| Saat semuanya sudah terlambat. Perasaan itu baru ku sadari. Aku - TopicsExpress



          

| Saat semuanya sudah terlambat. Perasaan itu baru ku sadari. Aku menyesal! Pemuda dengan gestur tubuh kekar dan berambut landak itu berjalan mendekati seseorang. Saat baru masuk tadi, Ia sudah melihat seseorang yang sangat Ia kenal, berdiri disebelah-pianoputih-itu. Ia tersenyum, saat tadi tangannya menyentuh pundak seorang yang Ia kenal, dan membuat orang itu berbalik kearahnya. Seorang itu adalah orang yang dekat dengan dirinya. Seorang yang telah Ia kenal sejak limatahun – lalu. “Hai…..” Sapanya ramah. Ia tersenyum, memperlihatkan deretan giginya yang terbingkai kawat. “Hai…..” Seorang tadi membalas sapaanya. Menampilkan juga senyuman termanis yang Ia punya. “Apa kabar? Kok sendiri, Dara mana?” Pemuda itu bertanya, Ia melirik ke-sekeliling. Mencari partner dari seorang dihadapannya ini. “Aku baik. Lagi sama Teh Mulan. Keatas katanya, main sama baby nya teteh” Seorang itu menjawab seadanya. –lalu-kemudian meneguk soft drink dari gelas nya. “Oh…..” Seketika pemuda itu merasa canggung. Entah apa lagi yang akan Ia ucapkan pada seorang dihadapannya ini. Benar-benar aneh! Baru kali ini Ia menjadi seperti ini. Apa ini karena seorang dihadapannya itu? Ah! Rasanya mustahil. “Kamu sendiri? Pacarmu mana?” Kini, seorang itu yang mulai berucap. “Tidak ikut…..” “Kenapa?” “Ada urusan katanya” Pemuda itu tersenyum, menjawab pertanyaan seorang dihadapannya itu. Lagi! Suasana kembali menjadi hening disekitar mereka. Tak ada yang memulai bicara. Keduanya terliaht sibuk dengan kegiatan masing-masing. –Pemuda itu berdaham, Ia merasa bosan dengan hanya berdiam seperti itu terus. “Ah, rambutmu ini mau dibuat seperti apa? Kok jadi tidak berbentuk begini? Kenapa tidak dipotong saja?” Pemuda itu menyentuh rambut seorang dihadapannya yang sudah mulai memanjang. Tiba-tiba saja pertanyaan itu yang terfikir olehnya. “Ah, jelek ya?” seorang itu mengambil sedikit rambutnya. “Tidak juga, tapi aneh melihatmu seperti ini. Kan tidak biasanya” “Heehehee…… Aku sudah pernah memanjangkan rambutku sebelumnya, tahu. Kamu lupa? Saat di Selir Hati” Seorang itu mencoba mengingatkan pemuda dihadapannya, tentang tampilan rambut panjangnya duatahun silam. “Ah, hehee…. Iya, aku lupa” Pemuda itu terkekeh. Benar! Seorang dihadapannya ini sudah pernah memanjangkan rambutnya dulu. Saat di Vidio Clip ‘Selir Hati’, lagu dari band mereka. “Hahahaa…. Ini bagian dari misi ku, tahu” seorang itu berbicara lalu tersenyum sok misterius. “Heh, belagu deh! Misi apa, memangnya?” “Kheheee…… Misi ku untuk tahun 2013” ujar Seorang itu, dan mengedipkan matanya. “Aahahaha…. Ada-ada saja kamu, Mit” Pemuda itu mengacak pelan rambut Seorang itu. Mita! “Heii…. Rambutku jadi rusak! Male!” Mita mengembungkan pipinya. Tangannya sibuk menata kembali rambutnya yang berantakan akibat ulah, Ikmal. Pemuda yang di panggilnya –Male tadi. “Hahahaa….. Kamu terliaht lebih feminime. Apa tahun depan, kamu akan memakai rok?” Pertanyaan konyol itu keluar dari mulut Ikmal. Ia terkekeh, membayangkan perempuan dihadapannya ini memakai rok. “Yaaa!!! Enak saja! Hahahaa…. Tidak secepat itu, butuh waktu” “Aku akan menunggu itu!” Keduanya saling bertatapan, lalu tertawa bersama. Keduanya kembali terlihat akrab, menghilangkan ‘sesuatu’ yang membuat mereka canggung seperti tadi. “Hey, bagaimana kabar T.R.I.A.D? Aku rindu manggung bersama” Tanya Mita. Ia merasa rindu untuk perfome bersama band yang membawanya menjadi superstar. “Baik! Seperti yang kamu tahu. Kita lagi sepi job. Lagi sibuk sama kegiatan masing-masing.” “Hah, Iya-ya? Jadi apa kegiatanmu sekarang?” “Manggung dengan band- band ku yang lain” Ikmal menjawab. Lalu Ia terkekeh, mengingat berapa banyak band yang Ia gawangi (?) “Hahahahaa…. Kamu maruk, sih.” Mita ikut terkekeh. “Itu bukan maruk, tahu! Selagi ada rezeki, kenapa ditolak?!” Lagi. Keduanya kembali terkekeh. Tawa hangat keduanya membuat suasana semakin bersahabat. Mata Ikmal terpaku, memandang lekuk wajah perempuan dihadapannya. Saat ini jantungnya berdetak lebih cepat. Entahlah! Ia sendiri juga tidak tahu sejak kapan perasaan itu muncul. Yang jelas, setiap kali Ia dekat dengan Mita. Jantungnya akan bertak kencang seperti saat ini. Entah mengapa, senyuman dari sepasang bibir Mita selalu bisa menyejukkan hatinya. Melihat Mita tertawa, seperti kemarau panjang