YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ! ASAL KEKUATAN MAHLUK Meng-Esa-kan - TopicsExpress



          

YAA SAYYIDII YAA ROSUULALLOH ! ASAL KEKUATAN MAHLUK Meng-Esa-kan Allah Swt (merupakan asas dalam Islam), bertujuan agar manusia tidak terjerumus kedalam lembah kedlaliman. Untuk meng-Esa-kan-Nya, muslim haruslah melakukan hal-hal sebagai berikut. Pertama, memahami sumber dan asal kekuatan yang ada pada seluruh mahluk, Tanpa izin dan kehendak-Nya tidak dapat menimbulkan efek/ akibat apapun.: “Katakanlah (hai Muhammad) : hanya kepunyaan Allah semua syafa’at (pertolongan). Hanya kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian hanya kepada-Nya kamu semua dikembalikan” (Qs. Az-Zumar/ 44). Ayat: “Siapakah yang dapat memberi syafaat (pertolongan) disisi-Nya, kecuali setelah mendapat izin [kehendak] dari-Nya” ( Qs. al-Baqarah/ 255). Kedua ayat diatas, dapat dipahami bahwa atas izin dan kehendak-Nya, kekuatan ayang ada pada mahluk merupakan tajalli (penampakan) dari kekuasan-Nya. Dan atas kehendak-Nya, kekuatan setiap mahluk tidak sama. Ada yang tinggi dan ada yang rendah. Bahkan ada mahluk yang tidak tampak oleh mata (arus listrik), namun memiliki kekuatan yang jauh lebih tinggi dan dahsyat dari pada mahluk yang tampak. Dan dalam Qs. al-Anfal/ 17, Allah Swt berfirman : “Tidaklah engkau yang melempar, ketika engkau melempar, tetapi Allah-lah yang melempar“. Dari ayat ini dan yang didukung beberapa ayatt lain dan beberapa hadis, dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan dan atau kelebihan yang ada dalam mahluk merupakan kekuatan yang berasal dari Allah Swt semata (tajalli). Merupakan pengingkaran kepada kekuasaan Tuhan, jika mukmin memiliki pemahaman, bahwa kekuatan mahluk, bersumber tidak dari Allah, tetapi dari mahluk sendiri, dan inilah yang dimaksud dengan iman yang bercampur syirik. Al-qur’an dan hadis telah menjelaskan, bahwa para nabi, rasul dan para auliyaillah diberi kekuatan yang sangat tinggi oleh Allah Swt. Kekuatan tersebut antara lain : 1. Nabi Dawud As dapat melihat sesuatu yang tempatnya amat jauh dalam jarak ribuan kilometer. 2. Nabi Sulaiman As dapat berbicara kepada jin, hewan, tumbuh-tumbuhan dan bebatuan. 3. Nabi Isa As dapat menyembuhkan penyakit yang mana ilmu medis sudah tidak dapat mengatasinya. 4. Nabi Musa As dapat merobah air lautan menjadi daratan. 5. Sayyidina Umar Ra dapat melihat peristiwa yang terjadinya ratusan kilometer dari tempat duduknya. 6. Al-Ghauts pada zamannya Syeh Sari as-Saqathi Ra, dapat mengetahui dan mendengarkan sabda Rasulullah Saw kepada salah satu muridnya (Syeh Junaid Ra. Ketika itu Syeh Junaid mimpi bertemu Rasulullah Saw yang bersabda : Wahai Abu Qasim, agar hidupmu bermanfaat, hijrahlah ke Bagdad. 7. Al-Ghauts pada zamannya Syeh Abdul Qadir Jailani Ra dari Bagdad dapat membela muridnya yang berada ditempat yang jauh (Syam) dan yang dirampok oleh penyamun. 8. Al-Ghauts pada zamannya Syeh Baba Samasi Ra, mengetahui 7 hari lagi didesa Samas (Bukhara) akan lahir seorang bayi yang kelak menjadi wali quthub (al-Ghauts pada zamannya Syeh Bahauddin an-Naqsyabandi). 9. Syeh Syadzali Ra memberitahu kepada warga penduduk Maroko bahwa pada hari ini lahir seorang bayi yang nanti akan menjadi wali quthub (Syeh Abul Abbas Mursi). 10. Mbah Khalil Bangkalan Madura, berkata kepada Mbah Ma’ruf : Nanti kamu akan memiliki keturunan yang dapat memberi manfaat kepada ummat jami’al alamin. 11. Mbah Yahi Qs.wa Radari Kedunglo dapat menolong rombongan pengamal Wahidiyah yang mengalami kendala ditengah jalan. 