pribadinya, jelas sama seperti tindakan raja membangun piramida. Maka, juga bisa dipastikan ada korban atas tindakan itu. =catatan---------------- KUANTIFIKASI DAMPAK KERUSAKAN AKIBAT KORUPSI =Korupsi telah dinyatakan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crime), yang berarti korupsi mengakibatkan kerusakan besar dan secara luas mempengaruhi kehidupan rakyat Indonesia. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa korupsi mengakibatkan penurunan daya saing nasional, mengganggu pertumbuhan ekonomi, menimbulkan biaya sosial yang besar, dan akhirnya menambah tingkat kemiskinan. Karena itu, korupsi harus dilenyapkan dari Bumi Pertiwi. Sayangnya, hingga kini Indonesia masih saja dianggap sebagai salah satu negara yang banyak korupsinya. Hal tersebut terlihat dari indeks persepsi korupsi (IPK), yang dilansir oleh Transparency International pada 2009, yang mencapai 2,8 dengan posisi ke-111 dari 180 negara yang disurvei. Walaupun terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya (2,6--posisi 126 dari 180 negara). Bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, IPK kita masih berada di bawah mereka walaupun upaya penindakan yang dilakukan Indonesia lebih agresif daripada yang dilakukan negara -negara tetangga tersebut. U4 dari Norwegia telah menyampaikan hasil risetnya, yang membandingkan pemberantasan korupsi oleh KPK dengan beberapa lembaga antikorupsi negara tetangga, khususnya Filipina. Hasil riset tersebut menyebutkan bahwa pemberantasan korupsi yang dilaksanakan KPK sangat impresif dengan tingkat keberhasilan (conviction rate) 100 persen dari sekian banyak kasus besar yang telah ditangani, sementara di negara tetangga tidak menggembirakan. DAMPAK Melihat kinerja KPK dalam beberapa tahun belakangan ini memang menunjukkan capaian yang tidak mengecewakan. Dengan conviction rate yang 100 persen berarti bahwa dalam semua kasus yang dibawa ke pengadilan tindak pidana korupsi dapat dibuktikan mereka bersalah. Dengan ratusan kasus besar yang ditangani KPK, tentunya conviction rate 100 persen bukanlah hal yang mudah dicapai. Sebagai perbandingan, banyak negara di dunia memiliki tingkat conviction rate tidak lebih dari 20 persen, meski jumlah kasus yang ditanganinya masih bisa dihitung dengan jari. Selain itu, jumlah uang dan aset negara yang berhasil dikembalikan KPK juga tidak mengecewakan, yakni sekitar Rp 800 miliar dari upaya penindakan, dan sekitar Rp 6 triliun dari upaya pencegahan. Meski demikian, kita menyadari bahwa pengembalian keuangan negara masih terlalu kecil dibanding tingkat kerusakan yang telah terjadi akibat korupsi. Jumlah uang pengganti dan denda yang dibebankan kepada para koruptor hanya sebesar jumlah yang dapat dibuktikan di pengadilan. Padahal penderitaan yang dialami oleh negara dan seluruh masyarakat sangat luar biasa dan jauh lebih besar dari sekadar jumlah uang pengganti dan denda yang diputuskan oleh pengadilan. Suap yang diberikan oleh pengusaha untuk mendapatkan perizinan, misalnya.; Tentunya diharapkan oleh penyuap akan menghasilkan keuntungan (benefit) yang jauh lebih besar dari jumlah suap yang telah diberikannya. Karena itu, para penegak hukum perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal ini sebagai komitmen dan keberpihakan kepada masyarakat banyak yang telah menjadi korban tindak pidana korupsi. Secara ekonomi, korupsi sebesar Rp 5 miliar yang dilakukan empat tahun yang lalu tentunya bernilai tidak sama bila dibandingkan dengan Rp 5 miliar saat ini. Karena itu, perlu dipikirkan dan dihitung berapa nilai sekarang atas suatu kejahatan korupsi yang dilakukan beberapa tahun yang lalu serta dampak kerusakan yang telah ditimbulkannya. Dampak yang terjadi menyangkut banyak hal, termasuk kerusakan lingkungan seperti longsor dan banjir, atau dampak tidak langsung yang dirasakan masyarakat, seperti kehilangan hak pada pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Berapa banyak kerusakan bisnis sebagai akibat maraknya praktek suap-menyuap dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Berapa banyak perusahaan yang kehilangan kesempatan dan kalah bersaing hanya karena tidak mau mengikuti praktek suap-menyuap. Hal ini tentunya berdampak pada persaingan usaha yang tidak sehat dan mengarah pada penurunan daya saing nasional. Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa kuantifikasi dampak kerusakan dari tindak pidana korupsi perlu diperhitungkan secara lebih komprehensif. Penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi perlu memperhatikan sisi lain, yakni mengembalikan hasil korupsi kepada pihak-pihak yang menjadi korban atas tindakan korupsi tersebut. Berbagai konsep perhitungan perlu dipersiapkan, seperti time value of money serta yang lainnya. ------------ Untuk melakukan hal tersebut, tentunya semua pihak perlu memberi sumbangan pemikiran sehingga dapat bermanfaat dalam menjadikan Indonesia tempat yang nyaman untuk berkehidupan di muka bumi. [][]Bangkrut karena Korupsi: Pelajaran dari Yunani Dalam sejarah lama, Yunani dikenal sebagai tempat lahirnya Ilmu Filsafat, dan menjadi “tanah suci” bagi filsafat dan etika, serta menjadi referensi bagi kiblat pengajaran dan referensi etika. Bahkan sampai para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia pada tahun 2010 sempat berkeinginan kuat untuk belajar ke Yunani. Katanya: “ingin belajar langsung ke tempat lahirnya ilmu etika”. Mau tahu berita itu? wahyuancol.wordpress/2011/12/22/hampir-bangkrut-karena-korupsi-pelajaran-dari-yunani/ Sejarah lama Yunani memang harum. Tetapi sekang, Yunani menjadi lahan yang subur bagi budaya korup dan suap. Bahkan, keadaan tersebut membuat negara tersebut hampir bangkrut. Negara itu bisa selamat dari kebangkrutan karena diselamatkan oleh masyarakat Eropa. Untuk mengetahui lebih jauh tentang persoalan Korupsi yang hampir membangkrutkan Yunani itu, mari kita simak naskah yang saya kutip dari Kaontor Berita Antara di bawah ini: ——————————- Jakarta (ANTARA News) – Uni Eropa mulanya terlihat enggan membantu Yunani, tapi karena dikhawatirkan menulari seisi benua, Uni Eropa akhirnya turun tangan menangani krisis utang Yunani yang memuncak pada April 2010. “Tiga atau empat tahun lalu, saya sudah tahu bahwa salah satu dari karakteristik Yunani adalah korupsi. Krisis Yunani sebenarnya bisa dihindari jika negerit itu memulai segala sesuatu dengan cara yang sama sekali berbeda sejak dekade-dekade lalu,” kata Jean Claude Juncker, Presiden Uni Eropa yang juga Perdana Menteri Luksemburg, seperti dikutip Irish Times (9/10). ------------- Dampak kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi seharusnya dapat dihitung dengan memperhitungkan multiplier yang dirasakan oleh korban tindakan korupsi tersebut. Dengan demikian, bila terjadi suap sebesar Rp 5 miliar, maka dampak yang bisa dihitung adalah Rp 5 miliar x multiplier. Multiplier inilah yang perlu ditetapkan oleh para ahli sehingga dapat diakui secara bersama, yang hasilnya akan dikembalikan kepada para korban dari penyuapan tersebut, yakni masyarakat dan negara yang dirugikan karena ancaman banjir, tanah longsor, kekurangan air bersih, penurunan permukaan tanah, penurunan kesehatan, buruknya infrastruktur dan sanitasi, kehilangan kesempatan kerja, dan