Saya tidak bermimpi pada malam hari, melainkan setiap hari. Saya - TopicsExpress



          

Saya tidak bermimpi pada malam hari, melainkan setiap hari. Saya mencari nafkah dengan bermimpi.” – Steven Spielberg - Belasan tahun silam Ken Sudarto, pemimpin sebuah biro iklan, memang sudah bermimpi bahwa suatu saat ia akan membangun gedung sendiri untuk mengatapi 180 karyawannya. Ia pun tak segan dan tidak malu untuk menyampaikan impian itu kepada seluruh karyawannya. “Berbahagialah mereka yang bisa bermimpi dan bersedia membayar mahal untuk menjadikannya kenyataan”, Kata Ken. Bukan hanya Ken yang ber­mimpi untuk meraih bintang nan jauh di langit, Bung Karno pun dulu pernah mengajak seluruh bangsa untuk menggantungkan cita-cita di langit. Lee Burnett, seorang tokoh legendaris periklanan di Amerika Serikat, juga seorang pemimpi besar yang bersedia menyiksa dirinya untuk menggapai bintang–bintang itu. Konosuke Matsushita, pendiri industri alat-alat listrik Matsushita, dalam bukunya yang berjudul Not for Bread Alone menulis, “Saya selalu ingin memberi kesempatan kepada para karyawan untuk memimpikan masa depan mereka. Saya mengajak mereka untuk ikut menikmati impian saya. Dan saya yakin bahwa itu adalah hal yang baik dan benar untuk dilakukan oleh seorang manajer.” * * * Ada beberapa tipe manusia. Sebagian ada yang tidak mau memiliki sebuah impian. Mereka takut jika mimpi tersebut tidak terwujud, mereka akan kecewa, frustrasi, bahkan bunuh diri. Namun, sebagian lagi lebih memilih mengisi hidup mereka dengan impian dan cita-cita. Bukankah hidup akan terasa lebih hidup jika kita memiliki sebuah sasaran yang ingin dicapai? Seperti sebuah pertandingan sepak bola yang tidak akan seru dan menarik jika tidak ada gawang, hidup kita juga demikian. Kita tidak akan tertantang dan bergairah jika tidak memiliki target. Orang-orang dengan tipe ini sangat setuju dengan peribahasa yang mengatakan, “Orang yang miskin bukanlah orang yang tidak mempunyai uang, melainkan tidak memiliki impian.” Saya teringat dengan sebuah cerita lain yang mengisahkan seorang laki-laki yang berjuang demi mewujudkan impiannya menjadi seorang jutawan. Krisis ekonomi tidak membuatnya menyerah dan akhirnya ia memperoleh apa yang selama ini ia idam-idamkan karena tetap fokus pada apa yang ia inginkan, bukan hal-hal yang tidak diinginkannya. Seorang pemuda bermimpi menjadi seorang jutawan suatu hari nanti. Impian ini kemudian disampaikannya kepada sang istri. Sayangnya tidak lama terjadi krisis ekonomi. Mereka kehilangan mobil dan rumah. Si Pemuda mengalami frustrasi. Akan tetapi sang Istri justru tidak kehilangan harapannya. “Suamiku, kita harus tetap melakukan sesuatu agar impian kita tetap hidup,” katanya berulang kali. Untuk tetap menjaga ke­hidupan impian tersebut, ia mengajak sang suami untuk merancang apa yang akan mereka lakukan jika suatu saat nanti mereka menjadi jutawan. Waktu terus berlalu, hingga suatu hari sang suami mendapatkan sebuah ide brilian: menciptakan permainan uang. Yakni barang-barang apa saja yang akan di- beli jika seseorang memiliki “uang”, misalnya tanah, rumah, gedung, dan sebagainya. Kemudian, mereka menambahkan papan permainan, dadu, kartu, rumah-rumah kecil, hotel-hotel kecil, dan sebagainya. Permainan itu bernama monopoli. Begitulah cerita bagaimana Charles Darrow dan istrinya, Esther, menciptakan permainan tersebut. Permainan ini kemudian dijual kepada seorang pengusaha dengan harga satu juta dolar dan impian jadi jutawan pun terwujud! Setelah membaca beberapa kisah sukses tersebut, apakah sekarang Anda tertarik untuk memiliki sebuah mimpi? Jangan pernah takut untuk memiliki keinginan karena di situlah letak keindahan hidup. Selamat bermimpi dan meraihnya!
Posted on: Wed, 21 Aug 2013 07:14:24 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015