12. Dan masih banyak lagi yang tidak mungkin disebutkan semua disini. Rasulullah Saw sebagai suri tauladan dalam pelaksanaan syariah Islam. Diutusnya Rasulullah Saw semata-mata untuk membina keluhuran dan kesempurnaan ahlak manusia. Rukun Islam disamping tuntunan lahiriah, didalmnya mengandung ajaran moral yang tinggi. Keimanan dan musyahadah kepada Allah Swt mengajarkan agar muslim sadar bahwa Tuhan itu Maha Dekat. Dalam HR. Imam Bukhari Rasulullah Saw bersabda : "Ihsan, adalah jika engkau ibadah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu”. Allah Swt berfirman, Qs. Thaha/ 46 : “Sesungguhnya, Aku bersama kamu berdua. Aku mendengar dan melihat”. Jika keimanan kepada Tuhan dan sifat-nya dihayati secara semestinya, muslim dapat jauh dari sifat ketergantungan kepada mahluk, penyombongan diri, gila hormat dan harta, tidak menindas sesama, tidak menelantarkan anak yatim piatu dan orang lemah, memiliki belas kasih, khianat, dan dapat menghindarkan diri dari sifat-sifat buruk. Moral buruk lebih disebabkan oleh tipisnya keimanan kepada Allah Swt. Sabda Rasulullah Saw. Antara lain: “Belum sempurna iman seseorang, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana cintanya kepada dirinya”(HR. Bukhari), “Sebaik-baik kamu semua, adalah yang terbaik moralnya” (HR. Muslim). Sedangkan keimanan dan kesaksian kepada Rasulullah Saw, mengajarkan agar muslim memahami cara-cara Tuhan dalam mengatur kesejahteraan hidup lahiriyah dan batiniyah, melalui penciptaan khalifah-Nya dibumi. Rasulullah Saw merupakan media antara Allah dan hamba. Firman Allah Swt, “Sesungguhnya Penolong dan Penguasa kamu semua, hanyalah Allah dan Rasul-Nya”. (Qs, al-Maidah/ 5. Semua kemampuan dan keahlian mahluk dalam segala bidang, secara hakiki berasal dari Allah. “Katakanlah: hanya kepunyaan Allah semua syafa’at (peretolongan) itu. Hanya kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian hanya kepada-Nyalah kamu semua dikembalikan”. Qs. Az-Zumar/ 44, dan “Siapakah yang dapat memberi syafaat (pertolongan) disisi-Nya, kecuali setelah mendapat izin [kehendak] dari-Nya”. Qs. al-Baqarah : 255. “Tidaklah engkau yang melempar, ketika engkau melempar, akan tetapi Allah-lah yang melempar“, Qs, al-Anfal/ 17). Penghayatan dan pemahaman dari ketiga ayat diatas, dapat menumbuhkan pengakuan ke-Esa-an Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Tiada sekutu bagi Tuhan, dapat menumbuhkan pemahaman bahwa kedudukan, keagungan dan kekuatan Rasulullah Saw merupakan kuasa dan kekuatan Allah Swt yang dipancarkan kepadanya. Dengan demikian, menghormat kemampuan dan kekuatan Rasulullah Saw, hakikinya menghormat dan mengagungkan sifat kuasa dan kuat-Nya Allah Swt semata. Firman diatas juga mendorong agar muslim memiliki rasa penghargaan kepada sesama mahluk yang menerima sinar (tajalli) kekuasaan-Nya, serta dapat menjauhkan dari sifat pengingkaran dan pelanggaran terhadap hak cipta serta kemapuan yang dimiliki oleh para nabi, waliyullah atau lainnya. Misalnya plagiator (mencuri hak cipta orang lain), pembajakan hak cipta, atau sifat-sifat buruk yang barkaitan dengan hak cipta disebabkan tipisnya pemahaman tentang sinar tajalli-Nya.Barang siapa yang belum menghargai hak dan kemampuan orang lain (terutama Rasulullah Saw dan al-Ghauts Ra), maka belum memahami tajalli (pendistribusian) kekuasaan Allah Swt (iman yang bercampur syirik).
Posted on: Tue, 06 Aug 2013 06:50:57 +0000

Trending Topics



Recently Viewed Topics




© 2015