lain-lain. -catatan[1]----------------------- [ Berbagai peristiwa yang terjadi dengan KPK dan juga Pemilu 2009 ini membuat Kepala Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia Yudi Latif berpendapat, demokratisasi di Indonesia sedang dalam ancaman [JELAS; KARENA . voa-islam/counter/liberalism/2013/02/06/23084/demokrasi-salah-satu-jalan-setan/]------Terkait dengan hal ini, Ahmad meriwayatkan dari Jabir yang berkata: “Kami duduk di samping Rasulullah SAW. Kemudian beliau menggambar sebuah garis begini di depannya. Beliau bersabda ini adalah jalan Allah SWT. Dan menggambar dua garis di sisi kanannya, dua garis lagi di sisi kirinya. Beliau bersabda ini adalah jalan setan. Kemudian beliau meletakkan tangannya di garis hitam—yang berada di tengah, lalu beliau membacakan ayat di atas, yaitu surat al-An’ân, ayat 153. Sementara demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu “demos” dan “kratos”, artinya kekuasaan dari rakyat untuk rakyat, maksudnya rakyat menghukumi dirinya sendiri dengan hukum yang berasal darinya. Sistem demokrasi ini dibangun dari sebuah premis: jika seorang individu melakukan dan menjalankan kehendaknya sendiri, maka ia berdaulat atas dirinya sendiri; sebaliknya jika kehendaknya dilakukan dan dijalankan oleh orang lain, maka ia menjadi budak bagi orang lain; jika kehendak umat (rakyat) dijalankan oleh sejumlah individu yang telah diberi kewenangan untuk menjalankannya, maka umat menjadi tuan atas dirinya sendiri, sebaliknya jika kehendaknya dijalankan oleh orang lain dengan paksa, maka itu otoriterisme. Karena itu, sistem demokrasi menetapkan bahwa kedaulatan milik rakyat, yakni rakyatlah yang melakukan sendiri kehendaknya melalui orang yang telah diberi wewenang untuk melakukannya melalui pemilihan. Kembali pada pertanyaan: Apakah demokrasi termasuk dalam subul (jalan-jalan), selain jalan Allah, yakni apakah demokrasi itu termasuk jalan setan seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW? YA, DEMOKRASI ITU ADALAH JALAN SETAN. Sebab dengan sistem demokrasi yang menetapkan bahwa kedaulatan milik rakyat, maka seluruh rakyat dipaksa untuk terlibat dalam menciptakan orang-orang brengsek dan para penjarah. Mengapa dikatakan brengsek dan penjarah sebab sesuatu yang dijarahnya itu tidak tanggung-tanggung, adalah hak Allah SWT, yaitu hak membuat hukum. Allah SWT berfirman: “Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah.”( Al-An’âm : 57). Lebih bahayanya lagi bahwa sistem demokrasi yang tidak lain adalah jalan setan ini, telah memaksa seluruh rakyat untuk syirik, dosa yang tidak terampuni, dengan membuat tuhan-tuhan tandingan selain Allah, yaitu para wakil rakyat yang dipilih untuk diberi wewenang membuat hukum. Inilah esensi dari firman Allah: “Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.” (At-Taubah [9] : 31). Anehnya, sehubungan dengan demokrasi ini, kaum Muslim tampak lucu dan sekaligus menyedihkan. Mengapa, karena tingkahnya seperti orang yang berkata “Ya Allah, jauhkan kami dari bahaya”, sementara makanan dan minumannya beracun. =Kaum Muslim, minimal sehari semalam mengucapkan “ihdinâsh shirâthal mustaqîm, tunjukkan kami ke jalan yang lurus” sebanyak 17 kali. Namun mereka masih saja berjalan di jalan setan, yaitu demokrasi. Oleh karena itu, jika kita ingin benar-benar berada di jalan yang lurus (shirâthal mustaqîm), jalan Allah, maka tinggalkan segera jalan setan, demokrasi, dan segera beralih ke jalan Allah, yaitu sistem pemerintahan Islam, Khilafah, yang pondasi utamanya adalah, bahwa kedaulatan milik syara’.[] mediaumat/opini/4375-101-demokrasi-jalan-setan.html[] ------------ ”Tiang reformasi yang ditegakkan pada 1998 satu per satu mulai ditumbangkan. KPK diganggu, kualitas Pemilu 2009 jauh lebih buruk dibandingkan 2004,” kata dia. SUMBER;antikorupsi.org/en/content/pemberantasan-korupsi-negara-yang-tidak-pernah-seriu ” [][]Tiang reformasi yang ditegakkan pada 1998 satu per satu mulai ditumbangkan ….. HARUS DITUMBANGKAN; Reformasi 1998 di Indonesia Didalangi dan Dibiayai Asing? Dan yang paling mengerikan adalah wabah korupsi. Pengamat Indonesia dari Northwestern University (Amerika Serikat), Jeffrey A. Winters menyebutkan bahwa demokrasi berjalan dengan amat maju di Indonesia. Indonesia adalah negeri paling demokratis di Asia Tenggara. Tapi menurut Winters kemajuan demokrasi itu tak disertai dengan tegaknya hukum. Akibatnya korupsi merajalela dan menyebarkan rasa ketidak-adilan yang meluas di kalangan rakyat. ketika tokoh Muhammadiyah Amin Rais atau pengacara Adnan Buyung Nasution meneriakkan jargon reformasi di bulan Mei 1998, menuntut turunnya Presiden Soeharto, yang mereka maki-maki adalah wabah korupsi yang meluas. Waktu itu sangat populer jargon KKN (Korupsi Kolusi dan Nespotisme). Semua para tokoh reformasi berteriak-teriak sampai suaranya parau, bahwa mereka adalah orang yang paling anti-KKN alias korupsi, kolusi, dan nespotisme. Amin Rais, Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis, Goenawan Mohammad, Faisal Basri, Hatta Rajasa, dan yang lain-lain menjadikan Presiden Soeharto sebagai simbol KKN dan mereka para pemimpin reformasi adalah tokoh anti-KKN. …. Tampaknya reformasi ini memang sudah salah sejak awal. Betapa tidak? Bukti-bukti menunjukkan reformasi 1998 itu bukan inisiatif dan upaya kita sendiri melainkan hasil dari campur tangan asing. Reformasi 1998 itu didalangi dan dibiayai pihak asing dengan 26 juta Dollar Amerika Serikat atau dengan kurs sekarang Rp 200 milyar lebih. Sebuah jumlah yang cukup besar. Menurut The New York Times, koran terkemuka Amerika Serikat edisi 20 Mei 1998 yang ditulis wartawannya, Tim Weiner, pemerintahan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton bermain dua muka di Indonesia. Di satu pihak Clinton terus menyokong pemerintahan Presiden Soeharto. Tapi di pihak lain mereka diam-diam mendukung kelompok oposisi dengan harapan akan terjadi transisi menuju masyarakat demokratis di Indonesia. Melalui badan bantuan resmi pemerintah Amerika Serikat, United State’s Agency for International Development (US-AID), pemerintah Amerika Serikat mencurahkan duit kepada kelompok-kelompok oposisi di Indonesia sejak 1995, yang jumlahnya mencapai 26 juta dollar. JUMLAH ITU, MENURUT THE NEW YORK TIMES , BAGI PEMERINTAH AMERIKA ADALAH ‘KECIL’; Tapi ia merupakan jumlah yang penting untuk menghidupkan gerakan penegakan hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia. Sebagian dari uang 26 juta dollar itu, misalnya, merupakan sumber utama untuk mendukung Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang dipimpin Adnan Buyung Nasution, tokoh utama dalam gerakan menegakkan demokrasi dan hak-hak sipil pada waktu itu. Atau seperti ditegaskan Sharon Cromer, Deputi Direktur US-AID, Amerika Serikat membantu pembela hak-hak sipil untuk memonitor isu-isu hak asasi manusia (HAM), memobilisasi pendapat umum (opini publik), ------------------------------------------KHUSUS------------------ Catatan PENTING ;----------BACA; …….orang seniornya yang di LP3ES, antara lain, Tawang Alun, Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin, dan Ismid Hadad. ***TERUTAMA dari Dawam Rahardjo, Mansour kemudian mulai mengenal pemikiran-pemikiran strukturalisme dalam kajian politik ekonomi, Suatu