PEMBELAANKU UNTUKMU “PKS” FANSPAGE FB: Satria - TopicsExpress



          

PEMBELAANKU UNTUKMU “PKS” FANSPAGE FB: Satria Pandeglang Disalah satu media FaceBook dalam sebuah perbincangan dengan topik “Uang Haram, Mengalir Kemana?” Banyak orang yang mempertanyakan tentang pembelaan dan semangatku terhadap partai berlambang bulan sabit kembar ini. Aku menyadari betul bahwa rasa penasaran mereka pada sikapku yang begitu ta’zim terhadap partai ini membuat mereka geram. Disatu sisi, merekapun memperolok-olokku dengan cacian yang membabibuta. Namun selebihnya, mereka telah jatuh hati dan begitu takjub dengan pendirian dan gestur bahasaku. Setidaknya, itu menurut sebagian para komentator yang mengamati sejak awal perdebatanku dengan mereka. Bahkan tulisanku tidak dimaksudkan untuk para kader PKS ataupun pada para “pembencinya” bahkan “penikmat berita palsu” sekalipun. Aku hanya menulis uneg-unegku dan berharap dibaca oleh orang yang rindu akan keadilan, kejujuran, dan manusia-manusia yang masih manusia. Semakin aku dicecar maka aku semakin jatuh cinta pada partai dakwah ini. Aku sama sekali tidak bertaklid buta kepada siapapun bahkan kepada PKS, terkecuali Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Meski dia Presiden, ulama besar bahkan wali sekalipun, tidak!. Sebab mereka adalah manusia yang tidak lepas dari dosa. Berbeda dengan Rasulullah yang memiliki sifat “maksum”. Aku bukan seorang kader PKS ataupun simpatisannya. Aku juga tidak pernah mengikuti liqo atau tarbiyah mereka. Ketika mereka mengatakan hal yang benar maka tentu aku mengikutinya. Namun, jika mereka menyesatkan, tentu aku akan menjauhinya. Mereka adalah manusia, bukan Nabi. Bahkan saat pemilu 2009, muncul suatu ketidak yakinanku akan keputusan PKS dalam mendukung SBY sebagai Presiden. Menurutku, yang patut didukung adalah Jusuf Kalla bukan SBY. Maka saya pun mendukung JK tanpa sedikitpun membenarkan atau menyalahi PKS. Sama halnya dengan L.H.I. yang hingga kini kasusnya sedang “digoreng” KPK. Namun, tuduhan KPK terhadapnya terkesan “mengada-ada”. Bahkan hingga kini, saksi dan bukti di persidangan telah meringankan L.H.I. Saya memberikan apresiasi dan dukungan moril kepada L.H.I dan kader PKS karena saya percaya bahwa kebenaran akan terungkap. InsyaAllah aku akan berusaha semaksimal mungkin dan aku akan melakukan segala daya upaya untuk memenangkan partai dakwah ini di pemilu 2014. Aku bukan kader atau simpatisan partai ini. Bahkan sebelumnya aku termasuk orang yang apatis terhadap parpol. Tapi semenjak kasus dugaan suap di KemenTan ini mencuat ke publik, justru rasa simpatik dan cintaku tumbuh subur. Bahkan, rasa penasaranku tentang partai ini bagai tak terbendung lagi. Aku senantiasa menjawab, memberi dan meluruskan semua olok-olok dari para penikmat berita yang begitu gencarnya memfitnah partai ini. Bahkan hampir dari semua orang yang memperolok-olok partai dakwah ini mengatakan bahwa aku adalah kader atau “cyber army” dari PKS yang dibayar untuk menepis opini publik via internet. Padahal, aku bukan kader, aku juga bukan simpatisan. Bahkan aku tidak mengenal siapa pengurus DPC PKS di Pandeglang. Pembelaanku terhadap PKS murni sebagai bentuk rasa takjubku sebagai masyarakat yang sadar akan kebutuhan berpolitik atas partisipasi dan kerja keras para kader serta solidnya masyarakat PKS dalam bertahan