Langsung ke isi Akuntansi Belajar Excel Belajar - TopicsExpress



          

Langsung ke isi Akuntansi Belajar Excel Belajar Komputer Download Dunia Islam Ekonomi JASA Kesehatan Selling Aneh tapi nyata Navigasi tulisan ← Inilah buah khuldi itu ! Negosiasi Dengan Vendor (Supplier) Tidak Menyangkut Soal Harga → Apr 18 2012 Cara Mengelola modal kerja secara efektif Cara Mengelola Modal Kerja Secara Efektif Mengelola modal kerja (working capital) secara efektif, krusial bagi setiap usaha—apapun usaha yang dijalankan. Jika salah kelola, bukan hanya bisa membuat operasional perusahaan menjadi tidak lancar, bahkan bisa bikin bangkrut. Sehingga, bisa dikatakan bahwa: pengelolaan modal kerja sangat menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Apa saja komponen modal kerja itu, bagaimana caranya mengelola modal kerja secara efektif? Apa Itu Modal Kerja Yang Sesungguhnya, Apa Saja Elemennya? Istilah “Modal Kerja”, sesungguhnya sudah dikenal luas. Tidak hanya pengusaha kelas konglomerat yang biasa menyebut “Kredit Modal Kerja,” penjual pasir kubikanpun kenal dengan jenis kredit yang satu ini. Mbok Jum pemilik warung sebelahpun bisa mengatakan “kerkurangan modal kerja” ketika suatu ketika saya usulkan agar warungnya juga jual pulsa HP (bukan apa-apa, supaya saya bisa ngebon pulsa sekalian, bukan hanya kopi hehe..). Namun apa yang disebut dengan “modal kerja” oleh Mbok Jum mungkin hanya sebagian, atau bahkan samasekali berbeda dengan “modal kerja” dari perspektif keuangan maupun akuntansi. Tergantung: Jika yang dimaksudkan oleh Mbok Jum adalah uang untuk membayar tambahan sewa perluasan warung, berarti tidak sama dengan modal kerja dari perspektif keuangan. Jika yang dimaksudkan oleh Mbok Jum adalah uang untuk membeli rak pajangan HP atau kartu perdana, berarti tidak sama dengan modal kerja dari sudut pandang keuangan. Jika yang dimaksudkan oleh Mbok Jum adalah uang untuk merehab warung supaya lebih kinclong, berarti tidak sama dengan modal kerja menurut akuntansi dan keuangan. Menurut keuangan maupun akuntansi, yang dimaksud dengan modal kerja adalah modal (tidak selalu dalam bentuk kas) yang dipergunakan untuk menjalankan aktivitas pembentukan jasa/produk yang dijual, di sepanjang siklus, yang waktu perpuatarannya relatif singkat—biasanya di bawah satu tahun buku. Catatan: Yang dimaksud dengan perputaran di sini adalah perubahan bentuk (wujud) dari awal hingga kembali lagi ke bentuk semula. Perputaran kas misalnya, adalah perubahan dari kas menjadi bentuk lain, hingga akhirnya kembali ke bentuk kas lagi. Untuk kasus Mbok Jum misalnya, rak pajangan HP bukan bagian dari modal kerja karena wujudnya akan tetap rak—tidak akan pernah berubah menjadi kas kembali, karena tujuan utama Mbok Jum bukan untuk jualan rak. Sedangkan stok kartu perdana adalah bagian dari modal kerja karena wujudnya bisa berubah menjadi penjualan, pendapatan lalu kembali ke bentuk kas dalam waktu yang relatif singkat. Nah itu kan warung pulsa—yang sudah pasti aktivitas dan volumenya jauh lebih kecil dan lebih sederhana jika dibandingkan dengan mini market, apalagi perusahaan berskala korporasi. Bagaimana dengan di perusahaan berskala menengah atau besar? Pada dasarnya sama, hanya saja ragam dan skalanya lebih besar dan proses perputarannya lebih rumit. Nah, apa saja itu? Jika dilihat di Neraca perusahaan, yang masuk dalam kelompok modal kerja adalah: semua jenis aktiva lancar—mulai dari kas, piutang dagang, hingga persediaan barang. Perhatikan contoh neraca sederhana di bawah ini: Elemen-Modal-Kerja Sekalilagi yang merupakan elemen modal kerja meliputi: Kas, Piutang, Surat Berharga, dan persediaan barang dagangan. Keempat akun ini memiliki perputaran yang pendek—yang jika salah kelola (mismanaged), bukan saja mengganggu operasional perusahaan tetapi juga bisa bikin bangkrut. Sebaliknya jika dikelola secara efektif, minimal bisa membuat opersional perusahaan berjalan mulus. Lebih bagus lagi jika dapat menciptakan peluang untuk memperoleh keuntungan. Bagimana Mengelola Modal Kerja Secara Efektif? Bagaimana mengelola modal kerja (kas, piutang, surat berharga dan persediaan) yang efektif? Tidak semudah yang diayangkan kebanyakan orang: 1. Pengelolaan Kas – Basic-nya, perusahaan jangan sampai kekurangan kas. Premise dasar ini sering kali membuat pengelola (entah itu manajer atau pemilik usaha) menyimpan kas sebanyak-banyaknya—semata-mata karena takut kekurangan kas. Sehingga manajemen selalu bertanya “apakah kita cukup kas?”. Sesunggunya kecukupan kas saja belum mencerminkan pengelolaan kas efektif. Ada titik dimana persediaan kas menjadi terlalu tinggi sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan excess-cash atau idle-cash (kas menganggur)—yang sesungguhnya dapat dikaryakan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Kuncinya: bagaimana caranya mengelola kas agar di satu sisi tidak sampai kekurangan tetapi di sisi lainnya juga tidak menimbulkan excess-cash yang berlebihan? 2. Piutang – Basic-nya, semua piutang bisa ditagih (minimalkan bad debt). Premise dasar ini sering kali membuat pengelola menerapkan kebijakan kredit yang ekstra ketat—semata-mata karena takut jika piutang menjadi tak tertagih. Sehingga pertanyaan yang sering muncul adalah “berapa piutang yang belum tertagih?”. Padahal tingkat ketertagihan sesungguhnya belum mencerminkan efektifitas pengelolaan piutang. Ada titik dimana kebijakan kredit yang ketat bisa menggerus penjualan. Tantangan utamanya ada pada: menentukan kebijakan kredit yang di satu sisi membuat tingkat ketertagihan lancar tetapi tidak menganggu penjualan? Dan, seringkali setiap pelanggan (customer) membutuhkan pendekatan yang berbeda. 3. Surat Berharga – Basicnya, surat berharga yang dibeli dapat dicairkan tepat pada waktunya. Premise dasar ini seringkali membuat pengelola hanya peduli terhadap waktu pencairan, tanpa pernah berpikir untuk memilih-milih jenis surat berharga (dari perusahaan tertentu) yang paling menguntungkan. Bahkan tidak mempertimbangkan pilihan untuk memutar dana tersebut untuk ekspansi usaha. Diperlukan pengelolaan yang sungguh cermat. 4. Persediaan Barang Dagangan – Basic-nya, jangan sampai kekurangan persediaan barang—semua permintaan harus bisa terpenuhi secepatnya. Premise dasar ini seringkali membuat pengelola memutuskan untuk menyimpan persediaan sebanyak-banyaknya. Sesungguhnya persediaan barang berlebihan berpotensi menimbulkan cost bahkan kehilangan. Semakin besar persediaan semakin besar beban yang harus ditanggung oleh perusahaan—mulai dari gaji pegawai gudang, perawatan, hingga persediaan usang/rusak (obsolete inventory) yang membengkak. Tak jarang juga terjadi kehilangan. Tantangannya: bagaimana mengelola persediaan sehingga di satu sisi cukup untuk mensuplai permintaan, di sisi lainnya beban dan potensi risiko seminimal mungkin? Sekalilagi, bukan sesuatu yang mudah. Menjadi semakin sulit ketika melibatkan mata uang asing—yang nilai tukarnya cenderung berfluktuasi, tidak mudah ditebak—melibatkan perencanaan, penentuan kebijakan, implementasi, dan pengawasan yang didahului oleh analisa-analisa (ratio, score card, benchmarking, etc) yang cermat. About these ads Share this: Twitter Facebook Like this: Suka Memuat... By romannurbawastore • Posted in Akuntansi 2 Navigasi tulisan ← Inilah buah khuldi itu ! Negosiasi Dengan Vendor (Supplier) Tidak Menyangkut Soal Harga →
Posted on: Fri, 21 Jun 2013 03:54:17 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015