saat, LP3ES dan LSP ingin memperbaharui dan mengembangkan metodologi pendidikan dan pelatihannya. Yang dipercaya untuk ikut membantu adalah ‘Kelompok Jayagiri’, suatu kelompok pendidikan non-formal yang bermarkas di Pusat Pelatihan Pendidikan Masyarakat di Jayagiri, Lembang, Bandung. Di kelompok ini ada dua orang aktivis dari Volunteers in Asia (VIA), yakni Russ Dilts dan Craig Thorburn, dua orang yang juga sulit dipisahkan dari banyak kegiatan Mansour di kemudian hari. =[ BACA BAIK-BAIK] Kelompok Jayagiri waktu itu bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mengembangkan metodologi pelatihan partisipatif (participatory training methodology) yang menggabungkan pendekatan teori kritisnya Jurgen Habermas dari Sekolah Frankfurt, dengan teori-teori analisis sosial struktural, dan dengan teori-teori psikologi dan aksi sosial dari Kurt Lewin. Berbekal dengan alat analisis sosial struktural dan metodologi pelatihan partisipatif itulah, Mansour kemudian malang-melintang dalam dunia pendidikan masyarakat. Dan, dalam perjalanan intelektual sekaligus praktek politik semacam itulah ia kemudian bertemu dengan berbagai kelompok maupun perseorangan yang aktif melakukan proses-proses pendidikan kerakyatan (popular education) sekaligus kerja-kerja advokasi. Mansour bertemu dengan orang-orang seperti Toto Rahardjo, Erwin Panjaitan, Simon Hate, Ahmad Mahmudi, dan Roem Topatimasang. Sederet nama ini adalah orang-orang yang telah cukup lama bergerak di lapis-bawah melakukan kerja-kerja pengorganisasian rakyat (people organizing). Toto dan Simon khususnya telah lama melakukan kerja-kerja pengorganisasian rakyat melalui media kesenian, terutama teater rakyat (popular theatre). [BACA BAIK-BAIK];Toto dan Simon lah yang nantinya memperkenalkan Mansour dengan seniman dan budayawan lulusan Pondok Pesantren Gontor, yakni Emha Ainun Nadjib, orang yang kemudian juga banyak menjadi kawan diskusi Mansour mengenai teologi Islam. Dan, melalui orang-orang ini jugalah Mansour kemudian lebih banyak mengenal langsung pemikiran-pemikiran dan metodologi pendidikan kritis (critical methodology of education) dari Paulo Freire. Mansour kemudian mulai berhubungan pula dengan kelompok intelektual dari kalangan Katolik yang banyak menerapkan metodologi pendidikan Freirean, seperti Romo Ruedi Hoffmann dari PUSKAT (Pusat Kateketik) dan Romo Mangunwijaya dari Pastoran Salam, Jogyakarta. Boleh dikatakan bahwa pertemuan antara pendekatan analisis sosial struktural dengan metodologi pendidikan kritis itulah yang merekatkan kembali pemikiran-pemikiran kritis teologi Islamnya Mansour selama ini. -------- Dan, kesempatan untuk mewujudkannya secara lebih terpadu dan sistematis dalam aksi nyata diperoleh Mansour ketika LP3ES dan LSP kemudian mendirikan Perhimpunan Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M). =Disinilah kemudian Mansour bertemu dengan beberapa intelektual muda Islam yang progresif justru dari kalangan tradisional, antara lain, Abdurrahman Wahid, Masdar Farid Mas’udi, MM.Billah, Mufid Busyairi, dan Muslim Abdurrahman. =Juga dengan beberapa kawan lamanya semasa di IAIN, LP3ES, dan LSP, yakni Helmi Ali, Mochtar Abbas, Sugeng Setiadi, dan Driyantono. Beberapa pondok pesantren terkemuka di Jawa menjadi ajang pergumulan praxis mereka. Yang paling menonjol adalah ‘sekolah aktivis akar-rumput’ dengan nama Institut Pengembangan Masyarakat (IPM) di Pondok Pesantren Pabelan, Magelang, Jawa Tengah. Setidaknya, ada dua alasan mengapa Pesantren Pabelan menjadi fenomenal waktu itu. Pertama, karena pesantren ini —yang pernah menerima penghargaan internasional Aga Khan Architectural Memorial Award dan Hadiah Lingkungan Hidup Nasional Kalpataru—memang mengembangkan atmosfir intelektual yang terbuka, pegas, dan inklusif. Tak kurang dari orang-orang seperti Romo Mangunwijaya dan Arief Budiman pernah menjadi narasumber tetap disana. Kedua, karena pemimpin pesantren ini waktu itu, Kyai Hamam Dja’far –yang kemudian terkenal sebagai mitra Romo Mangunwijaya membela penduduk Kedung Ombo— memang sudah dikenal sebagai ulama yang berpikiran terbuka, yang mempersilahkan dan memberi kebebasan kepada mereka untuk mempraktekkan model pendidikan kritis di pesantrennya. “ Dan, semuanya itu semakin dimungkinkan oleh tiga serangkai yang mengelola IPM (Mochtar Abbas, Sugeng Setiadi, Roem Topatimasang), kawan-kawan lama Mansour sendiri.” [BACA BAIK-BAIK]; Hubungan Mansour dengan kawan-kawan aktivisnya terus berlanjut dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan dan politik, hingga kemudian Mansour berangkat ke Amerika Serikat, di akhir 1980an, untuk melanjutkan sekolahnya. Sebelum berangkat, terjadi semacam ‘kesepakatan tak tertulis’ dengan kawan-kawannya tersebut, bahwa Mansour mendapat semacam tugas untuk ‘menteorikan’ semua kerja-kerja praxis yang dilakukan kawan-kawannya selama ini. Ini adalah suatu kesepakatan sinergis antara ‘orang-orang yang tidak sekolah’ yang berguru langsung pada pengalaman dan kehidupan, dengan seseorang yang kelak akan masuk ke dalam gelanggang intelektual karena legitimasi gelar akademisnya hasil sekolah formal. Mansour tidak menyia-nyiakan kepercayaan kawan-kawannya itu. Pada tahun 1990, ia meraih gelar Master of Education dari University of Massachusetts dengan tesis: Participatory Research on Economic Development: A Source Book for Practitioners. Karena kemampuan intelektualnya, almamaternya di Amherst itu memberinya kesempatan melanjutkan terus sekolahnya untuk meraih gelar doktor. *** Di kalangan aktivis gerakan sosial di Indonesia, ada satu nama yang tak dapat dipisahkan dari nama Mansour Fakih, yakni Roem Topatimasang. Mereka berdua dianggap sebagai ‘tandem abadi’. Pertemuan mereka berdua bermula saat Adi Sasono, Dawam Rahardjo, dan Utomo Dananjaya berencana mengembangkan suatu tim ‘fasilitator pelatihan dan pendidikan kerakyatan’ yang handal di LSP. Mansour mengusulkan agar menarik beberapa orang mantan aktivis dan pemimpin gerakan mahasiswa 1978 yang baru saja keluar dari penjara tahanan politik saat itu. Dua orang diantaranya adalah ‘pasangan’ dari Bandung, yakni S.Indro Tjahjono (mantan Presidium Dewan Mahasiswa ITB) dan Roem Topatimasang (mantan Ketua Presidium Dewan Mahasiswa IKIP Bandung). Sementara Indro semakin banyak terlibat dalam lingkaran diskusi politik di Masyarakat Studi Pembangunan (MSP) saat itu, Roem justru semakin memusatkan kegiataannya pada program-program pelatihan dan pendidikan di tingkat akar-rumput. ...... =bagaimana biasanya, Roem mendampingi Utomo dan Mansour sebagai perancang kurikulum, proses dan media pelatihan. Di hari kedua, mungkin karena terlalu lelah, Utomo dan Mansour bangun kesiangan. Begitu bangun, mereka panik dan langsung menuju ke ruang pelatihan. Namun mereka terkejut ketika disana melihat Roem sudah memfasilitasi proses pelatihan. Dan, yang membuat mereka semakin terhenyak adalah karena Roem memfasilitasinya dengan cara yang sangat unik, hidup, dan menarik. Sejak itu, Utomo dan Mansour ‘MEMBAPTIS’Roem sebagai tandem mereka. Pasangan Mansour dan Roem merupakan pasangan ideal dalam memfasilitasi proses-proses pelatihan dan pendidikan. Mansour dengan bekal teori dan latarbelakang akademisnya, sedangkan Roem dengan latarbelakang pengalaman empiriknya sebagai aktivis