menghadapi badai. Pembelaanku murni karena Allah, pembelaanku murni karena aku manusia yang memiliki hati nurani untuk tidak bisa tinggal diam melihat kemungkaran dan fitnah keji yang berkonspirasi untuk mencegah kemunculan Mursi ke II di Indonesia. Entah karena aku telah “jatuh cinta” atau apalah itu namanya, tapi yang jelas aku merasa sakit saat melihat ketidak adilan media sebagai alat propaganda politik untuk menghancurkan partai PKS. Aku bukan kader atau simpatisan partai berlambang bulan sabit kembar, tapi aku seorang muslim yang menangis saat bagian tubuhku “tersayat”. Ketidakadilan para penegak hukum, konspirasi para penguasa dan pemerintah asing dalam menghancurkan PKS sangat terasa menjelang pemilu 2014. KPK sebagai konstitusi hukum yang berwenang menangani kasus ini pun terkesan “tebang pilih” dalam menangani kasus korupsi yang sudah jelas melibatkan para kader partai penguasa. Disisi lain, media sekuler pun begitu asyik menikmati dan meracik berita dengan berbagai kebohongan serta fitnah keji. KETIDAK YAKINANKU TERHADAP KPK Kejahatan moral KPK dan media sekuler terlihat dalam berbagai penanganan, seperti kasus Susno Duadji sebagai mantan KABARESKRIM POLRI, sebagai orang nomor wahid yang telah melindungi kepentingan penguasa dalam berbagai hal, bahkan dalam kasus konspirasi Antasari Azhar dan wanita. Disisi lain, manuver Susno untuk merapat ke Partai Bulan Bintang (PBB) terkesan cukup berani mengingat Yusril Ihza Mahendra sebagai “Rival politik” SBY pernah menjabat sebagai MENTRI SEKRETARIS NEGARA di era rezim SBY jilid 1. Sebagai Mentri yang pernah dekat dengan SBY dan mengetahui seluk beluk diplomasi SBY dengan asing tentu, kini Yusril menjadi hantu dalam setiap kebijakan politis SBY. Dilain pihak, eksistensi Susno Duadji dan kekuatannya yang “menggurita” di KORPS BHAYANGKARA serta “terlalu banyak tahu” mengenai kebobrokan Institusi yang dipimpimpinnya serta, makar para pemimpin NEGRI ditambah konspirasi kasus Antasari Azhar dan wanita membuat orang nomor “wahid” di negara ini gusar. Bagaimana tidak, Antasari adalah harimau bagi KPK yang sedang membidik partai berwarna biru pimpinan SBY. Konspirasi Antasari Azhar adalah upaya untuk melemahkan KPK sebagai lembaga independen dan bebas campur tangan pemerintah. Seiring berjalannya waktu, konspirasi ini pun berhasil dan KPK menjadi sebuah lembaga yang tidak lagi berisi malaikat. Kini, Antasari Azhar mendekam dalam penjara. Sekelumit sandiwara inipun sedikit banyak diketahui oleh Susno Duadji sebagai orang nomor satu di KORPS BHAYANGKARA. Merasa dirinya terancam, akhirnya Susno memilih untuk bermanuver ke PBB dan merapat ke Yusril yang menjadi rival politik SBY sebagai bentuk “perlawanannya” terhadap konspirasi Pemerintah. Namun sayang sebelum manuvernya berhasil, Susno telah ditetapkan sebagai “tersangka” dalam kasus korupsi pengadaan simulator SIM. Dari sepenggal kisah ketidak adilan para pemimpin NEGRI dan busuknya aparat penegak hukum yang seharusnya melindungi bangsa, dapat diketahui dengan akal sehat bahwa KPK bukan lagi institus penegak hukum yang diisi para malaikat. Terkait dengan fitnah keji yang mencoba untuk mengaitkan PKS dengan korupsi kuota impor sapi pun terkesan ganjil dan lucu. Lalu, apa kabar PAN? (BERSAMBUNG)
Posted on: Sat, 31 Aug 2013 04:25:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015