yang diguyur hujan –dihati Ikmal. Terkadang Ikmal berfikir. Apa ini ‘Cinta’? Tapi mengapa pada Mita? Bahkan Ia sendiri telah memiliki kekasih. Tapi kembali lagi, Sungguh! Perasaan ini sama seperti saat dirinya merasakan ‘jatuh cinta’, bahkan perasaan ini lebih menggebu dibandingkan dengan perasaan nya pada Adiezty, ‘Kekasihnya’. “Hei! Bengong lagi. Kenapa, sih?” suara Mita berhasil membuatnya kaget dan tersadar dari lamunannya. “Ah, tidak. Aku tidak melamun” “Huh, dasar kamu. Kesana yuk, aku lapar” Mita mengarahkan telunjuk nya pada hidangan makanan yang telah tertata rapi di meja panjang. Tanpa menunggu jawaban Ikmal, Ia menarik tangan pria itu. * Mita menatap pemuda dihadapan nya. Kini, keduanya –Ikmal dan Mita sedang menikmati hidangan yang disediakan di acara syukuran, peringatan ‘hari jadi’ Management yang mereka naungi. Matanya tak berkedip. Melihat setiap gerak yang dilakukan Ikmal, menjadi suatu yang terasa ‘wajib’ untuk Ia lihat. Memandang seorang yang sudah Ia kenal sejak limatahun ini. Yang juga mungkin sudah mengisi reluang hatinya selama itu. Mita tak pernah tahu pasti kapan perasaan itu muncul. Tapi Ia sadar, perasaan itu tumbuh sudah sejak lama. Perasaan yang sudah cukup lama Ia pendam sendiri. Harapan nya untuk memiliki Ikmal musnah, saat Ikmal dengan bangga mengumumkan hubungan khususnya dengan seorang dancer handal, ‘Adiezty’. Mita merasa hancur, semuanya terasa berubah. Bahkan juga hubungan nya dengan Ikmal yang seakan merenggang. Untuk beberapa waktu, Ia coba untuk membiasakan diri menerima keadaan. Hingga saat ini, sudah hampir tigatahun. Ikmal dan Adiezty masih terikat dalam hubungan khusus. * “Kok ngelamun sih? Dimakan tuh” Ikmal bersuara, menyadarkan Mita dari lamunannya. Mita tersenyum tipis, memberi respon atas teguran Ikmal. “Kamu nggak ada niatan untuk tunangan sama pacarmu?” Entah angin apa yang membawa Mita untuk mengajukan pertanyaan semacam itu. Ikmal tidak menjawab, Ia menatap lekat perempuan dihadapannya ini. Mita ikut terdiam, bahkan Ia tidak sadar dengan apa yang diucapkan nya barusan. “Oh, maaf….” Buru-buru Mita berkata. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu. Ia memutar otaknya, mencari jawaban yang pas, bila Ikmal menanyakan “Kok nanya gitu”. “Belum tahu kapan. Aku nggak mau terburu-buru, takutnya nanti nyesel.” Ikmal menjawab seadanya, lalu kembali menyendokkan cake yang Ia pegang. Mita hanya ber ‘oh’ ria. Lalu kembali, semuanya menjadi hening. Kedunya sibuk dengan fikiran masing- masing. Keduanya sadar, bahwa – merek berdua, memiliki perasaan khusus satu sama lain. Perasaan yang mungkin tak wajar. Mencintai pacar orang –Mita. Dan mencintai orang lain, dengan diri sendiri masih berstatus ‘berpacaran’ –Ikmal. “Kamu udah punya pacar?” Ikmal bersuara, mencoba mencairkan suasana yang beku. Mita terperangah, -lalu-setelah-itu berpura-pura bersikap biasa. “Belum, siapa yang mau?” Tersenyum. Mita menjawab seadanya. Andai bisa Ikmal berkata jujur. Ia ingin mengatakan “Aku! Aku Mita. Aku mencintaimu, sungguh!” Tapi lagi-lagi, itu hanya khayalan semata. Tidak mungkin dan bahkan tidak akan pernah Ia utarakan perasaannya itu. Ada rasa takut yang mengganjal dihati Ikmal. Ia takut, bila nanti perasaannya bertepuk sebelah tangan. Dan lagi! Ia telah memiliki Adiezty, wanita yang telah menjadi bagian dari hidupnya hampir tigatahun ini. Andai Ikmal tahu. Sesungguhnya Mita sangat mencintai dirinya. Mita, dengan sepenuh hati masih menjaga hatinya untuk Ikmal. Bahkan sampai saat ini. Saat Ikmal telah bersama yang lain. Bersama Adiezty, gadis pilihan Ikmal. Ikmal pernah berfikir “Bila perasaan ini datang, sebelum Ia kenal dengan Adiezty. Mungkin Ia akan mengutarakan perasaan nya itu pada Mita. Tapi lagi-lagi, nasi sudah menjadi bubur. Apa gunanya Ia menyesal? Toh, itu takkan mengubah keadaan. – Cukup mereka sendiri dan Tuhan yang tahu. Tentang perasaan terpendam satu sama lain. Tentang cinta yang terasa sulit untuk menyatu. Tentang hati yang terluka. Dan tentang rasa cinta yang entah sampai kapan mereka rasakan. Birlah! Biarkan saja mengalir apa-adanya. Perasaan itu akan tetap ada, hingga Tuhan yang menghilangkannya. Mungkin nanti, mereka akan bersatu. Tidak disini! Disana, ditempat yang lebih abadi. Menyatukan cinta mereka, untuk selamanya. ~end
Posted on: Tue, 10 Sep 2013 15:19:25 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015