gerakan politik mahasiswa dan pengorganisir rakyat lapis-bawah. Dalam membahas suatu topik, misalnya, biasanya Mansour selalu memulainya dengan suatu teori tertentu, baru kemudian dikaitkan dengan realitas permasalahan yang ada. Sebaliknya, Roem selalu memulai dari realitas permasalahan nyata dan pengalaman empirik, baru kemudian menariknya menuju ke aras teori. Roem dikenal sebagai aktivis yang lebih memilih melakukan kerja-kerja pengorganisasian di berbagai daerah di Indonesia, dan sejak tahun 1990an juga di beberapa negara Asia Tenggara (Malaysia, Cambodia, Vietnam, Thailand, Burma, dan Timor Lorosa’e). Ia terlibat aktif melakukan pengorganisasian rakyat di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa Tenggara, dengan berbagai issu dan permasalahan masyarakatnya masing-masing. Roem pula yang akhirnya ‘memaksa’ Mansour menerima beasiswa melanjutkan sekolahnya. Waktu itu, Mansour sebenarnya masih sungkan dan setengah hati menerima beasiswa tersebut, karena merasa dunia akademik bukanlah dunianya. Dia hampir saja menolak tawaran tersebut. Demikian juga halnya ketika ada tawaran menjadi Country Representative (CR) OXFAM-UK/I di Indonesia. Mansour awalnya bimbang, tapi akhirnya ia menerima juga jabatan itu setelah beradu argumentasi cukup lama dan alot dengan Roem. Kawan-kawan lamanya, terutama Toto Rahardjo dan Erwin Panjaitan, juga mendukung Roem. *** ..... =[ BACA BAIK-BAIK] Kelompok Jayagiri waktu itu bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Luar Sekolah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, mengembangkan metodologi pelatihan partisipatif (participatory training methodology) yang menggabungkan pendekatan teori kritisnya Jurgen Habermas dari Sekolah Frankfurt, dengan teori-teori analisis sosial struktural, dan dengan teori-teori psikologi dan aksi sosial dari Kurt Lewin. [BACA BAIK-BAIK];Toto dan Simon lah yang nantinya memperkenalkan Mansour dengan seniman dan budayawan lulusan Pondok Pesantren Gontor, yakni Emha Ainun Nadjib, orang yang kemudian juga banyak menjadi kawan diskusi Mansour mengenai teologi Islam. Dan, melalui orang-orang ini jugalah Mansour kemudian lebih banyak mengenal langsung pemikiran-pemikiran dan metodologi pendidikan kritis (critical methodology of education) dari Paulo Freire. Mansour kemudian mulai berhubungan pula dengan kelompok intelektual dari kalangan Katolik yang banyak menerapkan metodologi pendidikan Freirean, seperti Romo Ruedi Hoffmann dari PUSKAT (Pusat Kateketik) dan Romo Mangunwijaya dari Pastoran Salam, Jogyakarta. Boleh dikatakan bahwa pertemuan antara pendekatan analisis sosial struktural dengan metodologi pendidikan kritis itulah yang merekatkan kembali pemikiran-pemikiran kritis teologi Islamnya Mansour selama ini. [BACA BAIK BAIK ] Bersama Mansour, forum ini berhasil membongkar kinerja ORNOP Indonesia yang ternyata juga menganut paradigma yang sama saja dengan paradgima ‘pembangunan-isme’ (developmentalism) nya pemerintah selama ini. Kali kedua pertemuan Pieter dengan Mansour adalah tahun 1992, ketika Roem Topatimasang merekomendasikan Mansour melakukan penelitian lanjutan di Maluku Tenggara. Dan, saat itulah Mansour bertemu dan mengenal seorang anak muda yang juga sedang aktif memfasilitasi kerja-kerja pengorganisasian rakyat yang sedang berlangsung disana. Dia adalah Don Marut yang saat itu bekerja sebagai Program Officer OXFAM-UK/I untuk Maluku, yang juga memilih Maluku sebagai wilayah kerjanya atas rekomendasi Roem. Rupa-rupanya, di Maluku Tenggara itulah Mansour dan Don menemukan laboratorium hidup yang kelak memperkaya pengalaman mereka menapaki jalan dan panggilan untuk berjaga bagi kemanusiaan. Waktu itu, suatu peristiwa luar biasa sedang terjadi disana, tepatnya di Pulau Yamdena, Kepulauan Tanimbar. Masyarakat adat tempatan disana sedang berhadapan dengan kekejaman oleh aparat keamanan dan negara. Mereka menentang izin konsesi pembalakan hutan (HPH) dalam kawasan ulayat adat mereka. Mereka marah. Hajat hidup mereka sedang diporak-porandakan oleh suatu sistem yang mengatasnamakan ‘kebijakan negara’ dan ‘kepentingan umum’. Bekerjasama dan dibantu oleh Roem dan Don, Pieter memfasilitasi mereka menentang kebijakan brutal tersebut. Mereka mempersenjatai diri dengan semua bentuk advokasi yang memungkinkan saat itu: aksi massa, blokade lokasi, kampanye pendapat umum, sampai lobi-lobi di tingkat nasional dan internasional. Pada aras kampanye dan lobi inilah Mansour menjalankan perannya sendiri dan kembali bertemu dengan dua orang kawan lamanya, Saleh Abdullah dan S.Indro Tjahjono, keduanya waktu itu memimpin Sekretariat Kerjasama Pelestarian Hutan Indonesia (SKPEHI) dan Indonesian Front for Defense of Human Rights (INFIGHT) di Jakarta. Dan, disini pula lah Mansour bertemu pertama kalinya dengan Hira Jhamtani, seorang aktivis lingkungan yang dengan segera menemukan kesamaan pandangan dengan Mansour mengenai aspek-aspek global dari masalah lingkungan hidup dalam kaitannya dengan proses transformasi [BACA BAIK BAIK] Mereka berlima (Mansour, Indro, Hira, Saleh, dan Don) mulai serius mengembangkan suatu ‘analisis global’ terhadap issu-issu lingkungan hidup, hak-hak masyarakat adat, dan hak-hak asasi manusia umumnya. Saat itu, mereka sempat merumuskan bersama suatu kerangka analisis yang mereka sebut sebagai ‘the politics of bio-transformation’, suatu kerangka analisis yang kala itu dianggap ‘nyeleneh’ atau ‘terlalu radikal’ bahkan oleh kalangan aktivis ORNOP sekalipun. Berbekal pengalaman dari semua kawan-kawannya itulah, Mansour mulai menyusun suatu kerangka analisis sendiri untuk keperluan penyusunan disertasi doktornya. Dibantu oleh satu tim khusus yang terdiri dari kawan-kawan lamanya (Sugeng Setiadi, MM.Billah, Helmi Ali, Mufid Busyairi, Mochtar Abbas, Ahmad Mahmudi, Saleh Abdullah, S.Indro Tjahjono, dan Roem Topatimasang), dia mulai mengorganisir beberapa pertemuan reflektif dan rekolektif dengan berbagai kalangan. Rangkaian pertemuan ini sekaligus merupakan proses penelitiannya yang kemudian dirampungkan dalam disertasi doktornya: The Role of Non Governmental Organizations in Social Tranformation: A Participatory Inquiry in Indonesia. Disertasi inilah yang membuatnya berhak menyandang gelar Doctor of Education (D.Ed) dari University of Massachusetts pada tahun 1994. =Selama di Amerika Serikat (1988-1994), pemikiran Mansour diperkaya oleh pemikiran Antonio Gramsci dan juga pandangan-pandangan serta teori-teori gerakan feminisme. =Salah seorang profesor penyelia nya adalah Arturo Escobar, seorang pakar antropologi dari Amerika Latin yang ‘memperkaya’ =Teori Ketergantungan –yang paling sering digunakan untuk menjelaskan masalah kemiskinan dan keterbelakangan di Amerika Latin—dengan unsur-unsur dan analisis kebudayaan dan teori gerakan sosial. =Teori Ketergantungan saat itu memang masih sangat kental diwarnai oleh analisis klasik Marxian yang terlalu struktural dan deterministik. Sementara itu, seorang mahasiswa senior di Amherst ketika itu adalah William Smith, orang yang kemudian menyelesaikan disertasi doktornya tentang teori pemikiran dan praktek pendidikan pembebasan nya Paulo Freire. Boleh dikata, Smith adalah ‘murid langsung’ Freire, pernah terlibat beberapa tahun dalam kerja-kerja lapangan bersama