Seorang ayah dengan paksa menuntun anak perempuannya menggoreskan - TopicsExpress



          

Seorang ayah dengan paksa menuntun anak perempuannya menggoreskan kuas bercat pada layang-layang putih. Anak berusia empat tahunan itu hanya tinggal mengikuti. Di depannya palet berisikan cat merah, putih, biru, kuning, dan hitam. Cat itu taklagi menyajikan warna-warni, selain menyajikan satu warna:kepatuhan, yang takbisa ditawar. Ambisi orangtua agar anaknya tampil sebaiknya, melunturkan rasa kasih sayang yang seharusnya dilimpahkan untuk darah dagingnya. Si anak tinggal mengikuti instruksi untuk mengecat warni ini, di sini. Warna itu di situ. Goresan ini dan itu. Sesaat sang ayah ke toilet. Si anak kembali pada nalurinya untuk mencoba. Warna-warni itu begitu menarik hati. Ia ambil kuas, dan membubuhkan warna, menggoreskan bentuk suka-suka pada bentuk layang-layang. Ia sangat menikmati kebebasannya, eksplorasinya. Imajinasinya bebas mengembara. Bentuk yang tadi beraturan, ia timpa dengan warna kelam. Seluruh bidang kini menghitam. Tiba waktu penghabisan, goresan harus dikumpulkan. Sang ayah datang, ia terkejut bukan kepalang. Sang anak seolah hapal, memilih diam. Si ayah marah-marah, mencemooh karya putri kecilnya. Penolakan berbuah tangisan yang menyayat hati. Tapi ayah takpeduli, tampil bagus seolah harga mati. Kalau perlu mengulang lagi. Sekarang, anak kecil itu menghadapi kertas layang-layang. Tapi sudah tak berminat, hatinya terlukakan. Dia sudah diam, tapi tangannya enggan membuat goresan. Dan sang ayah berlalu tanpa perasaan. Ah, orangtua, siapakah di sini yang harusnya belajar? Jangan merasa sudah berilmu lebih, sedangkan isi hati putrimu sendiri takkau mengerti....
Posted on: Sat, 22 Jun 2013 08:29:05 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015