Freire di Amerika Latin. Maka, disertasi doktornya itu sampai sekarang dianggap sebagai salah satu sumber yang mampu memberikan penafsiran lengkap dan terbaik atas pemikiran dan karya-karya Freire. Mansour beruntung beberapa kali mendapat kesempatan berdiskusi langsung dengan Smith, dan juga Freire sendiri. Mansour pun mulai mendalami sejarah perubahan sosial di negara-negara Amerika Latin. Di sela kesibukannya menyusun disertasi itulah, orang yang tergila-gila dengan film The Burning Season dan Apocalypse Now ini, pendengar setia Pink Floyd dan George Santana, serta pelahap roman-roman Pramoedya Ananta Toer, dipercaya menduduki jabatan sebagai Country Representative OXFAM-UK/I di Indonesia. =Mansour benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk mendukung munculnya ‘gerakan-gerakan baru perubahan sosial’ di berbagai wilayah dan dalam berbagai issu strategis di Indonesia. Mansour melanjutkan diskusi intensifnya dengan S.Indro Tjahjono dan Hira Jhamtani yang memiliki keresahan yang sama dengan gejala kemunculan ‘neo-liberalisme’. --------- ****contoh VIRUS****Dan, dengan penguasaan yang sangat baik mengenai teori pemikiran dan gerakan feminisme, Mansour juga memanfaatkan sumberdaya OXFAM-UK/I saat itu untuk memperkenalkan pendekatan dan analisis gender secara lebih holistik dan mendalam, khususnya di kalangan para aktivis ORNOP di Indonesia. Boleh dikata, inilah karyanya yang paling fenomenal, memperkenalkan dan mengembangkan analisis gender sebagai suatu alat analisis sosial secara holistik dan sistematik, bahkan sampai ke tingkat implementasi programatik dan metodologi praxisnya. Para aktivis gerakan perempuan di Indonesia berutang padanya dalam hal ini. Sebelumnya, banyak aktivis memahami teori dan analisis gender tersebut --------- Gelar doktor yang dibawanya pulang dari Amerika Serikat tidak membuat Mansour melirik ranah lain untuk meneruskan perjalanan hidupnya. =Ia tetap bersetia pada ranah pendidikan kerakyatan bersama kawan-kawan lamanya. Pada tahun 1994, dia bergabung dengan sembilan kawan lamanya (Roem Topatimasang, Zumrotin K.Susilo, Wardah Hafidz, Abdul Hakim Garuda Nusantara, Fauzi Abdullah, Mahendro, August Rumansara, Roy Tjiong, Sugeng Setiadi, dan Wilarsa Budiharga) mendirikan Resources Management & Development Consultants (REMDEC) di Jakarta, suatu lembaga pelayanan fasilitasi dan konsultasi pengembangan kemampuan (capacity building) organisasi-organisasi non pemerintah dan masyarakat. Melalui berbagai kegiatan pelatihan dan konsultasi oleh REMDEC inilah, dia tetap memelihara kontak langsungnya dengan berbagai organisasi gerakan sosial dan para aktivis pengorganisasian rakyat di seluruh Indonesia. Dan, di REMDEC ini jugalah Mansour bersama Wilarsa Budiharga, Sylvia Tiwon, dan Ayi Bunyamin, merintis suatu divisi khusus pengkajian dan pengembangan dengan nama ‘Praxis’. Hingga tahun 1997, saat rezim Soeharto sedang ganas karena suhu politik semakin meninggi, Mansour kembali mengajak beberapa kawan lamanya memikirkan suatu wadah baru yang bersifat ‘lebih longgar’ dibanding REMDEC yang berbadan hukum resmi sebagai perseroan terbatas (PT). Seperti biasa, awal dari suatu gagasan baru semacam ini terlahir dan digodok bersama dengan ‘TANDEM ABADINYA[ dewa] Roem Topatimasang, yang waktu itu juga sedang bersiap-siap mencari tempat baru setelah sekitar 5 tahun menetap dan bekerja di Maluku. =Mereka berdua lalu mengajak beberapa kawan lama (Rizal Malik, Sri Kusyuniati, Sita Aripurnami, Fauzi Abdullah, dan Wilarsa Budiharga) mendirikan Institute for Social Transformation (INSIST) di Jogyakarta. Segera setelah INSIST resmi terbentuk, beberapa kawan lama lainnya segera ikut bergabung, antara lain, Toto Rahardjo, Saleh Abdullah, Amir Sutoko, Simon Hate, Noer Fauzi, dan Yando Zakaria. Beberapa orang intelektual juga kemudian ikut aktif dan bergabung dalam berbagai kegiatan INSIST, antara lain, P.M.Laksono, Francis Wahono, dan Ivan A.Hadar. Seorang pemuda yang dulu dikenal oleh Mansour di Maluku Tenggara dan kemudian menjadi rekan kerjanya di OXFAM-UK/I Indonesia, Don Marut, kemudian ikut bergabung pula pada tahun 2003. Setelah menyelesaikan gelar masternya di Cambridge University, Inggris, Don menjabat sebagai Sekretaris Eksekutif South East Asia Committee for Advocacy (SEACA) yang berkedudukan di Bangkok, Thailand, sambil menyelesaikan gekar masternya yang lain di Univesitas Chulalongkorn. Ketika kontrak kerjanya selesai di Bangkok, Mansour segera menarik Don pulang ke Jogyakarta dan dipercayakan menjabat sebagai Direktur Eksekutif INSIST. Praktis, INSIST kini berkembang menjadi suatu organisasi terbuka bagi banyak aktivis gerakan sosial dan intelektual dari berbagai tempat di seluruh Indonesia. Mansour sendiri suka sekali menyebut INSIST sebagai ‘sekolah nya para aktivis gerakan sosial di Indonesia’. =Banyak aktivis terkemuka dari berbagai tempat di Indonesia juga selalu menjadikan INSIST sebagai ‘tempat singgah dan refleksi’ mereka, antara lain, Budi Setianto dan Yusuf Sawai (Papua), Nus Ukru atau George Corputty (Maluku), Hedar Laudjeng dan Haris Palinduri (Sulawesi), Ahmad Harbandi (Kalimantan Selatan), John Bala (Flores), Made Suarnatha dan Yoga Atmaja (Bali), Nani Zulminarni (Jakarta), Henri Saragih dan Ahmad Sofyan (Sumatera Utara). =Bahkan juga Nuno Rodriguez, Abel Santos, dan Ego Lemos dari Timor Lorosa’e. Puluhan aktivis muda juga telah dilahirkan oleh INSIST melalui program Indonesian Volunteers for Social Movement (INVOLVEMENT) yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan Timor Lorosa’e. Bahkan, beberapa penulis, sastrawan, dan budayawan muda yang berwawasan transformasi sosial, juga mulai dilahirkan oleh INSIST melalui Akademi Kebudayaan Yogyakarta (AKY). Bersama Roem Topatimasang, Anu Lounela, dan Eko Prasetyo, Mansour memimpin Dewan Redaksi Tetap Jurnal INSIST, [ BACA BAIK BAIK] Wacana, yang kini menjadi salah satu jurnal pemikiran yang diperhitungkan di Indonesia, suatu jurnal yang lebih bermaksud mewadahi pergulatan wacana transformasi sosial, bukan sekadar menyalurkan kegenitan intelektual. Maka, dari komposisi orang-orang tersebut kita segera dapat melihat bagaimana sebenarnya ‘isi kepala’ INSIST: berbagai orang dari beragam keahlian dan latar belakang, berkumpul tanpa mempedulikan asal-usul, ras, agama, senioritas, dan lulusan dari sekolah mana atau bergelar sarjana atau tidak. Kebanyakan dari mereka adalah justru orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki ‘nama besar’ apapun. Mereka umumnya adalah ‘orang-orang biasa’ saja dari ‘kalangan orang biasa’ juga. Emha Ainun Nadjib dan kawan-kawannya dari Komunitas Pak Kanjeng dan Teater Dinasti, pada bulan Oktober 2003, sempat memberikan semacam ‘kado ulang tahun’ INSIST dengan pementasan musikalisasi puisi bertajuk ‘Kesaksian Orang-orang Biasa’. Dan, serba ‘orang biasa’ itu pulalah latar belakang pribadi Mansour sendiri. …. Di Indonesia, menjadi seseorang yang berdiri kokoh dan sanggup merumuskan dirinya sendiri, bukanlah perkara yang sederhana. Seseorang menjadi dan dianggap ‘orang’ jika punya ‘trah’, kasta, dan asal-usul yang jelas. Asal-usul keluarga, latar belakang komunitas, kelompok atau institusi berpengaruh dan bernama besar selama ini, menjadi semacam passport untuk melakukan mobilisasi vertikal dan horizontal. Tidak heran jika sampai sekarang, apabila ada seseorang yang melejit namanya akan selalu dihubungkan dengan pertanyaan: Dari mana dia berasal? Siapa saja tokoh besar di belakangnya selama ini? Institusi apa yang mendukungnya? Dia berafiliasi dengan kelompok mana? Dalam hal seperti itu, Mansour adalah potret yang mewakili orang-orang yang tidak jelas asal-usulnya, tidak jernih kastanya, dan kabur ‘trah’ sosial politik dan sosial ekonomi nya. Ia berada dalam peta orang-orang yang dianggap tidak jelas. Dan, untuk orang seperti dia, sepertinya sejarah tak perlu mencatatnya. Ya, Mansour adalah sosok orang biasa, lahir dari keluarga biasa yang kebetulan mempunyai kesempatan mengenyam ilmu di kota. Ia sama dengan orang biasa yang lain, dimana ketidakadilan bisa terlihat dengan kasat-mata dan tak perlu jauh-jauh mata memandang, serta sangat bisa marah menyaksikan semua itu. Dan Mansour juga menyadari bahwa ia adalah orang yang lemah. Oleh karena itu, ia butuh kawan dan organisasi untuk bersama-sama mewujudkan apa yang diinginkannya. Mungkin itu pula sebab mengapa Mansour terlihat begitu getol merintis organisasi dan komunitas. Mansour selalu berfikir bahwa organisasi merupakan tempat pembelajaran berkelanjutan atas dasar pengalaman bersama bagi orang-orang yang selalu gelisah seperti dirinya. Bagi Mansour dan orang-orang sejenisnya, hanya ada dua hal yang mejadi batu pijakan agar tetap kokoh: belajar dari pengalaman kebersamaan, dan konsisten dalam menetapkan pilihan. Dua-duanya rumit, dan selalu ada harga yang harus dibayar pada setiap pilihan. BACA SELENGKAPNYA DI; remdec.co.id/drupal/id/lapak/8c644487a5e9c9c3e598ffd322181c83 ------ [ BACA BAIK BAIK] Wacana, yang kini menjadi salah satu jurnal pemikiran yang diperhitungkan di Indonesia, suatu jurnal yang lebih bermaksud mewadahi pergulatan wacana transformasi sosial, bukan sekadar menyalurkan kegenitan intelektual Mansour benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk mendukung munculnya ‘gerakan-gerakan baru perubahan sosial’ di berbagai wilayah dan dalam berbagai issu strategis di Indonesia =Dan memonitor pelanggaran hukum dan korupsi (KKN). Untuk itu duit 26 juta dollar dibagi-bagikan kepada sekitar 30 LSM Indonesia. ------------------------------------------- …Kita harus memperjelas dari mana sebenarnya datang ide tentang reformasi 1998? Kalau ternyata ide itu berasal dari para aparat US-AID, apalagi dari agen CIA, tentu itu merupakan catatan kelam bagi sejarah kita. Juga perlu diperjelas: siapa saja tokoh 30 LSM yang menerima dollar dari US-AID? Kenapa duit 26 juta dollar ini tak pernah diungkap secara transparan? Apakah karena telah terjadi korupsi? BACA SELENGKAPNYA DI akhirzaman.info/nasional/ipoleksosbud/2182-reformasi-1998-di-indonesia-didalangi-dan-dibiayai-asing.html [KHUSUS] Maka, dari komposisi orang-orang tersebut kita segera dapat melihat bagaimana sebenarnya ‘isi kepala’ INSIST:[ oldies.insist.or.id/index.php?lang=en&page=profil&id=3 ] berbagai orang dari beragam keahlian dan latar belakang, berkumpul tanpa mempedulikan asal-usul, ras, agama, senioritas, dan lulusan dari sekolah mana atau bergelar sarjana atau tidak. Kebanyakan dari mereka adalah justru orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki ‘nama besar’ apapun. =nama Mansour Fakih bukanlah yang baru bagi para aktivis gerakan sosial di Indonesia, dan bahkan internasional. Baru-baru ini, ia dipercayakan dengan posisi sebagai anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM). Mansour kemudian dipilih sebagai anggota dari Proses Helsinki, sebuah forum internasional yang dikoordinasikan oleh Kementrian Luar Negeri Finlandia, beberapa negara Selatan, dan berbagai LSM internasional untuk bekerja untuk sebuah solusi untuk masalah globalisasi. Dalam Proses Helsinki, hanya dua orang mewakili Asia. Salah satunya adalah Mansour Fakih dari Indonesia. Tidak seperti kebanyakan kaum intelektual di Indonesia, Mansour tidak tumbuh di laboratorium tenang di menara gading tinggi. Dia tumbuh melalui dialektika teori dan praktek. Nya dua gelar (master dan doktor) dari Universitas Massachusets, Amerika Serikat, tidak membuat sikapnya arogan atau kepalanya sibuk dengan hiburan intelektual dan kehormatan. Dia melihat derajat dan posisi sebagai alat untuk memperjuangkan apa yang dia kuasai YAITU; IDE IDE MU’TAZILAH Mutazilah atau Itizaal adalah kata yang dalam bahasa Arab menunjukkan kesendirian, kelemahan dan keterputusan, Mansour mulai serius berpikir tentang rasionalisme Islam. Dia menyimpulkan bahwa banyak orang beragama di Indonesia mengikuti teologi keliru. Agama telah menjadi dogmatis. Pemahaman Islam yang hanya menerima agama dan wahyu sebagaimana adanya, ia merasa, menyebabkan kekakuan pemikiran, khususnya dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Mansour merasa bahwa ada telah datang tidak ada korelasi antara ajaran agama dan masalah-masalah yang dihadapi orang-orang. Agama telah menjadi satu-satunya wahyu dan peraturan yang ketat terletak jauh di langit. Agama bahkan menjadi alat bagi pasukan kuat terlibat dalam penindasan yang tenang. Pada fase ini, Mansour menjadi sangat percaya pada ide-ide Mutazilah, aliran teologis rasional yang telah menjadi fenomena besar dalam sejarah Islam. =DOSA APA YANG DIPERBUAT SEHINGGA ALLAH MENJADIKAN BANGSA INI SEAKAN TERKUTUK?” [Dosa apa yang telah kita perbuat sehingga Yang Maha Kuasa menjadikan bangsa ini seakan terkutuk?] Tapi sayangnya mereka tidak sadar “berdiri di atas berlian”, langsung saja kita lihat profil negaranya. Wooww… Apa yang terjadi? Apakah penulis salah? Tapi dengan tegas penulis nyatakan bahwa negara itulah sebagai negara terkaya di dunia. Tapi bukankah negara itu sedang dalam kondisi terpuruk? Hutang dimana-mana, kemiskinan, korupsi yang meraja lela, kondisi moral bangsa yang kian menurun serta masalah-masalah lain yang sedang menyelimuti negara itu. Baiklah mari kita urai semuanya satu persatu sehingga kita bisa melihat kekayaan negara ini sesungguhnya. 1. Negara ini punya pertambangan emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia Apa saja kandungan yang terdapat di tambang di Freeport? ketika pertambangan ini dibuka hingga sekarang, pertambangan ini telah mengasilkan 7,3 juta ons tembaga dan 724,7 juta ons emas. Yang mau bantu penulis untuk menghitung nilai tersebut dipersilahkan. Hitunglah sendiri dan Anda akan tercengang dengan nilainya. Lalu siapa yang mengelola pertambangan ini? Bukan negara ini tapi Amerika! Prosentasenya adalah 1% untuk negara pemilik tanah dan 99% untuk Amerika sebagai negara yang memiliki teknologi untuk melakukan pertambangan disana. Bahkan ketika emas dan tembaga disana mulai menipis ternyata dibawah lapisan emas dan tembaga tepatnya di kedalaman 400 meter ditemukan kandungan mineral yang harganya 100 kali lebih mahal dari pada emas, ya.. dialah URANIUM! Bahan baku pembuatan bahan bakar nuklir itu ditemukan disana. Belum jelas jumlah kandungan uranium yang ditemukan disana, tapi kabar terakhir yang beredar menurut para ahli kandungan uranium disana cukup untuk membuat pembangkit listrik Nuklir dengan tenaga yang dapat menerangi seluruh bumi hanya dengan kandungan uranium disana. Freeport banyak berjasa bagi segelintir pejabat negeri ini, para jenderal dan juga para politisi nakal, yang bisa menikmati hidup dengan bergelimang harta dengan memiskinkan bangsa ini. 2. Negara ini punya cadangan gas alam TERBESAR DI DUNIA! tepatnya di Blok Natuna Berapa kandungan gas di blok natuna? Blok Natuna D Alpha memiliki cadangan gas hingga 202 TRILIUN kaki kubik!! dan masih banyak Blok-Blok penghasil tambang dan minyak seperti Blok Cepu dll. DIKELOLA SIAPA? EXXON MOBIL! dibantu sama Pertamina. …… maktabahzein.blogspot/2012/01/negara-terkaya-penduduknya-cenderung.html Dialah negara INDONESIA! Negaranya kita semua yg sedang membaca artikel ini. Negaranya kakek buyut kita. Negaranya dan cucu kita Sebuah cerita lelucon yg mungkin akan bisa menggambarkan indonesia saat ini silahkan disimak. Judulnya Ketika Tuhan Menciptakan Indonesia ....“Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? “Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, “Wait, until you see the idiots I put in the government.” (tunggu sampai Saya menaruh ‘idiot2′ di pemerintahannya) sigmalearning.wordpress/artikel/negara-terkaya-di-dunia-yang-mayoritas-penduduknya-miskin-tahukah-anda-dimana-letaknya/ =DOSA APA YANG DIPERBUAT SEHINGGA ALLAH MENJADIKAN BANGSA INI SEAKAN TERKUTUK?” MENARUH ;IDIOT IDIOT DI PEMERINTAHAN HASIL DISAIN PIKIRAN MU.TAZILAH 1.a.Secara Etimologi Mutazilah atau Itizaal adalah kata yang dalam bahasa Arab menunjukkan kesendirian, kelemahan dan keterputusan,rkutuk? =MU’TAZILAH Written Written by Kholid bin Syamhudi Berbicara perpecahan umat Islam tidak ada habis-habisnya, karena terus menerus terjadi perpecahan dan penyempalan mulai dengan munculnya khowarij dan syiah kemudian muncullah satu kelompok lain yang berkedok dan berlindung dibawah syiar akal dan kebebasan berfikir.... satu syiar yang menipu dan mengelabuhi orang-orang yang tidak mengerti bagaimana Islam telah menempatkan akal pada porsi yang benar... sehingga banyak kaum muslimin yang terpuruk dan terjerumus masuk pemikiran kelompok ini.... akhirnya terpecahlah dan berpalinglah kaum muslimin dari agamanya yang telah diajarkan Rasulullah dan para shahabat-shahabatnya. =Akibat dari hal itu bermunculanlah kebidahan-kebidahan yang semakin banyak dikalangan kaum muslimin sehingga melemahkan kekuatan dan kesatuan mereka serta memberikan gambaran yang tidak benar terhadap ajaran Islam, bahkan dalam kelompok ini terdapat hal-hal yang sangat berbahaya bagi Islam yaitu mereka lebih mendahulukan akal dan pemikiran-pemikiran para filosof dari pada ajaran dan wahyu dari Allah sehingga banyak ajaran Islam yang tidak mereka akui karena menyelisihi akal menurut prasangka mereka =Oleh karena itu suah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk menasehati saudaranya agar tidak terjerumus kedalam pemikiran kelompok ini yaitu kelompok Mutazilah yang pengaruh penyimpangannya masih sangat terasa sampai saat ini dan masih dikembangkan oleh para kolonialis kristen dan yahudi dalam menghancurkan kekuatan kaum muslimin dan persatuannya. Bermunculanlah pada era dewasa ini pemikiran mutazilah dengan nama-nama yang yang cukup menggelitik dan mengelabuhi orang yang membacanya,mereka menamainya dengan Aqlaniyah... Modernisasi pemikiran... Westernasi dan sekulerisme serta nama-nama lainnya yang mereka buat untuk menarik dan mendukung apa yang mereka anggap benar dari pemkiran itu dalam rangka usaha mereka menyusupkan dan menyebarkan pemahaman dan pemikiran ini. Oleh karena itu perlu dibahas asal pemikiran ini agar diketahui penyimpangan dan penyempalannya dari Islam, maka dalam pembahasan kali ini dibagi menjadi beberapa pokok pembahasan. 1.Definisi Mutazilah 1.a.Secara Etimologi …. BACA SELENGKAPNYA DI; salafyoon.net/manhaj/mu-tazilah.html [][]Ironis! Masih saja ada aktivis Islam yang mau dibodohi oleh sistem kafir demokrasi. Meski telah jatuh di lubang yang sama puluhan kali, sihir demokrasi masih saja menyilaukan mata beberapa aktivis Islam hingga bangga, takjub, dan kemudian berharap kepada keberhasilan semu demokrasi, seperti yang terjadi di Mesir dan Turki, juga di beberapa negeri Muslim yang lain. Laa haula wa laa quwwata illa billah! ----------------------------------- Kaum Muslimin tidak akan mungkin mencapai tujuan mereka atau merealisasikan satupun dari tujuan-tujuan Islam melalui jalan demokrasi atau sistem demokrasi, disebabkan beberapa hal, yang terpenting adalah : 1. Islam adalah dien Allah Ta’ala yang disyariatkan untuk hamba-Nya. Sebagai sebuah dien rabbani, Islam mempunyai tujuan-tujuan dan sarana-sarana yang khusus yang bersumber dari Allah Ta’ala. Tujuan-tujuan Islam tidak mungkin diraih kecuali melalui sarana-sarana syar’i yang diterangkan dalam Al Qur’an dan As Sunah. Tujuan syar’i manapun yang dicari tidak melalui sarana yang syar’i yang benar, maka cara tersebut merupakan sebuah kesesatan dan menyimpang dari kebenaran. Berarti juga melaksanakan ketaatan tidak sesuai dengan yang disunahkan dan disyariahkan. Minimal status hukumnya adalah bid’ah yang sesat. ridhanurmujahidiyah.blogspot/2012/09/kajian-surat-al-kahfi-ayat-109-110.html Tidal diragukan lagi bahwa demokrasi adalah jalan setan yang memecah belah manusia dan menjauhkan mereka dari jalan Allah ta’ala yang lurus. Barang siapa menempuh jalan demokrasi dan menempuh sarana-sarana demokrasi berarti telah menempuh jalan setan. Bagaimana mungkin orang yang menempuh jalan setan akan bisa mencapai pantai kemenangan dan keamanan dengan bahtera Islam ? Adapun pernyataan para pendukung demokrasi bahwa hukum sarana berbeda dengan hukum tujuan, dimana kita tidak boleh menyelisihi nash-nash syariat dalam urusan tujuan, namun boleh saja menyelisihi syariat dalam urusan sarana mencapai tujuan sesuai kebutuhan keadaan, maka pernyataan ini adalah pernyataan yang rusak dan batil, secara akal dan syariat tidak benar. Pernyataan ini menyerupai pernyataan orang-orang Yahudi yang berprinsip tujuan menghalalkan segala cara. Benarlah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam yang telah bersabda : Kalian akan benar-benar mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan sekalipun mereka memasuki lubang biawak, kalian tetap akan mengikuti mereka.” Para shahabat bertanya,” ya Rasulullah, Apakah mereka (yang kami ikuti itu) adalah orang-orang Yahudi dan nasrani ?” Beliau menjawab,” siapa lagi kalau bukan mereka.” Muttafaq’ alaihi. al-mustaqbal.net/2013/09/masih-mau-dibodohi-sistem-syirik-demokrasi/ -catatan[2]----------------------- Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK meminta data semua rumah dinas, aset negara, kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan. KPK akan menelusuri status kepemilikan rumah-rumah itu mengingat banyak aset negara yang statusnya kini tidak jelas. antikorupsi.org/en/content/aset-negara-banyak-yang-tidak-jelas [][]Lihat saja daftar pulau-pulau yang sudah terjual berikut ini : ........ Mohon penjelasan…. NKRI HARGA MATI.?? dreamindonesia.wordpress/2009/08/28/inilah-daftar-pulau-pulau-di-indonesia-yang-sudah-terjual/ [][]Daftar Harga Pulau Milik Pribadi Di Indonesia Yang Dijual Posted on September 5, 2012 | Leave a comment Pulau Gambar, Indonesia, menjadi salah satu pulau yang dijual dalam situs penjualan pulau pribadi dunia. Harga yang ditawarkan tergolong murah yakni USD 725 ribu atau setara dengan Rp 6,8 miliar (kurs Rp 9.500). Duh! Situs yang menawarkan pulau ini adalah privatesislandonline. akuindonesiana.wordpress/2012/09/05/daftar-harga-pulau-milik-pribadi-di-indonesia-yang-dijual/ -------------------------------- Sebagai konklusi, dengan kebersamaan dari seluruh komponen bangsa ini, saya yakin negara kita akan berangsur ke arah yang semakin membaik dalam waktu yang tidak terlalu lama. Manfaat (outcome) dari pemberantasan korupsi akan semakin dirasakan masyarakat banyak melalui berbagai perbaikan, mulai dari pelayanan publik, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan lapangan pekerjaan, penurunan kemiskinan, dan lain-lain. Dr Haryono Umar, WAKIL KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI Tulisan ini disalin dari Koran Tempo, 21 Oktober 2010 antikorupsi.org/en/content/kuantifikasi-dampak-kerusakan-akibat-korupsi ----------------------------------- Di alas kaki piramida yang menjadi korban atas tindakan koruptor adalah rakyat. Itu merupakan lapisan dasar, tetapi sangat banyak memakan korban. Berbagai sarana dan prasarana pendidikan, misalnya, dapat dibangun demi peningkatan kualitas hidup rakyat, tetapi sayang dana pembangunannya bocor. Habis disikat koruptor. Mungkin, biaya rumah sakit akan gratis, jika dana-dana yang dikorupsi dipakai buat jaminan kesehatan masyarakat. Sekali lagi, korban di lapisan bawah sangat menyebar dan banyak. Di tengah piramida, yang menjadi korban atas tindakan koruptor adalah keluarganya atau juga bisa institusinya. Kalau dia seorang direktur perusahaan, maka tindakan korupsinya kelak akan merugikan karyawannya. ... ......[ BACA sosbud.kompasiana/2011/07/22/piramida-kurban-koruptor-382917.html INI SYARING DENGAN AL-QURAN DAN AS-SUNAH] -------------------------------------------------------------------------- Demikian pula kalimat ‘Di sini dijual hewan kurban’ tak pernah ditulis dengan ‘Di sini dijual hewan korban’. Menarik untuk mencari bandingan istilah ini dalam bahasa lain. Dalam bahasa Belanda ada kata ‘slachtoffer’ (makna harfiah slacht = penyembelihan, Inggris: slaughter, dan offer = persembahan). Kata ‘slachtoffer’ ini bisa dimaknai sebagai ‘korban’ maupun ‘kurban’. Frasa ‘slachtoffers van de overstroming’ bermakna ‘korban bencana banjir’, sedangkan kalimat ‘ze slachtten een stier als slachtoffer aan de goden’ bermakna ‘mereka menyembelih sapi sebagai kurban pada dewa-dewa’.; = Allah berfirman: Daging-daging (unta) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. ( al-Hajj: 37). Mengenai penyebutan daging dan darah dalam QS. Al-Hajj 37, Ibnu Katsir menjelaskan hal ini karena kebiasaan masyarakat jahiliyah ketika berkurban mereka menggantungkan daging kurban pada patung tuhan-tuhannya dan melumuri “tuhan”nya dengan darah kurban. Lalu para Sahabat berkata: Kami lebih berhak melakukan hal itu dari mereka. Maka turunlah ayat: Daging-daging (unta) dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Al-Zamakhsyari dalam tafsirnya, menjelaskan bahwa Ridha Allah tidak akan sampai pada pemilik daging-daging yang disedekahkan dan darah-darah yang mengalir dari hewan yang dikurbankan kecuali jika dia melandasi amalannya dengan niat ikhlas dan memperhatikan syarat-syarat taqwa saat berkurban. Secara kebahasaan, takwa berarti menjaga jiwa dari sesuatu yang ditakuti (jalun nafs fi wiqayatin mimma yakhaf). Makna takwa ini dapat kita ketahui dari penjelasan hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassalam; Hindarilah (ittaqu, dari kata taqwa) api neraka walau dengan sebutir kurma, jika tidak punya sebutir kurma, maka gunakan kata yang baik. (HR. Bukhari) Sedangkan secara syari, takwa berarti menjaga jiwa dari segala yang mengotorinya, yaitu dengan meninggalkan semua yang dilarang. Orang yang bertaqwa adalah yang menjadikan ketaatannya hanya untuk Allah dan mematuhi perintah-Nya sebagai pelindung dari azab-Nya. Kesemuanya ini berjalan sempurna dengan meninggalkan hal-hal dibolehkan (mubah) tapi mengandung syubhat, sehingga dia tidak terperosok kedalam hal yang diharamkan. Oleh karena itu, Ibn ‘Umar berkata: Seorang hamba tidak akan mencapai takwa yang hakiki sehingga dia meninggalkan gejolak (niatan buruk) dalam dadanya. (HR Shahih Bukhari, kitabul iman). ------------------ sangat sering terbaca di media.[Dalam wacana Indonesia, ‘mangsa’ jauh lebih sering dimaknai sebagai ‘binatang yang dimakan oleh binatang buas/predator’.]. Yang membuat Panji sedikit ‘penasaran’, dalam bahasa Jawa ada istilah ‘mangsa’ yang kira-kira maknanya ‘musim’, misalnya frasa ‘mangsa rendeng’ yang berarti ‘musim penghujan’. Lalu pikiran jadi agak ‘ngelantur’ teringat RAKYAT YANG BERAGAMA ISLAM YANG DIBERI KARUNIA ALLAH HARTA YANG BERLIMPAH INI APA SUDAH PAHAM ARTI PENTINGNYA JIHAD HARTA? Persoalan yang timbul akibat membedakan antara istilah ‘korban’ dan ‘kurban’ dalam wacana kita bukannya tak ada. Kita menjadi kebingungan menentukan mana kalimat yang benar ‘Pahlawan itu telah mengorbankan jiwa raganya’ atau ‘Pahlawan itu telah mengurbankan jiwa raganya’. Demikian pula kebingungan dalam kalimat ‘Anak-anak harus menghargai segala pengorbanan orangtua’ ataukah ‘Anak-anak harus menghargai segala pengurbanan orangtua’. Ini disebabkan karena ‘roh’ dari kedua kata ini sesungguhnya adalah satu. Mungkin ada baiknya kita ‘meniru’ kata Belanda ‘slachtoffer’ yang tak membedakan antara ‘korban’ dan ‘kurban’, sehingga tidak menimbulkan kebingungan yang tak perlu. Toh, kita punya kata ‘kurma’ dan ‘korma’ atau ‘surban’ dan ‘sorban’ yang sama dan sebangun maknanya. Atau kalau ingin ada pembedaan, bolehlah dipertimbangkan memakai ragam bahasa Melayu yang menggunakan istilah ‘mangsa’ untuk ‘victim’ dan ‘korban’ untuk ‘sacrifice’. Panji melihat berkembang ‘kreasi’ baru untuk mengeja ‘hewan kurban’ menjadi ‘hewan qurban’. Entahlah, apakah penulisan ‘qurban’ ini dapat di-endorse sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Seperti; Di antara kaum muslimin ada yang menjadikan argumentasi sila pertama tersebut di atas sebagai dalil bahwa negeri ini adalah negeri muslim berasaskan tauhid, benarkah demikian? 1. Seseorang disebut sebagai muwahhid jika ia menjadikan Allah saja satu-satunya sebagai ilah. Dalilnya begitu banyak diantaranya: Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa (Q.S. Al-Ikhlas : 1) Adapun sila pertama di atas adalah bentuk monotheisme yang sungguh berbeda dengan tauhid karena tauhid secara definitive menjadikan Allah sebagai satu-satunya ilah. Sedangkan monotheisme tidak, ia menyadarkan ketuhanannya kepada siapa saja asalkan jumlah tuhannya satu/esa. Contoh bukankah Fir’aun juga menjadikan dirinya Tuhan satu-satunya yang mengharuskan penduduknya menyembah kepadanya? Maka ini bisa disebut sebagai monotheisme. ...... Ketuhanan adalah kata imbuhan dengan awalan “ke” dan akhiran “an.” Kata yang seperti itu ada dua arti. Pertama, berarti menderita. Seperti kedinginan ,menderita dingin; kepanasan, menderita panas. Kehausan, menderita haus, dan sebagainya. anti-thoghut.blogspot/2012/04/pancasila-kebohongan-penipuan-aqidah.html - eramuslim/islamic-quotes/musuh-di-atas-angin-karena-para-ulamanya-lemah.htm
Posted on: Tue, 15 Oct 2013 04:59:09 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015